5. Pura-pura

11.9K 966 92
                                    

Sebulan berlalu. Selama satu bulan itu pula Anka terus berusaha menghindar dari Brian. Di mana pun saat ada gerombolan Brian, cewek itu akan lari bersembunyi.

Cukup mudah mendeteksi kehadiran Brian, cari saja cowok tinggi menjulang, bertubuh tegap berisi, dan wajahnya jutek. Gayanya rapi tidak ada berantakannya sama sekali. Wajahnya selalu disetel mode kenceng, jarang tersenyum apalagi tertawa. Sepasang alis tebal menambah aura jahat dari sepasang matanya yang cukup dalam dan bersorot tajam.

Dia sering wara-wiri di perpustakaan dan koridor belakang menyendiri sambil baca buku tebal yang tidak dimengerti anak sekolah kebanyakan. Perlahan Anka menghapal pola Brian karena terbiasa menghindari cowok itu.

Berbulan-bulan Anka sekolah, dia masih duduk bersama Davi dan main dengan Tari cs. Sebenarnya Anka malas dengan Tari, karena cewek itu memiliki sikap mirip Karin. Semakin melihat Tari, jadi teringat Karin yang dibencinya. Dia hanya ikut-ikutan saja daripada tidak memiliki teman, dan menghargai ajakan Davi.

"Dav, lo suka beneran sama Anka? Gimana sih?! Awas aja lo suka sama dia, gue gak segan nyingkirin dia. Gue gak mau ada saingan. Lo PHP-in gue kalo beneran jadian sama dia!!" seru suara seorang cewek.

Anka menghentikan langkahnya bersembunyi di balik pohon palm. Dia melihat Davi dan Tari sedang berbicara di area belakang sekolah.

"Sayang," panggilan itu membuat hati Anka mencelos sakit. "Gue nggak mungkin suka sama Anka. Kan sukanya sama lo," lanjutnya seraya tertawa renyah.

Gaya menyebalkan. Tanpa sadar Anka mengepalkan tangannya di samping paha. Selama ini Davi memperlakukannya spesial untuk apa, lalu ucapan Davi di pesan selalu lebih mesra dari yang seharusnya.

Dasar ini lebih busuk dari musuh dalam selimut!!! Dua-duanya busuk!

"Gue sebenarnya gak mau temenan sama Anka. Satu sekolah lebih suka godain dia daripada gue!" dengus Tari, "Gue nggak mau ada saingan. Masa gue jadi nomor dua? Gue gak suka sama dia."

"Lo tetap yang paling cantik, Sayang. Anka gak ada apa-apanya."

Deg. Hati Anka semakin sakit ditusuk-tusuk oleh ucapan Davi.

Anka mencibir. Tari ngarep mau jadi nomor 1? Helo, masih ada si Rena yang cantiknya bagai bidadari tapi tidak semenyebalkan Tari. Rena cantik banget tetapi tidak jahat dan sinis kayak Tari.

"Udah gitu dia norak, gak level sama kita. Lo jangan cemburu dong, Sayang." Davi masih melanjutkan ucapannya.

"Pokoknya gue nggak mau tau-"

Mata Anka menyipit menatap bengis keduanya. Baiklah sudah terbongkar rahasia permainan busuk mereka. Mereka sama sekali tidak tulus ingin berteman dengannya.

Belum sempat mendengar pembicaraan lanjutan keduanya, Anka tak kuat lagi segera pergi. Tadi dia ingin ke area belakang sekolah untuk menelepon saudara sepupunya, Intan, yang tinggal di Bandung.

Niat menelepon saudaranya itu sirna keburu kesal mendengar ucapan Davi dan Tari. Dia berjanji mulai detik ini akan berhenti menggubris Davi cs. Anka akan berdiri sendiri daripada memiliki fake friends yang memiliki dua muka.

"Anka!"

Langkah lari kaki cewek itu berhenti kemudian menoleh, saat menoleh mendapati seorang cewek. Sita.

"Hai!" Gadis itu tersenyum cemerlang.

"Ke kantin yuk, Anka. Sama gue dan Iam alias Irham."

Setelah itu muncul seorang cowok memakai kacamata. Iam tersenyum melihat cewek yang sempat dibicarakan heboh satu sekolah karena kecantikannya.

EndorphinsWhere stories live. Discover now