7. Cabut

10K 904 51
                                    

Anka tidak mengatakan apapun perihal masa skorsing-nya pada mama. Anka bukan anak polos kemarin sore yang menyerahkan diri untuk dipenggal. Anka tidak mau mama marah lagi setelah mengetahui kelakuan buruknya yang terbaru. Anka juga tidak ingin menjadi bahan ejekan adiknya yang manis dan pintar itu, Dinda kan jago banget dalam hal memperburuk suasana hati. Saat pergi dugem malam itu Anka bisa kabur dan pulang lewat jendela kamarnya yang bisa langsung menuju belakang rumah. Makanya bisa pergi keluar tanpa ketahuan.

Jadi pagi ini Anka berangkat ke sekolah seperti biasa dan saat teringat takut terjaring razia membolos. Anka memakai jaket, jaga-jaga barangkali nanti tertangkap dalam menjalani misi penting.

Anka pergi lewat jalanan biasa menuju sekolah cuma bedanya sebelum sampai gerbang sekolah dia masuk ke sebuah gang kecil mengikuti jalan tersebut, tidak lama Anka sudah tiba di area belakang sekolah.

Anka menyebrangi got kecil dengan aliran air bersih dan jernih, gerericik airnya pun terdengar sangat merdu, lalu mengempaskan tubuh di rerumputan bawah pohon Kersen nan rindang.

Anka tahu tempat ini setelah iseng memutari jalanan sekolah. Menurut cerita anak sekolah banyak anak murid yang suka membolos memanjat lewat dinding sekolah ini karena pendek, tapi sekolah tidak berani menambah tinggi dinding tersebut lantaran kalau dibangun tinggi akan menghalangi sinar matahari. Baguslah, suatu saat Anka ingin membolos lewat dinding ini saja.

Di dalam tas Anka juga sudah membawa banyak persiapan selama berada di sini, Anka membawa snack, nasi kuning plus lauk pauk dibungkus box putih, biskuit, air mineral dll, untuk mengisi kesenggangan waktu.

Nanti Anka sengaja mengerjakan karya tulis yang diperintahkan oleh cowok kecut itu. Jadi dia tidak bosan-bosan amat, daripada di rumah atau bolos ke mana lagi? Lebih baik memanfaatkan waktu mengerjakan perintah si Brian sialan itu.

Mood Anka langsung memburuk ketika mengingat dirinya lagi. Brian sialan! Benar-benar sialan.

Kalau dia manis sedikit saja, dia lumayan cakep kok, tubuhnya tinggi dan atletis pula. Cuma ya itu mukanya yang sangat menyeramkan, dia mirip seperti Dementor yang menyedot kebahagiaan setiap orang termasuk Anka korbannya. Ya benar, Brian memang mirip Dementor. Aura penindas.

Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Ahhhh, pegal-pegal seluruh tubuhnya. Anka terus menulis kalimat bodoh ini berulang-ulang.

Saya minta maaf telah berlaku tidak sopan terhadap Brian Angkasa.

Merutuki nasib buruk dan mengumpat kekesalan terhadap sosok itu. Anka mengulangi kalimat tambahan yang cuma bisa Anka ucapkan di bibir setelah menyelesaikan kalimat tersebut. Anka tidak mau menambah rumit masalah kalau menambah kalimatnya dengan Emang Brian Angkasa siapa? Anak Pejabat?

Betul tuh. Emang dia siapa sih sok galak banget?

Niko aja pasrah gitu padahal Anka berhak melindungi haknya, dan Niko memiliki kewajiban untuk membela Anka. Cih setelah hak-nya dirampas sama Brian, masa dia bisa diam saja begitu? Ahhhhh.

Anka menggigit sebatang pocky, sementara tangan kanannya menulis di lembar portofolio. Snack sudah mulai habis satu persatu. Menyisakan sampah berserakan di sekitar. Ah, sudah waktunya makan siang nih.

Anka ingin makan nasi kuning. Dia mengeluarkan box nasi kuning dari ransel dan meletakkannya kembali di sisinya. Anka menaruh kertas portofolio dulu khawatir terkena noda.

Bisa saja nanti ada secuil noda minyak di kertas yang akan memancing amarah Brian lalu berceramah mengenai Betapa pentingnya kebersihan karya tulis seorang cewek. Jadi Anka pastikan kertas-nya rapi, bersih dan tulisannnya bagus.

EndorphinsDove le storie prendono vita. Scoprilo ora