Dua Puluh Satu : Masihkah Kau Mencintainya?

355K 17.4K 1K
                                    

Lisha menatap sendu ke arah Alka yang duduk tepat di hadapannya. Jarak ia dan Alka tidak lebih dari satu meter tapi kenapa ia merasa kalau jarak yang tercipta antara dirinya dan Alka sekarang lebih jauh di banding jarak Indonesia dan London. Alka begitu dekat dengannya tapi sulit untuk dia jangkau.

Lisha menarik nafas panjang, matanya sekilas beralih kesekitar, memperhatikan keramaian cafe yang kini ia dan Alka datangi.

"Maafkan aku, Al," hanya kata maaflah yang mampu dia katakan.

Sedih menyelimuti hatinya saat Alka hanya merespon ucapannya dengan anggukan. Seakan kata maaf yang di ucapkannya tidak penting bagi Alka.

"Apa kau tidak bisa memaafkanku?" dengan tangan gemetar Lisha hendak menyentuh tangan Alka namun urung saat Alka menjauhkan tangannya.

"Dari pertama kau memilih untuk pergi, aku sudah memaafkanmu," Alka berucap datar, matanya sama sekali tidak memandang ke arah Lisha.

"Al.. aku ingin menjelaskan semuanya," Lisha meremas jari jemarinya.

"Apapun penjelasanmu itu tidak akan merubah apa yang telah terjadi."

Lisha menggigit bibir bawahnya. Berusaha menahan tangisnya yang sudah hendak pecah kembali.

Alka begitu dingin padanya.

"Maaf Lisha aku harus segera pergi. Senang bisa kembali bertemu denganmu," Alka beranjak dari duduknya.

"Al," Lisha menahan tangan Alka, "Masih adakah rasa cinta untukku yang tersisa di hatimu?"

Alka menggeleng lemah, "Cintaku telah aku berikan semuanya pada istriku," jawab Alka seraya melepaskan tangan Lisha.

Lisha menangis tergugu, matanya menatap sedih ke arah Alka yang mulai menjauh dari jangkauan pandangannya.

Benarkah tidak ada cinta yang tersisa di hati Alka untuknya? Semua cinta Alka telah menjadi milik istrinya. Kata-kata itu seperti sebilah pisau yang berhasil merobek-robek hatinya. Sakit, sangat sakit.

※※※

Aliandra tersenyum manis pada seorang wanita yang menempati meja sekretaris. Sekretaris sementara karena sekretaris tetapnya masih menikmati bulan madu.

"Selamat siang nyonya Aliandra," sapa sekretaris tersebut dengan sangat sopan, "silahkan masuk. Pak Alka sudah menunggu."

Aliandra mengangguk, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu ia memasuki ruangan Alka. Senyuman menghiasi wajah cantiknya saat ia melihat Alka yang tengah sibuk di balik meja kerjanya.

"Maaf aku telat mas. Tadi di jalan yang aku lewati ada kecelakaan jadi macet parah," tanpa di minta Aliandra langsung menjelaskan semuanya, "mas mau langsung makan?"

Alka hanya mengangguk. Matanya fokus menatap beberapa berkas penting yang ada di atas meja kerjanya.

Aliandra mengerut bingung. Tumben sekali Alka hanya merespon kata-katanya dengan anggukkan.

Aliandra meletakkan goodie bag yang berisi tempat makan di atas meja yang ada di ruangan Alka, setelahnya ia langsung menghampiri Alka. Ia berdiri tepat di samping Alka, matanya memperhatikan berkas yang ada di atas meja Alka. Kertas-kertas berisi grafik yang sama sekali tidak ia mengerti.

Aliandra | ENDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora