After Love Part 8

92.9K 6.2K 226
                                    

Meja makan itu tidak terlalu besar, tapi atmosfer yang tercipta sangatlah jauh berbeda. Seolah ia berada dia sisi lain meja yang berada di tempat lain, di tempat yang gelap dan dingin. Mereka sarapan dengan suasana yang luar biasa aneh.

Louis dan Victoria duduk persis di depan Aluna yang makan di sisi lain berlawanan keduanya. Jika suasana makan Louis dan Victoria begitu hangat dan ceria, berbeda dengan Aluna, ia hanya bisa makan sambil tertunduk. Membuat siapapun yang melihatnya menjadi kasihan pada Aluna.

Suaminya dan perempuan itu makan dengan tanpa perasaan bersalah, menikmati makanan nikmat yang dibuat oleh perempuan yang mereka khianati secara langsung. Mereka memakan sarapan pagi itu dengan lahap seolah-olah koki rumah merekalah yang memasaknya.

Bahkan saat setelah sarapan pagi itu berakhir, Aluna-lah yang mencuci piring-piring yang lumayan banyak itu. Sedangkan Louis pergi untuk mandi sebelum ke kantor dan perempuan itu menonton televisi kecil yang ada di dapur sambil meneguk sebotol jus jeruk yang ia dapat di kulkas. Jus itu milik Aluna, tapi Aluna lebih memilih diam daripada harus berdebat dengan perempuan itu.

Aluna mencuci dengan terburu-buru karena ia sendiri hampir terlambat untuk bekerja. Saking terburu-burunya ia, Aluna hampir memecahkan piring-piring sehingga ia hanya bisa mendesah lega dengan kasar saat ia berhasil menyelamatkan piring itu agar tak jatuh dan pecah.

Aluna kemudian mendengus melihat betapa nyamannya posisi perempuan itu. Meminum jus miliknya, bermain ponsel dan juga menonton. Benar-benar seperti seorang ratu dongeng yang dapat melakukan semuanya dan Aluna adalah babunya.

"Victoria, bisa bantu aku mencuci piring-piring ini? Aku harus buru-buru soalnya. Aku tak bisa meninggalkan piring-piring ini begitu saja," perintahnya dengan selembut mungkin untuk meminimalisir perdebatan, mengingat perempuan itu terlihat begitu anti dengan Aluna.

"Tidak mau," jawabnya singkat tanpa menoleh pada Aluna yang kembali mendengus.

"Kumohon sekali ini saja," pinta Aluna memelas berusaha menarik perhatian perempuan itu.

"Tidak mau, Aluna! Untuk apa kau di sini jika tak melakukan semua itu? kau 'kan istrinya," jawabnya masih tanpa menoleh pada Aluna.

Huh! apa sekarang aku dianggap istri jika sedang mengurus rumah?! Dia pikir seorang istri itu kerjanya sebagai pembantu?! ketus batinnya bertanya.

Aluna mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia harus menahan kesabarannya. Ini baru lebih. Ia harus bertahan! "Setidaknya buatlah keberadaan Nona berguna sedikit saja di sini. Bagaimana pun Nona tinggal di rumah kami ini gratis," kata Aluna sarkastik sambil menekankan beberapa kata agar membuat perempuan itu sadar akan dirinya sedikit saja.

Namun, seperti Aluna salah. Bukannya membuat perempuan itu bergerak untuk membantunya, perempuan itu malah berbalik dan mendelik dengan tajam kepada Aluna karena tersinggung dengan kalimat yang baru saja ia dengar.

"Apa?!" Victoria berseru tak terima.

"Ada apa ini?!"

Louis yang mendengar jeritan penuh amarah Victoria pun akhirnya muncul dengan baju kantor yang sudah rapih dan mempesona seperti biasa. Louis pun menatap tajam Aluna seolah langsung menjadikan Aluna sebagai tersangka tanpa perlu mencari tahu.

"Kenapa pagi-pagi sudah ribut saja sih?!" tanya Louis pada Aluna yang bertegun.

Louis membela wanita itu lagi. bisik batin Aluna pada hatinya yang mulai kembali menjerit kesakitan.

"Istrimu itu, menyuruhku mencuci," adunya sambil bersedekap tak suka menatap Aluna.

Aluna meringis dalam hati. Perempuan itu menyebut 'istrimu itu' dengan nada yang seolah mengatakan 'pembantu tak bergunamu itu'. Tak tahukah perempuan itu kalau status sebagai istri itu mulia? Sepertinya mulut perempuan itu harus disekolahkan kembali agar lebih menghargai status ataupun seseorang.

After LoveWhere stories live. Discover now