Dua Puluh Empat : Semuanya Berakhir

369K 18.1K 2.4K
                                    

Sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sekalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjuang dan orang-orang yang sabar di antara kamu sekalian.”
(QS. Muhammad : 31)

🍁🍁🍁

Jadwal penerbangan Jakarta-Bandung dua jam lagi, mau tidak mau Radit harus meminjam pesawat pribadi milik keluarganya. Ia sudah tidak mau lagi menggunakan fasilitas milik Alka.

Ia langsung menghubungi ayahnya. Mengatakan beberapa hal secara singkat, "Baik ayah. Aku akan kembali. Itukan yang ayah inginkan," ucap Radit tegas, "Ya, Aku akan berhenti dari perusahaan yang Alka pimpin. Aku akan fokus mengurus perusahaanmu. Aku tidak mau tahu dalam setengah jam pesawat harus sudah siap dan semua izin penerbangan telah selesai! Kalau tidak, aku tidak akan mau mengurus perusahaanmu. Kau urus saja perusahaan itu sendiri!" Ancam Radit sebelum menutup teleponnya.

※※※

Aliandra hanya diam dalam rangkulan Lili selama perjalanan menuju Bandung. Tidak ada satu  kata pun yang di ucapkannya. Lili dan Radit pun memilih diam. Tidak ada topik pembicaraan yang cocok dalam keadaan seperti ini.

Mobil BMW hitam yang di tumpangi ketiganya berhenti tepat di dekat rumah Aliandra.

Aliandra mencengkram kuat bagian depan ghamis yang ia kenakan. Hatinya benar-benar merasa ngilu saat melihat bendera kuning yang terpasang di dekat rumahnya.

Lili tidak jauh beda dengan Aliandra, ia menggigit bibir bawahnya. Menahan tangis.

Radit membukakan pintu untuk Aliandra dan Lili. Keduanya keluar dari dalam mobil. Beberapa tetangga yang masih bertahan di rumah duka bergantian memeluk Aliandra, membisikkan kata-kata sabar dan tabahlah.

Andai mereka tahu, kata-kata yang mereka ucapkan membuat hati Aliandra terasa semakin sakit. Ingin rasanya Aliandra berteriak kepada mereka. Berhenti memeluknya dan jangan ucapkan kata-kata sabar dan tabah padanya.

Di dalam rumah sudah tidak ada Jenazah ibunya. Jenazah ibunya sudah di makamkan satu jam yang lalu.

"Maafkan Kiai tidak bisa menunggumu hingga datang," ucap Kiai Dahlan yang masih ada di kediaman Aliandra.

Aliandra mengangguk mengerti, "Aluna mana?" Aliandra bertanya lirih, mencari keberadaan adiknya.

"Ada di dalam kamar bersama Nyai. Kiai harap kalian berdua tabah menghadapi cobaan ini."

Aliandra lagi-lagi hanya mampu mengangguk kelu. Setelahnya ia memilih untuk masuk ke kamar menemui Aluna.

Pemandangan di dalam kamar membuat dadanya terasa begitu sesak. Aluna tengah meringkuk di balik selimut seraya memeluk guling. Pipinya masih basah oleh linangan air mata.

"Kakak," Aluna langsung bagun dari tempat tidur. Ia berhambur memeluk Aliandra, "Ibu..ibu..ninggalin kita," tangis Aluna pecah di dalam pelukkan Aliandra.

Tangan Aliandra gemetar saat membelai pucuk kepala Aluna. Ia berusaha tegar di hadapan Aluna. Kalau ia jatuh siapa yang akan menopang Aluna.

Nyai, istri Kiai Dahlan menghampiri keduanya, dengan penuh kasih sayang ia membelai pucuk kepala Aliandra dan Aluna bergantian, "Kalian anak-anak shaleha.. bersabarlah akan cobaan yang kini menimpa kalian. Berbaik sangkalah pada Allah, setiap cobaan yang kalian terima adalah tanda cinta Allah pada kalian," Nyai menyeka air mata yang membasahi pipi Aliandra dan Aluna, "Kematian, sesungguhnya merupakan hakikat yang menakutkan, akan menghampiri semua manusia. Tidak ada yang mampu menolaknya. Dan tidak ada seorangpun dari kita yang mampu menahannya. Kematian datang berulang-ulang, menjemput setiap orang, orang tua maupun anak-anak, orang kaya maupun orang miskin, orang kuat maupun orang lemah. Semuanya menghadapi kematian dengan sikap yang sama, tidak ada kemampuan menghindarinya, tidak ada kekuatan, tidak ada pertolongan dari orang lain, tidak ada penolakan, dan tidak ada penundaan. Semua itu mengisyaratkan, bahwa kematian datang dari Pemilik kekuatan yang paling tinggi. Meski sedikit, tak seorang pun manusia memiliki wewenang atas kematian. Hanya di tangan Allah semata pemberian kehidupan. Dan hanya di tangan-Nya, mengambil kembali yang telah Dia berikan pada ajal yang telah digariskan. Kita yang ditinggalkan harus ikhlas menerimanya meskipun sulit."

Aliandra | ENDDove le storie prendono vita. Scoprilo ora