11. Curcol

9.7K 868 43
                                    

"Anka. Tangkap!!"

Duk.

Terlambat sudah bola voli itu sukses menghantam kepala Anka hingga menyisakan rasa sakit akibat hantamannya keras sekali.

Awwww.

Anka bisa mendengar beberapa murid memekik ngilu, sebagian lagi tertawa kecil entah apanya yang lucu. Ada orang yang sedang kesakitan tapi ditertawakan, sama sekali tidak lucu. Pak Kus, guru olahraga Anka datang menghampiri, raut wajahnya tak mengenakkan, Anka pasti akan diomelin lagi.

Anka adalah sasaran empuk semua guru akibat kecerobohannya sendiri. Anka memijat ujung kepala yang sakit. Semoga saja kali ini guru itu sedikit berbaik hati tidak memarahinya. Mood Anka sudah tidak baik sejak datang ke sekolah pagi tadi. Semakin parah gara-gara tidak bisa mengerjakan ulangan seni musik. Sekarang kena sial kena lemparan bola. Dasar ceroboh totalitas.

"Anka!" serunya keras. "Kamu mengantuk ya? Cuci muka dulu sana!"

"EH? Baik, Pak."

Anka segera berlari menuju tempat keran air yang terletak di belakang, dekat pekarangan belakang. Sengaja memilih tempat keran air yang besar yang jauh agar Pak Kus berhasil mengusirnya secara halus.

Sudah beberapa kali Anka diteriaki seperti itu, terlalu sering tidak fokus membuat gadis itu sering disuruh cuci muka. Ketika Anka kembali guru itu akan menyindir, "Kenapa cepat sekali? Kamu bisa kembali setelah bisa fokus menerima materi saya!" Mengusir dengan cara yang sangat halus.

Anka lemah banget dalam pelajaran olahraga, ya memang suka olahraga, tapi olahraga terlalu banyak teknik yang rumit. Anka tidak mudah menyerapnya. Untuk apa sih susah payah belajar basket, tenis meja, sepak takraw kalo setelah lulus nanti tidak untuk menjadi atlet. Iya, olahraga memang penting, tapi untuk Anka yang bodoh banget pelajaran itu sama saja menjatuhkan harga dirinya di depan orang banyak.

Kalau di sekolah ini Anka bisa mencoret pelajaran yang tidak diinginkan, dia ingin mencoret mata pelajaran Olahraga, Matematika, Seni Musik, Bahasa Jepang, Geografi, Akuntansi, Bahasa Inggris, Sejarah. Oke cukup, sebelum dia menyebutkan semuanya.

Anka menyalakan keran air dan membasuh wajah berkali-kali. Setelah selesai hendak duduk dulu di kursi beton dekat tangki air.

Oh, astaga!

Anka terperanjat kaget, Brian berdiri di depannya, kedua tangannya tengah dimasukkan ke dalam saku.

"Lo bolos pelajaran olahraga?" Dia bertanya seakan hal itulah yang sangat wajar dilakukan Anka ketika berkeliaran di tengah jam pelajaran.

Anka memutar bola matanya. "Sembarangan! Nuduh mulu. Lo sendiri ngapain di sini?" tanyanya balik.

Brian lagi sandaran di tiang penampungan air ledeng sambil menerawang memandang langit.

"Jenuh."

"Woah, orang cerdas bisa jenuh belajar juga?" goda Anka dengan tawa kecil.

Brian tidak menanggapi godaan tersebut dengan tertawa juga, Anka berdeham salah tingkah berhenti tertawa.

Cowok ini hobi berkomentar, seperti yang pernah dikatakan oleh Niko, bahwa Brian dilahirkan untuk mendeteksi segala kejelekan orang. Tapi sikapnya yang saat ini diam seribu bahasa lebih menyeramkan, Anka lebih merasa enakan jika dia langsung menghujani dirinya dengan seribu ucapan kejinya daripada diam begitu.

"Bisalah. Apalagi kalo banyak pikiran," jawab Brian kalem.

"Lo banyak pikiran? Aneh. Lo punya 1001 jawaban untuk segala permasalahan hidup kan? Lo kan cerdas dan berpikir sangat cepat."

EndorphinsOnde histórias criam vida. Descubra agora