P. 15 - Dia, Farlant!

16.2K 489 32
                                    

hello. selamat sore. minggu yang cerah yah hahaha. ini nih dikasih jodoh pasti bertemu. sebelumnya, terimakasih buat temen-temen yang udah setia ngevote, baca, komen tapi dengan sombongnya nggak ada yang saya bales. eh tapi di baca kok tenang aja. terimakasih juga yah yang udah respect sama cerita ini :*. ini part-part akhir, semoga nggak mengecewakan yah. selmaat membaca dan semoga terhibur teman-teman :*

---------------

Viska POV

              Kepalaku terasa berputar-putar. Aku merasakan pencahayaan yang menyilaukan mata, dengan perlahan aku membuka mata mencoba beradaptasi dengan ruangan yang—mungkin—belum  pernah kumasuki sebelumnya. Aku mengedarkan pandanganku, dan berusaha mengangkat tubuhku, punggungku bersandar pada kepala ranjang.

              Aku sepertinya mengenal taman yang menjadi pemandangan dari kamar ini. namun, tempat ini benar-benar sudah berubah. Aku jadi ragu jika ini merupakan tempat yang pernah ku kunjungi. Tapi, dua ayunan itu begitu familiar dimataku. Ayunan yang terbuat dari ban karet dengan kayu besar yang menyangganya.

              Aku mendengar pintu terbuka, kutolehkan kepalaku dan seorang pria yang sangat kukenal telah berdiri di sana, tersenyum begitu manis namun mengerikan bagiku. “Kau sudah bangun ternyata.” Katanya yang meletakkan nampan di atas nakas samping tempat tidur.

              “Farlant.” Gumamku. Ternyata benar kan, ini kamar Farlant dan rumah ini adalah rumah Farlant. Dua ayunan itu biasanya  menjadi tempat favoritku jika aku dan yang lain tengah berkunjung ke rumah Farlant.

              “Bagaimana keadaanmu?” Tanyanya dengan lembut. Tangannya berada di puncak kepalaku. Persis dengan yang dilakukannya saat mennjengukku ketika aku sakit dulu.

              “Aku mau pulang.” Kataku tak menjawab pertanyaannya.

              “Viska.” Tangannya meraih kedua tanganku, matanya menatapku dengan penuh permohonan. “Kumohon, beri aku kesempatan. Aku akan membuktikan padamu, jika aku lebih pantas berada di sisimu dibandingkan Alvist. Aku yang mengenalmu jauh sebelum dia, aku yang menunggumu disini selama beberapa tahun, tapi kau malah kembali dengan pria itu. Viska kumohon.” Pintanya lagi.

              “Maaf, Farlant. Tapi aku mencintai Alvist. Aku tahu, aku baru mengenal Alvist. Tapi dia bisa  menerima kekuranganku, dia tak pernah sedikitpun membuatku sedih.” Aku menatap matanya, meyakinkannya bahwa aku bahagia bersama dengan Alvist.

              “Setelah dia membunuh anak kita?” aku tercengang. Bagaimana dia tahu, jika Alvist? “Kau tak perlu terkejut, Viska. Aku sudah mendengar semuanya. Kau hamil, dan kecelakaan itulah yang membuat kau keguguran. Selama ini kau berbohong, kau bilang kau tak pernah hamil anakku, tapi kenyataannya?” Farlant menundukkan kepalanya, suaranya  mulai bergetar. “Kau tahu Viska, aku selalu bermimpi kau menggendong anak kita. Aku ingin sekali menghampirimu, namun kau pergi menjauh membawa anak kita. Setiap malam aku berdoa kepada Tuhan, untuk mempertemukan kita, bersama dengan anak kita pula.” Farlant menangis.

              Aku makin menundukkan kepalaku, merasa bersalah karena telah membohongi Farlant mengenai anakku yang telah pergi menghadap Tuhan terlebih dahulu. “Benar, Tuhan memang mengabulkan doaku, namun Tuhan tak memberikanku kesempatan untuk melihat anak kita.” Farlant kembali mengangkat kepalanya. Aku melihat sebuah kerinduan dari pancaran matanya. apa ia merindukanku? Merindukan anakku juga?

              Aku menyeringai, mencoba menutupi apa yang sebenarnya ada di hatiku. Menutupi segala rasa sedih dan rasa rindu kepada anakku, sosok yang tak pernah kulihat namun mampu membuatku jatuh cinta padanya. “Kau tahu Farlant, aku sama sekali tak menginginkan kehadirannya. Aku tak mau sedikitpun ada jejak yang berhubungan denganmu.” Aku menghela nafas dan mencoba melihat bagaimana reaksi Farlant. 

Jodoh Pasti BertemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang