Part 10

15.8K 1.4K 76
                                    

-Alex Pov-

Aku terduduk ditempat tidurku sambil membaca buku penemuan ayah yang sudah disalin oleh Roy untukku. Aku sudah menyerahkan sebagian besar pekerjaanku pada Lyra. Sepertinya ia sangat mendukungku sekali. Tidak ada rasa keberatan yang ditunjukan olehnya, bahkan ia ingin aku menyerahkan seluruh pekerjaanku padanya. Saat ini aku hanya bisa menunggu waktu saja untuk melakukan persiapan.

Kucermati baris demi baris sambil sesekali mengerutkan alis. Aku tidak tahu bagaimana ayah menemukan hal seperti ini? Malang sekali mereka yang menjadi kelinci percobaannya, tapi tidak ada salahnya juga jika aku menyumbangkan diri untuk menjadi kelinci percobaan ayah yang kesekian kalinya. Tekadku sudah bulat dan kuharap aku berhasil.

Rencana awalku adalah meminjam peri Floss pada kakek untuk menghapus semua ingatan keluargaku tentang diriku. Mungkin ini bagian terberat dari rencanaku, setelah itu aku juga akan menghilangkan semua ingatan para rakyatku termasuk kakekku sendiri. Dengan begitu mereka tidak akan mengenaliku sebagai raja dikota ini. Jika suatu saat nanti Roy kembali dan menanyakanku, semua penjelasan itu sudah kupercayakan pada Lyra. Aku yakin Roy juga akan mengerti.

Aku melangkah dengan langkah cepat menuju rumah Kakek di menara Za' sementara Lyra menyelesaikan rencana yang lain. Dari luar, menara Za' memang selalu sepi dan hening. Hanya ada penjaga pintu masuk yang tidak pernah beranjak sedikitpun dari tempatnya.

Penjaga pintu itu menunduk memberi hormat padaku sambil berkata "Silahkan masuk yang mulia."

Sepertinya Kakek sudah memberitahukan padanya tentang siapa aku. Biasanya aku harus menyebutkan nama dan tujuanku, tapi sekarang sepertinya ia sudah tahu. Aku mengangguk sambil mengucapkan kata terimakasih, lalu aku memasuki ruangan yang sudah tidak asing lagi dimataku.

Aku membuka sebuah buku besar yang didalamnya ada sebuah tombol untuk membuka pintu ruangan bawah tanah. Tak butuh waktu lama lantai dihadapanku berderit dan amblas membentuk sebuah tangga. Aku kembali menutup buku sebelum menuruninyaa hingga akhirnya aku berjalan disebuah lorong menuju ruangan, tempat dimana kakek berada.

Dari balik tirai tipis kulihat kakek berdiri dari kursi perinya sambil berkata "Selamat datang cucuku."

Aku tersenyum sambil menyibakkan tirai yang membatasi ruangan dan lorong.

"Apa kabar kakek?" tanyaku menyahut.

"Seperti yang kau lihat saat ini, aku baik-baik saja. Bagaimana keadaan di Istana setelah pernikahanmu gagal?"

"Semua sudah baik-baik saja. Aku juga baik-baik saja, justru aku sangat bersyukur sekali."

Kakek terkekeh sejenak lalu berkata "Baru kali ini aku melihat seseorang merasa bersyukur karena pernikahannya yang gagal. Silahkan duduk."

Tak butuh waktu lama, segerombolan peri berkumpul dan saling menggenggam tangan sesama hingga membentuk sebuah kursi. Aku duduk diatas pilinan mereka tanpa ragu.

"Apa ada sesuatu yang membuatmu kemari?" tanya Kakek sambil menopang dagunya dengan tangan.

"Hmm—begini kek. Bolehkah aku meminjam peri Floss?"

Kakek mengangkat sebelah alisnya. "Untuk apa?"

"Untuk—melenyapkan segala penderitaanku. Bolehkah aku meminjamnya?"

"Apa kau bermaksud untuk menghilangkan ingatanmu tentang Karin?"

Aku berfikir sejenak. "Iya, karena itu aku membutuhkannya," jawabku dusta.

"Baiklah jika itu maumu," sahutnya setuju lalu menjentikan jarinya.

Tak berapa lama, segerombolan peri keluar dari sebuah ruangan sambil membawa bunga Viosh putih besar dan meletakannya dimeja. Dalam sekejap, tampak sebuah kepala menyembul dari dalam bunga sambil menatapku.

Loizh II : AreyTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon