PROLOG

4.6K 180 23
                                    

Bulan Oktober pada sebuah kalendar duduk manis di sudut meja rias. Tanda hati dengan spidol merah menghiasi tanggal 1, 2, 3, hingga tanggal 9.

Meja rias terlalu berantakan sebagai meja untuk berhias diri. Beberapa batang lipstick, mascara, dan eyeliner berserakan. Bubuk berwarna-warni bertaburan mewarnai meja putih.

Tanpa daya, tangan kiri seorang wanita meraih kalendar tersebut. Dengan gemetar, tangan kanannya memegang spidol merah.

Terpantul pada cermin, wajah pucat menatap sendu kalendar dengan mata bengkaknya. Sepasang mata bengkak itu kembali mencair. Setetes air mata jatuh tepat mengenai tanggal 13 pada kalendar, dan terus mengalir ke angka 20.

Perlahan, tangannya menggoreskan tanda hati yang kesepuluh. Tanda hati yang tidak sempurna karena tangan yang gemetar. PLUK. Spidol itu pun terjatuh dari tangannya yang lemas.

"I ... LOVE YOU ... TENFOLD ...." Suara serak terbata-bata terdengar dari bibir keringnya.

Wanita itu berdiri. Dengan langkah gontai, ia mendekati jendela kamar. Ratusan helai tissue bekas yang tersebar di lantai terinjak beberapa kali.

Botol-botol parfum terguling di lantai. Tumpahan cairannya membuat udara di kamar berwangi harum berbagai macam bunga. Bantal-bantal berjatuhan dari ranjang yang tidak lagi beralaskan seprai.

Ujung gorden jendela sudah terikat dengan sehelai kain seprai. Begitu pula ujung lainnya pada kain seprai tersebut sudah terikat dengan sehelai selimut. Begitu seterusnya dengan kain seprai dan selimut lainnya, saling terikat menyerupai seekor ular yang panjang.

KLOTEK. KRIEEEK. Daun jendela kaca dibuka perlahan. Angin musim pancaroba berhembus kencang, dinginnya menyapu permukaan kulit.

Langit gelap berawan, tanpa bintang maupun bulan. Ikatan seprai panjang dilemparkan keluar jendela, menjuntai hingga ke lantai teras di bawahnya. Ia pun memegang erat gordennya, siap untuk meluncur ke bawah.

"Pegang seperti ini dan arahkan tepat pada sasaranmu! Tarik pedalnya dengan jari telunjukmu!" Suara seorang pria terngiang di telinganya.

Samar-samar terlihat di kejauhan, sesosok bayangan seorang anak laki-laki. Pakaiannya yang putih telah menjadi kecokelatan. Kotor dan tidak beradab.

Senyuman bocah kumuh itu pudar di balik cahaya putih menyilaukan. Sangat menyilaukan. Reflek, mata wanita itu memicing. Bayangan semu menghilang ditelan gelap gulita.

"Jika kamu sudah yakin, lepaskan jari telunjukmu!"

DORRR.

"Waaaakk!"

"Daddy!"

Bunyi tembakan memekakan telinga. Suara jeritan turut menggema. Tangisan. Kegaduhan. Sirine. Ketukan sepatu berlarian. Semua berdengung. Bercampur aduk di telinga. Hingga semua terdengar samar-samar ... dan menghilang.

"Pelurunya akan berlari 10 kali lipat lebih cepat dari pikiranmu!"

x X x X x
x X x
x X x X x

09.07.2016

Hai, Pembaca! Ini novel pertamaku di Wattpad. Salam kenal!

Panggil saja aku "iva". Jangan panggil Thor. Kalau dipanggil Thor, nanti mantanku, Chris Hemsworth---pemeran Thor, tokoh Avengers buatan Marvel---yang merasa terpanggil. Haha ...

Peringatan mature content bukan dari sisi seksual---aman untuk remaja 15 tahun ke atas. Melainkan adanya beberapa adegan kekerasan, pikiran jahat, dan cipratan darah, yang membutuhkan pemikiran dewasa untuk tidak meniru di rumah, maupun di mana-mana.

Jangan lupa untuk follow, comment, dan colek bintangnya ya!

Selamat menikmati!

[Beberapa chapter sudah direvisi. Silakan baca ulang.]

TenFoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang