[5]Slowly

629 40 7
                                    

Penantian mereka kini terwujud, bel istirahat berdering, tanda penderitaan mereka berakhir. Kedua gadis ini segera meluncur ke kantin untuk mengisi kembali tenaganya yang terkuras habis karena tes dadakan yang diadakan oleh guru kimianya. Mereka berjalan cepat supaya tidak berdesak-desakan saat akan membeli makan dan minum. Sayangnya, harapan mereka hanyalah harapan. Kantin itu sudah penuh bahkan lebih penuh dari biasanya.

Shilla menghembuskan napas cukup keras, "Fy, gue ga sanggup ah kalo kaya gini keadaannya."

"Tapi gue lapar, Shillaaaaaaaaaaa" rengek Ify. Matanya tak henti-henti mencari sahabatnya yang lain dan mencari meja yang kosong. "Yaudah, gini aja deh, gue mau ngadem aja deh di taman belakang. Lo tunggu disini, tuh Via udah mau sampe juga kan." Putus Shilla sambil menunjuk ke arah Sivia dengan dagunya.

"Hmmmm oke deh gapapa. Lo mau nitip?" Tanya Ify.

"Makasih. Tapi kayanya ga perlu deh. Gue bisa beli sendiri nanti. Gue cabut ya! Ntar kita langsung ketemu di kelas aja. Gausah susulin gue ke taman, oke?" Ify hanya menjawabnya melalui anggukan saja.

********

Sivia sedang berjalan santai menuju kantin untuk menemui kedua sahabatnya. Matanya melihat kesana kemari mencari objek menarik. Dan keasikannya harus terganggu oleh pemuda yang tiba-tiba ada di hadapannya. Sivia mendengus sebal. "Mau apa sih lo?"

Pemuda tadi -Alvin- berdecak sebal melihat gadis menyebalkan di depannya. "Inget ya, pulang sekolah nanti lo kudu dan harus temenin gue! Awas aja kalo kabur, gue hukum lo!" Peringatnya dengan nada penuh ancaman.

Sivia berdecak kesal, "Iya iya bawel banget lo kaya emak-emak komplek!"

Dan Alvin tidak peduli, ia berjalan meninggalkan Sivia yang kesal setengah mati dengan kelakuan seenak jidatnya itu.

********

"Kantin gak lo?" Tanya Rio saat melihat Cakka masih betah duduk sambil memainkan ponselnya entah sedang apa.

Mendengar pertanyaan Rio, Cakka mengedarkan pandangannya. Kelasnya sudah sepi, hanya ada beberapa orang yang tetap disana dan mulai memakan bekalnya. Ia mencari seseorang, tetapi sepertinya orang itupun sudah tak ada. "Yaudah ayo." Balas Cakka sambil berlalu pergi mendahului Rio.

Rio berdecak kesal tetapi tetap mengikuti langkah Cakka. Sepanjang perjalanan, Cakka terus saja berceloteh ria tentang gadis pujaannya dan rencana-rencana dia untuk pedekate dengan gadisnya itu.

"Yo, pokoknya ya lo sama Alvin kudu banget bantuin gue buat bisa deket sama doi. Ya secara lo tau sendiri kan, doi yang ini beda, kaya ada manis-manisnya gitu." Ujar Cakka sambil menepuk pundak Rio.

Rio mendelik, "Ck! Alay banget sih lo! Berisik pula!"

Seakan tidak peduli dengan kekesalan Rio, dia terus melanjutkan ucapannya, "Nah karena gue yakin ini bakal sulit dan membutuhkan waktu yang lama, gue butuh bantuan lo sama Alvin. Terserah deh lo sama Alvin mau bantuin guenya kaya gimana, gue mah terima hasil jadinya aja. Asal jangan ngerugiin gue!" Ocehan Cakka.

Ck. Rio benar-benar kesal dengan ocehan Cakka. Ya gimana ga kesel, Cakka kalo ngomong suka seenak jidat kaya gitu. Dengan penuh kekuatan Rio menjitak kepala Cakka. "Elo berisik tau ga! Lagian enak banget lo ngomong, ini mah gue sama Alvin yang susah. Enak di elo doang ini mah. Lagian dia kan gebetan lo, ngapa gue sama Alvin yang harus ribet ngurusin. Itu urusan lo. Urus aja sendiri. Usaha juga lo sendiri jangan mau enaknya doang! Dikira gue sama Alvin gaada kerjaan apa." Dan Rio pun berlalu meninggalkan Cakka sebelum mendapat ocehan yang lebih panjang lagi.

*******

Sesampainya di taman, Shilla langsung mengambil posisi duduk tepat di bawah pohon yang rimbun. Entah kenapa, tubuhnya mendadak nyeri dan kepalanya pun pusing. Sepertinya ia butuh istirahat ekstra setelah ini. Ia menyandarkan punggungnya dan mulai memejamkan matanya.

The Hearts Wants What It WantsWhere stories live. Discover now