1 X ~ Part 2

1.2K 61 14
                                    

DORRR ... Bunyi senapan api berdesing kencang di sebuah lapangan pelatihan berburu siang ini. Sebuah peluru tepat menembus titik tengah papan bergambar lingkaran.

Seorang pria berusia setengah abad baru saja menembakkan peluru ke papan sasaran tembak. Ia tersenyum miring, membuktikan ketepatan tembakannya yang tidak pernah meleset. Tentu saja, ia sudah terbiasa menggunakan senjata api sejak masih muda. Saat ini ia hanya sedang memberikan pelatihan kepada para juniornya.

"Maaf, mengganggu sebentar, Bapak Mayjen Thomas Dewangga." Dengan hati-hati, seorang pria yang lebih muda menghampiri penembak itu dari belakang. "Lapor. Ada telepon dari Jakarta, Pak."

Sang penembak itu adalah Thomas Dewangga. Seorang TNI Angkatan Darat yang berbintang dua pada pundaknya, ayah kandung Regina Ethelwyn Dewangga. Gelar Mayor Jendral membuatnya sangat dihormati oleh semua orang yang mengenalnya.

Walaupun sudah berusia genap 50 tahun, tubuhnya tetap sehat, tegap, dan kekar. Tampak seperti masih muda, masih sangat kuat, dan tentunya masih sangat tampan. Alisnya yang tebal dan tulang rahangnya yang tegas, membuatnya terlihat semakin berwibawa. Sebuah topi hitam menutupi separuh rambutnya yang sudah beruban.

Mayjen Thomas Dewangga berbalik, seraya menyerahkan sebuah senapan kurus berhidung panjang kepada seorang asisten penembak berseragam serba hitam. Lalu ia menerima ponselnya dari salah satu asisten pribadinya.

"Ya, ini saya. Ada apa?" jawab Mayjen Thomas Dewangga kepada seseorang di sambungan telepon selulernya.

"..." Entah siapa dan apa yang dikatakan oleh seseorang di seberang telepon itu, telah membuat dahi Thomas Dewangga mengerut. Sepasang alis tebalnya seperti ingin bersatu.

"Apa?" hentak Thomas Dewangga dengan masih menjaga image khas seorang tentara yang tegas, berwibawa, dan tidak terlalu terbawa emosi. Namun, giginya tetap mengerat selama mendengar penjelasan seseorang di telepon.

" ... "

"Tadi pagi?"

" ..."

"Baiklah, saya segera ke Jakarta." Ia mendengus ketika mematikan sambungan ponselnya.

"Batalkan acara berburu malam ini!" perintahnya pada salah seorang anggota pelatihan di sebelahnya.

"Tapi, Mayjen ..." Sanggahannya terhenti, karena segan melawan perintah seseorang yang jabatannya lebih tinggi, ditambah lagi tampaknya bapak Mayjen sedang murka. "Siap!"

Rencananya, Mayjen Thomas Dewangga akan menikmati liburannya dengan berburu babi hutan. Bukan hanya sekedar hobi, beliau juga melakukannya dalam rangka kampanye pemberantasan hama babi hutan yang seringkali merusak ladang perkebunan rakyat.

Selain menjaga keamanan negara Indonesia, Mayjen Thomas Dewangga juga aktif dalam kegiatan politik bersama partai yang didukungnya. Beberapa rekannya di Angkatan Darat pun ikut mendukungnya melakukan kegiatan amal politik ini, dengan cara membentuk suatu pasukan sendiri. Banyak anak muda dari Secata PK (Sekolah Calon Tamtama Prajurit Karier) yang dilatih untuk mengikuti kegiatan amal ini sebagai syarat kelulusan tahap II---kejuruan.

"Siapkan pesawat saya sekarang juga!" perintah Thomas Dewangga kepada salah satu asisten pribadinya.

"Siap, Pak!"

"Hubungi Pengacara Togar untuk menemui saya di Jakarta besok pagi!" perintahnya pada asisten pribadinya yang lain lagi seraya memberikan ponselnya.

"Siap, Pak!"

x X x X x

Perlahan-lahan, Regina melangkah keluar dari sebuah kamar di lantai satu. Sesekali ia menoleh kembali ke dalam kamar tersebut, sambil tersenyum sangat manis. Kemudian ditutupnya pintu kamar tersebut dengan hati-hati.

TenFoldDonde viven las historias. Descúbrelo ahora