Sebuah Jalan Mencapai Keinginan

30 2 0
                                    


"Anak-anak, seminggu lagi tanggal 22 Desember, nah kalian tahu hari apa itu ?" tanya Bu Nur pada murid-murid.

"Tahu, Bu..... !" jawab murid-murid serempak

"Ayo Andi, hari apa itu namanya ? tanya Bu Nur lagi pada Andi.

Hari Ibu ...., Bu!" jawabnya mantap.

"Ya, betul, pintar sekali !!!"Puji Bu Nur.

Di hari Ibu besok, kalian harus berikan Ibu kalian penghormatan dan hadiah istimewa ! berikan yang terbaik untuk ibu kalian ! ingatlah jasa-jasanya yang besar untuk kalian, mengandung, melahirkan, menyusui, dan merawat kalian hingga dewasa seperti sekarang ! Nah, tugas dari Ibu, buat karangan tentang Ibu di hari Ibu besok ! dikumpul dua minggu kemudian ! mengerti ?"

"Iya, Bu !"

Aku hanya termenung dengan wajah bermuram durja penuh harap dan tanda tanya. Dimanalah Emak ? seperti apa wajahnya ? dan kenapa Emat tak pernah pulang menjenguk Adelia ? Oh Emak, Adelia nakal ya ?"

Begitulah sobat ! tanyaku tentang emak tak berkesudahan tiap guru menjelaskan tentang Ibu aku ingin mendapatkan jawaban pasti dan tahu apa yang terjadi, namun apalah daya, aku tak kuasa melihat wajah sedih nenek dan bapak saat ku tanya tentang emak. Ah, mak alangkah rindunya aku padamu !

Teng.... Teng.... Teng ...."Bel pergantian pelajaran berbunyi. Bu Nur segara mengakhiri pelajaranya dan kami istirahat aku masih duduk dan terdiam.

Emak...., Apa yang bisa kuberikan untukmu emak ? emak ...

"Del ... !!! panggil sarah mengagetkanku

"Eh .... Ya ! kenapa Ra ?" tanyaku kemudian.

"Di panggil tuh sama pak Bahri. Oh ya Arif Juga !!"

Aku menengok ke arah Arif.

"Apa, aku juga ? tanya Arif kemudian

"Iya, kalian berdua, cepetan sana !"

Aku dan Arif segera beranjak ke kantor

"ada apa ya ?" tanyaku pada Arif di tengah jalan,

"Entahlah, aku juga tak tahu."

"Duh, aku deg-degan nih !"

"Udahlah, tak papa ! santai saja, Del !"

"Assalammualaikum ..." salamku dan Arif bersamaan

"Wa'alaikumsalam ..." jawab guru-guru dikantor

"Eh, Adelia Arif, ayo silakan masuk !" sambut pak Bahri

"Iya, pak !"

Kami masuk lalu duduk

"begini Del, Rif, besok tanggal 22 Desember ada perlombaan Olimpiade untuk memperingati hari Ibu Bapak sudah rapat bersama guru-guru lain dan keputusannya, Arif ditunjuk untuk ikut Olimpiade Fisika, dan Adel ditunjuk untuk ikut Olimpiade Matematika.

Bagaimana, apakah kalian setuju ?"

Aku melirik kearah Arif, ia tersenyum dan mengangguk mantap.

"ya, pak !" jawab kami setuju dan menyanggupi

"baiklah lakukan yang terbaik ! berangkat ke sekolah lebih pagi karena jam delapan lomba akan dimulai pemenang akan diumumkan langsung di hari itu pada pukul satu siang. Bapak harap kalian bila menang ! ya, hitung-hitung sebagai hadiah untuk sekolah dan Ibu .

"Insyaallah, Pak !"

"Ya, baiklah kalian boleh pergi !"

"terima kasih, pak !" ungkapan kami undurdiri.

Nek, Adelia dipilih sekolah untuk ikut Olimpiade Matematika." Ungkapku pada nenek sebelum beranjak ke kamar untuk belajar.

"Apa, adelia dipilih ikut Olimpiade ? ah, pintarnya cucu nenek !" puji wajah berseri-seri bahagia. "Nek, pak guru bilang lomba ini diadakan untuk memperingati hari Ibu. Kalau Adel menang, kemenangan Adel bisa dijadikan hadian untuk emak. Nek Adel ingin menang, Adel ingin kasih emak hadiah di hari ibu ini. Untuk itu, adel harus belajar giat dan berhenti berjalan untuk sementara waktu bisa kan Nek ?" aku menatap wajah nenek dengan raut pintaku.

Nenek mengganguk dengan senyum tulus berhias kesedihan di wajahnya, bukan sedih karena aku berhenti berjalan tapi sedih karena aku menyebut nama Emak lagi di depannya. Maaf nek ! tapi aku sungguh rindu emak !!

SEPENGGAL KISAH  DI PELOSOK ENTIKONGWhere stories live. Discover now