PART III

262 41 9
                                    

"Emm, bu.. bukan begitu Pak Budi, maksudku Pak Kepsek." jawabku dengan nada gemetar.

"Sebagai hukumanmu, kamu di skors hingga kamu dapat mengubah sikapmu!!" Jawab Pak Kepsek dengan tenang. Ternyata feeling ku tentang hal buruk yang akan terjadi menjadi kenyataan.

Uh. Beliau lah satu-satunya guru yang tidak berani ku lawan. Pembawaan-nya yang baik dan kewibawaan-nya membuatku hormat saat berada di hadapan-nya. Beliau memang pandai menjinakkan murid-murid nakal dan bandel sepertiku.

Aku berjalan lesu keluar dari ruangan kepala sekolah dan menuju ke ruang kelas untuk mengemasi tas dan barang-barangku. Sesampainya di ruang kelas, diriku telah disambut dengan senyuman sinis dari para musuhku, namun diriku tidak menghiraukannya. Dilihat dari raut wajah mereka, tampaknya mereka telah mengetahui hukuman yang menimpaku, entah darimana mereka mengetahuinya aku tetap tidak peduli.

Sesampainya diriku di depan gerbang sekolah aku menghadap ke arah sekolah seraya bergumam "Aku tidak akan kembali lagi ke tempat ini, aku tidak akan mengubah sikapku. Lihat saja, akan kuberikan mereka pelajaran yang berharga!!"

***

Aku telah sampai di sebuah bangunan kecil dengan papan nama yang bertuliskan 'Yayasan Panti Asuhan Super Kids'. Aku tampak ragu untuk masuk ke dalamnya, tetapi kuyakinkan diriku untuk membuka pintunya yang menimbulkan bunyi decitan pada pintu.

"Sudah pulang? Cepat sekali?" Tanya Bu Alice kepadaku.

"Mm sudah. Bi Al, aku kena skors lagi." Jawabku sangat pelan.

"Sudah, makan dulu sana."

"Iya."

Aku dapat merasakan kesedihan dan kekecewaan Bu Alice terhadapku, aku hanya tak sanggup melihatnya sedih karena diriku. Dialah yang telah merawatku dari kecil hingga sekarang. Dia menghidupi kami, semua anak di panti asuhan ini dengan hasil keringatnya sendiri dengan bantuan dari para donatur yang dermawan.

"Bagaimana kalau aku meninggalkan panti asuhan ini agar aku tidak mengecewakan semua orang yang ada disini?" Gumamku di dalam hati.

Ah tidak, itu pemikiran yang konyol. Tapi ada benarnya juga. Aku sempat bepikir beberapa saat sebelum aku memutuskan. Seringkali diriku mengucapkan sumpah serapah dan kutukan kepada kedua orang tuaku yang meninggalkanku di tempat ini. Awas saja kalian pasangan haram. Akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan tempat ini.

Aku memberanikan diri untuk mendekati Bu Alice pada saat makan malam bersama di ruang makan.

"Bi, bibi telah banyak berjasa atas diriku ini, Bi. Sekarang izinkan aku untuk meninggalkan tempat ini dan menghidupi diriku sendiri, Bi." Pintaku membuka pembicaraan pada malam itu.

"Apa? Ada apa, Nak? Kumohon jangan Nak." Mohonnya kepadaku.

"Aku hanya tidak bisa melihatmu sedih, Bi. Aku yakin aku sanggup untuk menghidupi diriku sendiri."

"Kau tidak membuatku sedih Nak. Kaulah yang hadir untuk membuatku selalu semangat dalam mengurus segala pekerjaanku."

"Kumohon Bi." Rengekku seperti anak kecil yang ingin dibelikan mainan baru.

Setelah aku membujuk Bu Alice, akhirnya dia menyetujuinya dengan hati yang berat. Aku mengucapkan salam perpisahan kepada semua orang yang berada di situ. Tak lupa kukemasi barang-barangku yang kurasa penting dalam upayaku menuju kemandirian. Akhirnya aku meninggalkan tempat mulia ini, aku berjanji akan kembali dengan keadaan yang patut dibanggakan.

A/N : Wah, Ly meninggalkan panti asuhan :'(
Maaf kalo akhirnya agak gantung :v
Tapi semua ini adalah awal dari perjalan Ly yang menegangkan. Yuhuu

Kemarin ada yang bilang sulit membedakan antara Bu Veera dan Vera. Kali ini Author bakal jelasin (Teach Mode Active). Veera dibaca "Vira". Sengaja dibuat begitu biar ada keindia-india gituh.

Leave your comment and vote!

Yourself is under attack!

~NabilZuhdy

Virus DetectedWhere stories live. Discover now