Part 3 My Guardian Friend

28 3 0
                                    


Duk.... Kre..... ettk ...." Tonjokan Dani berhasil ditangkis Arif yang kemudian memutar lengan Dani hingga tulangnya berbunyi.

"Adu .... Uh !" Jerit Dani kesakitan

Aku mulai khawatir. Arif melepaskan tangan Dani dan berbalik kearahnya.

"Sudah kubilang, pergilah ! aku tak ingin ribut dan menambah masalah !"tegas Arif lagi.

Dani mengipat-ipatkan tanganya yang masih sakit "Kenapa, Rif ?! Lagi pula memang benarkan, tak ada bedanya dia dan ondel-ondel! kumuh, jelek juga tak beribu....," Ucapan Dani diputus Arif.

"Cukup......!" Pekik Arif

" Dan, lebih baik kamu pergi, selagi aku masih berbaik hati !" Ungkapan Arif geram.

"Oh ya ?! " tanya Dani dengan senyum mengejeknya.

"Kenapa membela Ondel-ondel sampai seperti ini ?! Kau suka padanya kan ?" Lanjut Dani.

Arif naik pitam. La mendekati Dani dan menarik kerah baju nya. Tangan Arif telah mengepal untuk menonjok Dani. Aku segera berdiri dan melerainya.

" Kenapa ?!" Benarkan ?! Ledek Dani lagi.

"Arif, sudah ! Jangan !" Leraiku

"Bos, ayo kita pergi Bos!" Lerai teman-teman Dani.

"OK, kita cabut ! Lepasin tanganmu itu !" kata Dani ketus. Arif melepaskan tanganya dari kearah baju Dani. Dani dan kawan-kawannya pun segera berlalu meninggalkan kami.

"Sudah, Rif ! Jangan terlalu dipikirkan! Kamu baik-baik saja kan ?"

"Iya, aku baik-baik saja ! Terima kasih ya !"

"Sama-sama lain kali hati-hati ya ! Oh ya, ayo pulang, biar aku antar !"

"Ah, tak usah !" Tolakku halus

"Tak apa, ayo !" Ajaknya lagi.

"Tak usah, nanti merepotkan !" Tanya ku memastikan

" Aku tak merasa direpotkan serius !" Tanyaku mantap.

Akhirnya aku menerima tawaran Arif. Kami pulang bersama naik sepeda, Ah. Senangnya di bonceng Arif hari ini. Bagiku ada satu teman seperti Arif sudah cukup. Sangat beruntung memiliki teman sepertinya.

"Sii........iit................." Arif mengerem sepedanya di depan gubukku.Aku turun.

"Terima kasih, Rif !" Ucapku kemudian

"Ya, sama-sama ! Sampai jumpa besok ya !"

"Ya, hati-hati dijalan !" Balasku sambil melambaikan tangan.

"Assalammualaikum ....!" Salamku sambil mengetuk pintu.

"Wa'alaikumsalam ...... !" Jawab nenek sambil membukakan pintu.

"Cepatlah sholat dzuhur, sudah banyak pekerjaan yang menunggu untuk diselesaikan!"

"Iya, Nek !"

Aku segera ganti baju dan berwudhu lalu sholat dzuhur. Usai shalat aku bergegas pergi ke rumah Bu Rani mengambil kue dan gorengan untuk kujajakan. Begitulah Sobat! Rutinitasku sepulang sekolah, menjajakan kue dan gorengan Bi Rani. Aku mendapat upah Rp. 150,00 perkue atau gorengan yang terjual. Upah yang kecil, memang. Namun, aku bersyukur karena sekarang aku dapat menjajakan sekitar 150-120 kue dan gorangan. Sehingga pendapatan perhariku sekitar 22.500 -30.000. Alhamdulillah, setidaknya uang ini cukup untuk tambahan membeli makanan dan dapat kusisihkan Rp. 5000 setiap hari untuk kebutuhan esok hari.

"Kue.... kue.... gorengan ...., ayo siapa mau beli !" Teriakku sambil melangkah menjajakan kue dan gorengan di atas kepalaku dan dalam wadah di tanganku.

"Del, gorengan 5000 ya !" kata Bu Ima menyetopku.

"Iya, Bu !" Sahutku ramah.

Kubungkuskan gorengan sejumlah yang dimintanya. Ibu Ima lalu membayar dan aku pamit untuk kembali menjajakan kue dan gorengan. Setelah gorengan dan kueku habis, aku segera kembali ke rumah Bi Rani untuk menyetorkan uang.

"Ini Bi, setoran hari ini !" Kataku sambil menyerahkan uang

"Iya ini buat kamu !" Kata Bi Rani memberikan bagianku

"Terima kasih Bi" Ucapku kemudian

"Ya, besok ambil gorengan lagi ya !

"Iya Bi, Insyaallah !"

Aku pulang ke gubuk mungilku membawa lelah dan letih. Namun ini bukan waktunya untuk istirahat, masih ada banyak hal yang harus ku lakukan. Aku segera mandi dan berbusana rapi, bersiap menyandang kita suci dan belajar banyak tentang islam dan Indonesia ke tempat Kak Didi. Kak Didi baru dua tahun tinggal di pelosok Entikong ini. Namun jasanya sungguh besar dan amat terasa, bagi warga Entikong, Kak Didi baru berusia 20 tahun, namun jangan salah, Kak Didi adalah seorang pengusaha yang sukses, kurang lebih ada 500 kepala keluarga yang mencari kehidupan dari bekerja padanya. Selain itu kak Didi juga membuka TPA yang mengajarkan tentang Al-Qur'an dan Islam juga tentang Republik Indonesia pada anak-anak Entikong.

SEPENGGAL KISAH  DI PELOSOK ENTIKONGWhere stories live. Discover now