8 - Little Love and Little Simpathy

120K 9.3K 515
                                    

Muda keluar dari taxi dengan wajah kesalnya. Sejujurnya ia bahkan belum menyetujui pekerjaan yang di usulkan oleh sang ayah. Tetapi entah apa yang terjadi, seluruh pakaian dan perlengkapannya juga sebuah tiket dan beberapa perbekalan yang di butuhkannya sudah tersedia di hadapannya, tepat satu jam setelah ayahnya menawari pekerjaan tersebut.

Apa-apaan semua ini! memang untuk apa Muda kesini? Bekerja saja? jelas tidak, dari pembicaraan ayahnya yang menyinggung-nyinggung Alena, Muda tahu Icha pasti sudah meracuni pikiran ayahnya. Jelas sekali, tertulis dalam jidat pak Haris Iskandar bahwa Muda harus pergi meninggalkan Bandung.

Dan dari seluruh tempat yang bisa di datanginya, kenapa harus Bali?

Memangnya kenapa? Di Bali kan ada Alena.

Argg.. pemikiran itu.

Ya, justru di Bali ada Alena, dan di Bali ada pekerjaannya. Muda hanya takut kalau ada Alena di sekitarnya, ia akan kehilangan konsentrasinya.

Oh, ya? tetapi justru tiga hari ini konsentrasinya hilang karena Alena tidak ada.

APA!

Apa-apaan! Kenapa batinnya malah berperang seperti ini?

Muda menggeret kopernya masuk ke dalam hotel, ia menatap datar Resepsionis yang tengah tersenyum manis ke arahnya.

"Ada yang bisa saya bantu pak?"

Muda menggaruk tengkuknya, "Saya di beritahu kalau saya tinggal masuk saja ke dalam kamar di hotel ini."

"Oh, vip?"

Muda terdiam. Vip? Mungkinkah?

"Saya tidak tahu, tapi atas nama Mushkin Alatas."

"Oh, pak Al ya? baik pak, tunggu sebentar biar saya cek lebih dahulu."

Muda menunggu sebentar, beberapa saat kemudian sang resepsionis tersenyum penuh penyesalan padanya, "Maaf pak, tapi ada permintaan kalau kamar atas nama pak Alatas harus mendapatkan izin dari ibu Alena terlebih dahulu. Beliau baru saja keluar, kalau bapak mau menunggu, silakan tunggu sampai bu Alena kembali."

Oh.. Sial.

Ponselnya bergetar, dengan cepat Muda menggeser panel layarnya dan membelalakkan matanya ketika membaca pesan masuk dari adiknya.

Aduh bang, maapin.. Icha lupa. Itu harus sama persetujuan Alena dulu, tadi Icha belum telpon Alena. Barusan di telpon malah gak di angkat. Maaf ya, hehehe

Arrggg.. dasar adik menyebalkan!

Kenapa harus di hotel ini sih? Jelas-jelas Muda bisa membayar hotel lain, kenapa adiknya itu malah repot-repot? Dan, tolong.. Icha dan ayahnya terlalu kentara sekali. menyuruh-nyuruhnya untuk mendekati Alena.

Memangnya Alena siapa? Dia juga siapa?

Alena seorang wanita menggemaskan yang menghantui hari-harimu.

Astaga.. bisikan dimana itu?

Muda menggelengkan kepalanya. tidak. Mungkin ini efek kelelahan karena berjam-jam di pesawat. HAHAHA dasar pria berlebihan! Perjalanannya bahkan tidak sampai dua jam! Muda menggerutu dalam hatinya.

Melirik jam tangannya, masih jam tujuh malam.

Jadi, kemana Alena pergi? Dan, bersama siapa?

Muda mendekati resepsionis yang tetap setia dengan senyumannya.

"Mbak, Lena pergi bersama siapa?"

Muda ingin tertawa, kalau ada Icha di belakangnya, adiknya itu pasti berteriak 'CIEEE LENA! SO AKRAB LU BANG AH!'

A Short Journey (3)Where stories live. Discover now