[1]BEGINNING

2.4K 98 6
                                    

Sebenarnya hari ini Shilla malas kemana-mana. Ia sudah berniat akan tidur seharian tapi Sivia datang menjempunya untuk menghadiri pentas seni yang diadakan oleh sekolahnya. Padahal dari awal Shilla sudah bilang ia tidak berniat datang di acara itu. Tidak tertarik katanya.

"Shil bangun kek! Buruan keburu telat nih!" Ujar Sivia tak sabaran.

"Ih apaan sih lo? Gamau ah! Males gue! Lo aja sana sendiri. Lagian ini masih jam 9 pagi Via dan pensi baru mulai jam 4 sore. Lo mau ngapain di sana?" Balas Shilla malas-malasan.

"Kita harus ke tempat Ify dulu, habis itu kita nyalon terus beli baju baru deh berangkat. Kalau lo kaya gini waktu kita makin dikit." Cerocos Sivia.

"Kan gue udah bilang gue gaakan datang. Pemaksaan nih namanya. Btw, emang lo yakin Ify mau berangkat pagi buta kek gini?" Ujar Shilla sakratis.

Sivia memutar kedua bola matanya sebal. "Justru itu gue samperin lo duluan. Kan Ify pasti ikut kalau lo ikut hehe.."

Shilla mendengus sebal. "Lo tuh bener-bener ya ish!" Kesal Shilla.

Sivia buru-buru menarik Shilla dari tempat tidurnya dan melemparkan handuk pada gadis itu. Dan sebelum Shilla kembali mengomel dan marah-marah, Sivia sudah lebih dulu mendorong tubuh Shilla ke kamar mandi. "MANDI YANG BERSIH YA SHILL BIAR WANGI, SIAPA TAU ADA YANG NYANTOL. TAPI JANGAN LAMA-LAMA!" Teriak Sivia sambil terkikik sendiri. Ia yakin di dalam sana Shilla sedang merenggut kesal.

*****

Kurang dari 30 menit, Sivia dan Shilla sudah sampai di rumah Ify. Satpam di rumah Ify sudah sangat mengenali dua gadis cantik dihadapannya, langsung mempersilahkan keduanya masuk. Mereka segera menuju ke kamar Ify yang terletak di pojok lantai dua rumahnya. Dan kalian tau apa? Ify juga masih tidur gengs. Butuh kekuatan ekstra buat bangunin Ify.

"Tuh kan gue bilang apa! Ify mana mungkin bangun pagi buta di hari libur kaya gini?!" Dengus Shilla sebal. Shilla memilih untuk ikut berbaring dengan Ify. Tapi sebelum pantatnya menyentuh kasur, Sivia sudah menarik tangannya agar tetap berdiri.

"Ga ada acara ikutan tidur lagi sama Ify. Kita bisa telat nanti." Tegas Sivia. Ia menarik napasnya panjang sebelum.. "IFYYYYYY!!!!!!!!!!!!!! BANGUN DONGGGG!!! INI UDAH JAM BERAPA COBA? KITA BISA TELAT!!!" Teriak Sivia yang membuat Shilla harus menutup kedua telinganya.

"Gila suara lo ngalahin toa mesjid istiqlal." Ujar Shilla sambil geleng-geleng kepala. Ify hanya menggeliat kecil dan belum berniat membuka matanya.

"IFYYYY!!! SAMPE ITUNGAN KELIMA LO GA BANGUN, GUE SIRAM JUGA NIH!!!" Kesal Sivia. Ia berlari kecil ke kamar mandi Ify dan kembali sambil membawa air di ember kecil milik Ify. "Gue serius ya Fy." Shilla hanya menjadi penonton setia yang menyaksikan hal tersebut. Sedangkan Sivia mulai menghitung mundur.

"Satuuuuu...."

"Duaaaaaa....."

"Tigaaaaaa....."

Shilla menarik napasnya. Bersiap menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Empatttttt....."

"Lii..." Belum sempat Sivia menyelesaika hitungan terakhirnya, Ify sudah terduduk dengan wajah kesal. Sebenarnya sejak Sivia membangunkannya dengan suara supernya itu, Ify sudah bangun. Hanya saja ia benar-benar malas untuk beranjak. Sivia membalas tatapan tajam Ify dengan cengiran tanpa dosanya.

"Lo tuh udah melanggar hak asasi manusia tau gak?!" Ujar Ify dengan nada kesal.

Sivia mengeryit tidak mengerti. Ify menghela napas. "Pertama, lo membuat keributan di rumah orang dan itu melanggar hak orang hidup tenang. Kedua, lo mengancam gue dan itu melanggar hak untuk hidup aman." Jelas Ify.

The Hearts Wants What It WantsWhere stories live. Discover now