Part 11

14.6K 1.4K 101
                                    

-Alex Pov-

Aku terus melangkah menjauhi Loizh tanpa menghiraukan gerbang yang mulai bermunculan memenuhi ruang hampa. Yang terpenting adalah mencari gerbang yang dipenuhi banyak warna seperti pelangi. Itulah gerbang yang kutuju. Dimensi Manusia.

Tak berapa lama, akhirnya gerbang yang kucari mulai terlihat. Aku mempercepat langkahku bahkan hampir setengah berlari. Gerbang penuh warna itu berpendar dengan sangat indah. Membuatku ingin menyentuhnya dan meraihnya. Bayangan Karin mulai melintas dalam kepalaku. Aku membayangkan Karin akan terkejut dengan kedatanganku yang mungkin—akan membuatnya terlihat lucu.

Aku melangkahkan kakiku melewati garis batasnya perlahan dan tak butuh waktu lama gerbang dimensi mulai terbuka perlahan. Cahaya matahari menyambutku dengan hangat. Sinarnya yang terang benderang membuat mataku tidak mampu untuk menatapnya. Kupejamkan mataku untuk menikmati hangatnya matahari yang menyelimutiku.

Kulihat ulqi ditelapak tanganku mulai menguar seperti asap diluar kendaliku. Cahaya itu melambung tinggi dan bentuknya mulai berubah. Aku hanya memperhatikan cahaya itu dengan saksama. Semakin lama, cahaya itu memanjang dan membentuk tubuh seperti tangan, kaki dan kepala. Cahaya itu mulai meredup dan kini menjadi sosok yang kukenal yang masih diselimuti cahaya.

"Karin?" gumamku refleks.

"Terimakasih kau sudah membawaku kembali Alex," sahutnya menggema.

Aku mengerutkan alis. Meskipun sosoknya menyerupai Karin, tapi aku tahu sosok ini bukan dia. "Siapa kau?"

"Aku memang bukan Karin. Tapi aku tetap bagian dari dirinya yang berada didalam jiwamu."

"Apa maksudmu?"

"Aku adalah bagian dari hatinya yang selalu kau simpan."

Lagi-lagi aku dibuat tidak mengerti oleh perkataannya. "Aku belum mengerti apa maksudmu."

Ia tampak menghela nafas dan berkata "Baiklah itu tidak penting. Meskipun kujelaskan kau tidak akan mengerti. Sekarang aku tanya padamu, apa kau ingin menjadi Manusia?"

"Ya," jawabku yakin.

"Untuk apa?"

Aku berpikir sejenak. "Agar aku bisa tinggal bersama seseorang didalam sana dan selalu bersamanya."

"Aku tahu siapa dia. Tapi sebelum itu, apa kau sudah siap dengan segala resiko yang akan kau terima?"

"Apapun resikonya aku akan tetap melakukannya."

"Sungguh?" tanyanya membutuhkan kepastian.

Aku tidak tahu apa yang harus kujawab. Sejenak rasa ragu menjalariku perlahan dan kuat. Aku hanya diam bergeming. "Bisakah kau memberitahuku resiko apa yang akan kualami jika aku menjadi Manusia?"

"Kau tahu? Dimensi Manusia tidak seindah yang kau bayangkan, Alex. Keindahan yang dipancarkannya adalah keindahan yang semu. Lihatlah baik-baik dan perhatikan sungguh-sungguh." Gadis dihadapanku merubah posisinya sehingga aku bisa melihatnya dengan jelas. "Disana Neraka dan Surga menjadi satu dimana ada kesedihan dan tawa, duka dan suka cita, penderitaan dan kebahagiaan berbaur dan mengalir secara bergantian."

"Bukankah itu yang membuatnya terlihat indah?" tanyaku sambil memperhatikan sepasang pemuda yang tersenyum dengan bahagianya.

Gadis itu tampak mendesah malu. "Rupanya kau sudah tahu itu ya?"

"Tentu saja. Aku bisa merasakan tempat ini adalah cerminan dari penghuninya. Ia terlihat indah karena memiliki gunung dan lembah, kehidupan manusiapun sama. Kadang diatas dan dibawah itulah yang menjadikannya begitu indah dimataku."

Loizh II : AreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang