P.8 - Alvist Proctor Carlen

23.6K 623 25
                                    

haiho, saya balik lagi kemaren katanya kan kependekan jadi ini dipanjangin deh hehehe, terimakasih yang udah cuapcuap dan juga ngevote buat yang baca juga dan ini part 8nya.

-------

Alvist POV

              Aku menyukai bibir ini. Entah mengapa diusiaku yang sudah berkepala tiga dan akan memasuki kepala empat, aku baru merasakan jatuh cinta, dengan gadis yang jauh dibawah usiaku. Aku bertemu dengannya dua tahun lalu, saat ia tak sengaja ku tabrak. Aku tak perduli dia sudah pernah bersuami atau belum, aku tak perduli pula dengan keperawanannya yang direnggut oleh sahabatnya sekaligus cinta pertamanya, aku mencintainya dengan segenap hatiku. Sangat, dan aku tak akan melepaskannya begitu saja.

              “Eh, Alvist.” Dia menjauhkan dirinya dariku, jujur aku merasa kehilangan namun mau bagaimana lagi, trauma itu belum juga menghilang dari hidupnya. Aku bisa menyentuhnya sesuka hatiku jika aku mau, aku bisa memaksanya jika ia tidak memberikannya, namun aku bukan laki-laki seperti itu, aku laki-laki dewasa yang bisa menghargai seorang wanita. Lagi pula, di darahku masih mengalir darah biru dari Keraton Solo, Jawa Tengah, Indonesia. Aku tak mungkin memperlakukan wanita semena-mena bukan

              “Aku merindukanmu, Sayang. Kau tak merindukanku?” Tanyaku menatapnya dengan sebuah seringaian. Tawa kecil keluar dari bibir mungilnya, dan aku sangat suka tawa itu, terlebih karenaku.

              “Kita baru bertemu sepulangnya dari kantor tadi, dan sekarang kau sudah berada di apartemenku lagi? Kau tidak lelah?” Tanyanya membuatku menggeleng dengan cepat.

              “Tak ada kata lelah untuk bertemu denganmu.” Kataku jujur, namun ini malah membuatnya tertawa lagi. “Kau ini kenapa? Suka sekali tertawa begitu.” Aku merajuh dan menyandarkan punggungku pada punggung sofa. Ah, apartemen ini sudah seperti milikku saja, aku sangat nyaman berada di sini.

              “Kau tahu tidak? Kau ini sudah berusia berapa? Dan gaya berpacaranmu seperti anak usia tujuh belas tahun, berbanding sekali dengan usiamu yang berusia tiga puluh delapan tahun.” Cibirnya yang kubalas dengan mencebikkan bibirku. Aku tak perduli mau dikata apa olehnya, yang pasti aku bisa lebih menghargai dirinya dibanding dengan cinta pertamanya itu.

              “Vist, Kau jadi ke Indonesia?” Pertanyaannya yang tiba-tiba itu membautku menoleh padanya, wajahnya terlihat seperti tak merelakanku untuk pergi. Ah, apa dia memang tak rela aku ke Indonesia? Apa dia akan merindukanku?

              “Bukankah kau yang mengatur jadwalku, sayang?” Tanyaku menggoda, aku lebih mendekatkan diriku padanya.

              Gadis didepanku ini menganggukan kepalanya. Menyetujui apa yang telah kubicarakan tadi. “Alvist menjauh dariku!” Ucapnya keras yang mendorong tubuhku menjauh darinya, sebenarnya aku bisa saja menahannya namun aku tak mau memancing emosinya. Asal kalian tahu, gadisku ini sangat emosian, terkecuali saat di kantor, dan aku suka sekali mengerjainya di kantor dengan alasan keprofesionalitasan, padahal dia bisa saja menyerangku saat kami sudah di luar jam kerja, dan aku tak perduli itu.

              “Baiklah sayang. Tapi, apa kau takkan merindukanku?” Tanyaku dengan wajah yang memelas. Aku sudah mengajaknya untuk ke Indonesia, mengunjungi salah satu hotelku yang ada di sana, dan rencanya aku akan membuat sebuah cottage di daerah Karang Anyar, Jawa Tengah. Aku pernah kesana sekali, itupun sepuluh tahun yang lalu dan tempat itu sangat indah dengan hamparan hijau yang menyelimuti perbukitan disana. Dan rencananya setelah pekerjaanku selesai, aku akan mengunjungi tempat itu lagi.

Jodoh Pasti BertemuWhere stories live. Discover now