Part 2 Dunia Sekolah

33 3 0
                                    

"Teng.........teng........teng "bel usai pelajaran berbunyi. Pak Yusuf memberi PR dan segera mengakhiri pelajaran.

Terik matahari yang amat panas menemaniku pulang ke gubuk mungilku. Perjalanan ke rumah yang cukup jauh telah membuat kaki yang baru melangkah hingga setengah perjalanan ini terasa begitu lelah. Namun, kaki kecilku tetapku langkahkan untuk pulang.

"Eh, ada Ondel-ondel lewat ! ledek Dani padaku. Aku tetap jalan dan tak menggubris.

"Duh, kayanya Ondel-ondelnya sekarang tuli tuh !! seru teman-teman Dani serempak.

Aku masih terus berjalan dengan segenap rasa jengkelku pada Dani dan kawan-kawannya.

"Woi, Ondel-ondel ! kamu tuh dengar tak sih ?! Diam saja, tak bisa bicara, tak dengar Cuma bisa jalan, lalu apaguna kamu hidup ?! tanya Dani dengan nada meledeknya.

"Ha....... Ha.....ha........" Gelagak tawa Dani dan teman-teman nya mengiringi hinaanya padaku.

"Eh, Ondel-ondel kenapa ?! ledeknya lagi.

Aku mulai geram, sejatinya aku diam bukan karena aku takut, tapi karena aku tak ingin Dani membuat masalah , seperti main kekerasan dan aku dikerjain habis-habisan.

"Sebenarnya apalah mau kalian ?!" tanyaku dengan nada sebal

"Wah Ondel-ondel sudah bisa bicara !" Kata Dani diiringi tawa teman-temanya.

"Apa kau tak bisa menjahit mulutmu itu baik-baik ?!"Ungkapku dengan nada marah.

"Kenapa ?! tak suka, hah ?!" balas Dani yang sejuruh kemudian mendorongku dengan kuat. Aku terjatuh ke tanah, aku sudah tak tahu lagi apa akan terjadi padaku. "Ya Allah, mengapalah hamba menanggapi celotehan tak bergunanya ?" batinku.

"Gayung !" perintah Dani pada temannya untuk mengambilkan gayung.

"Mau isi apa, Bos ?" tanya temanya kemudian.

"Biasa, air cucian piring !" perintahnya lagi.

"Siap, Bos ! Ni dia, gayung isi air cucian piring !" kata seseorang anak berbadan kecil sambil mengulurkan gayun berisi air. Aku sudah pasrah, tak tahu lagi yang akan terjadi.

"Ondel-ondel mandi dula ya !" kata Dani sambil mengangkat gayung ke atas kepalaku.

Aku hanya memejamkan mataku. Upaya terakhir yang bisa kulakukan. "Ya Allah, apa yang Kau takdirkan pasti terjadi, tolonglah hamba ya Rabb!" batinku.

"Hitung bareng-bareng !" perintah Dani kemudian. Teman-temanya menyahut serempak,

"Satu ....... dua ..... ti....... ," Hitungan mereka terputus

"Berhenti ..... !" teriak seseorang dari kejauhan.

"Siapa lagi ni, lah ?! Tanya Dani sebal.

"Itu Arif, Bos. Si pahlawan kesiangan !" Jawab salah seorang temannya.

"Bawa ini, biar kita siram ke mukanya sekalian !"

"Baik, bos!"

"Apa yang hendak kau lakukan ?" Tanya Arif pada Dani. Ku buka mataku . Arif telah berdiri tegap di depanku.

"Aku mau mandikan Ondel-ondel pakai air cucian piring !" jawabnya meledek.

"Ha.... , ha...., ha......, tawa mereka bersama-sama

"Kau ini benar-benar tak tahu malu ! Sudah tahu kan kalu dia perempuan ?! Lalu kenapa masih main keroyokan ?! Satu orang laki-laki saja tak pantas berhadapan dengan seorang perempuan, apalagi ini main keroyokan!" Kata Arif tegas.

"Kenapa?! Tak suka?!Apalah urusanmu?!"Dani mengucapkannya dengan nada tinggi dan amat geram.

"Sudahlah Dan ! aku tak ingin ribut, pulanglah, kita damai saja!" saran Arif yang kemuidan berbalik ke arahku.

"Kurang ajar !" seru dani sambil menonjokkan tanganya ke Arif dari belakang.

SEPENGGAL KISAH  DI PELOSOK ENTIKONGHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin