3 - You're in Danger

123K 9.7K 519
                                    

Icha menatap tajam kakaknya yang kini pura-pura sibuk dengan tumpukan berkas di mejanya. Tiwi sengaja menjemputnya ke rumah karena pak Iskandar ingin bertemu Dylan di kantornya, sekalian mengantar makan siang Muda, dan siapa sangka ketika Icha masuk ke dalam ruangan kakaknya, sebuah tontonan yang membuatnya ingin mengobrak-abrik kantor Muda tersuguh di hadapannya.

Kakaknya itu sedang berciuman dengan Astrid! Demi Tuhan... Icha pikir Muda tidak pernah bermesaraan seperti itu. nyatanya... kakaknya ini ternyata seekor kucing yang mau-mau saja kalau ada ikan di hadapannya. Dasar laki-laki!

Astrid tersenyum miring padanya ketika Icha memanggil-manggil Muda dan memisahkan mereka, sementara Icha malah kesal setengah mati. Berani-beraninya perempuan yang mulutnya selalu ia gunakan untuk mengompori orang mencium kakaknya! Dasar wanita menyebalkan! Barbie santet terkutuk!

"Kalau ngomong nggak nafsu, lah sama cewek nafsu juga ternyata." Sindirnya.

"Sst Cha, nggak enak di denger orang." Ucap Muda.

"Abang tuh! Ini kan kantor, masa berbuat tidak senonoh sih?"

"Kamu juga pernah kan,"

"Icha kan sama si Mus suami istri. Abang... ih, Icha kira abang nggak sampe ciuman begitu sama Astrid."

Muda menatapnya dingin, "Ciuman juga sama pacar sendiri." Ucapnya.

Benar juga sih, tapi kan...

Tetap saja Icha tidak suka.

"Kalau mama yang liat, abang pasti―"

"Untungnya kamu yang liat kan?" Sahut Muda.

Ya Tuhan... kaos kaki! Icha butuh kaos kaki untuk menyumpal mulut menyebalkan milik kakaknya! Dasar laki-laki!

"Jangan bilang, abang udah lebih lagi sama si― sama mbak Astrid."

Muda menatapnya lagi, "Cha... abang tau batasan." Akunya. Baiklah, Icha percaya pada kakaknya. Lagipula tidak mungkin Muda seperti itu, yang memungkinkan adalah Astrid yang menggoda kakaknya dan membuat kakaknya seperti itu. Ah, dasar wanita berbahaya.

Muda sendiri menyesali perbuatannya beberapa saat yang lalu. Kalau dipikir-pikir, kenapa ia bisa kelepasan seperti tadi sih? Selama berpacaran dengan Astrid, Muda sama sekali tidak pernah menyentuhnya, bergandengan tangan saja jarang kalau bukan Astrid yang mendahuluinya. Mencium pipi pun biasanya Astrid yang melakukannya, Muda hanya sebatas membelai pipi atau kepala saja. Sudah.

Muda bersih dari segala jenis perbuatan mesra yang akan menambah tingkat kebutuhan biologisnya. Ia menghindari itu, bisa hancur masa depannya dan masa depan kekasihnya.

Tapi tadi, begitu Astrid menciumnya, ia sama sekali tidak menolak, dan malah membalasnya dengan membabi buta. Hebat, Muda sendiri tidak menyangka dengan apa yang telah ia lakukan.

Tetapi kalau menolak pun, harga diri Astrid pasti terluka, dan Muda juga tidak mungkin membuat Astrid mempermalukan dirinya sendiri. Lagipula kalau ia menolak, Astrid pasti akan merengek dan mengomel ini itu, ah telinganya bisa sakit parah nanti.

Beruntung Icha datang di saat yang tepat.

"Tapi abang sering ya ciuman sama Astrid?"

Muda mengangkat bahunya, tidak mau menjawab. Kalau mengatakan baru pertama, bisa dibully habis-habisan.

"Abang jawab dong! Kayak kremian di bibir aja."

"Hah? Siapa yang kremian?" suara Tiwi membuat Icha dan Muda menolehkan kepalanya. wanita paruh baya itu tengah menggendong cucunya seraya membawa bekal makanan untuk Muda.

A Short Journey (3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang