P.9 - Aku Menyayanginya

21.5K 566 18
                                    

Terimakasih untuk yang sudah merelakan jemarinya untuk cuapcuap, untuk bintangnya dan juga untuk memasukkan cerita ini ke reading list kalian. terimakasih :)

Alvist POV

              Aku keluar dari ruang kerjaku, sudah jam pulang kerja namun gadis itu belum juga memberikan hasil laporan keuangan bulan ini, padahal saat aku menghubungi Karel—manager keuangan—ia sudah menyerahkannya pada Viska.

              “Vis, laporan keuangan mana?” Tanganku mengadah, meminta hasil laporan dari Karel. Viska yang tengah fokus pada layar komputernya kontan menghadapku dan tersenyum ramah.

              “Oh iya, maaf Tuan.” Gadis itu memberikanku map berwarna merah. Ia bangkit dari duduknya. Ia sangat tahu sopan santun, jika aku tengah berdiri maka ia akan berdiri, dan jika aku duduk sebelum kuperintah untuk duduk dia akan tetap berdiri. “Karel bilang jika keuangan kita bulan lalu naik dua kali lipat, itu baru hotel yang disini, belum lagi yang ada di Paris dan juga Korea.” Aku mengangguk mengerti, aku cermati hasil laporan keuangan dari Karel. Memang, pengunjung akhir-akhir ini benar-benar melonjak terlebih bulan ini adalah musim liburan.

              “Baiklah. Terimakasih. Oh ya, selesaikan pekerjaanmu secepatnya, kita masih ada janji dengan seseorang untuk makan malam.” Aku berucap saat telah berada di depan pintu ruanganku.

              “Tapi di agenda Tuan, tidak ada janji dengan siapapun.” Aku melihat ia yang mengecek buku kecil yang kuyakini itu adalah buku agendaku.

              “Ini urusan pribadi, sayang.” Kataku menyeringai, ia memutar bola matanya malas. Aku tahu, dia paling tak suka jika aku sudah membawa urusan pribadi ke dalam pekerjaan, tapi aku tak perduli, disini aku bosnya, dan dia harus menuruti apa yang telah menjadi keinginanku.

              “Masuk sana, aku malas melihatmu.” Usirnya yang membuatku terkikik geli. Lagian siapa yang betah berlama-lama untuk bersikap profesional dengan kekasih sendiri. Terlebih ini kan sudah jam pulang kerja, jadi aku bukan lagi sebagai bosnya meskipun ini masih di area kantor.

              Aku berkutat dengan laptopku, bukan, bukan untuk mengerjakan deretan angka yang membuatku terkadang muak namun memperhatikan wajah cantik gadisku di layarnya. Aku tersenyum kecil mengingat liburan kami beberapa waktu yang lalu, dan saat itu aku benar-benar merasa jika kami memang berjodoh.

              Dering handphone membawaku kembali ke alam nyata, kulihat nama Keano disana. Putra ku yang sekaligus menjadi sainganku dalam merebutkan cinta Viska. Oh, tunggu apa aku belum bercerita jika aku memiliki anak asuh bernama Keano? Akan kuceritakan setelah mengangkat telfon darinya.

              “Ayah, kapan kau menjemputku? Kakiku sudah pegal daritadi menunggumu.” Suaranya sudah beralih menjadi suara pria dewasa ternyata. Kenapa aku baru menyadarinya?

              “Maaf, Ayah tak bisa menjemputmu. Kau langsung saja ke rumah Oma-mu dan Ayah akan menemuimu disana bersama calon Ibu-mu” Aku mengetukkan pena yang keganggam di atas meja.

              “Kenapa kau tak bilang dari tadi? Kalau begitu, aku bisa pulang bersama dengan temanku tadi. Lagian, Ayah kenapa selalu mementingkan pekerjaan dibandingkan dengan aku?” Kudengar nada protes darinya.

              “Bukan Ayah yang menyelesaikan pekerjaan namun calon Ibu-mu lah yang memiliki banyak pekerjaan, Dude.” Aku memberikannya sebuah alasan, dan memang benar bukan apa yang kukatakan? Viska belum menyelesaikan pekerjaannya.

Jodoh Pasti BertemuWhere stories live. Discover now