2 X ~ Part 3

959 54 26
                                    

Matahari bersinar sangat cerah pagi ini. Cahayanya berkilauan menembus sela-sela dedaunan dan ranting-ranting pohon Akasia.

Sepasang kelinci putih berkejaran di rumput yang hijau. Kicauan keluarga burung bulbul (Luscinia megarhynchos) menyanyi riang, menyambut kedatangan seorang putri ke negeri dongeng dari kerajaan seberang.

Seorang putri yang cantik jelita turun dari kereta kuda yang terbuat dari buah labu. Gaun panjang berwarna kuning emas yang indah menyapu tetesan embun di rumput hijau.

Rambutnya yang berwarna cokelat keemasan disanggul ke atas seperti Cinderella, memperlihatkan belakang leher dan punggungnya yang seputih Snow White. Beberapa butir berlian pada kalungnya menghiasi dadanya yang separuh terbuka.

Bermacam bunga berwarna-warni pun mulai bermekaran di sekitarnya. Mulai dari yang terdekat dengan sepatu kacanya, semakin meluas, semakin banyak, hingga memenuhi hutan tersebut.

Dari kejauhan, terdengar derap langkah seekor kuda. Putri Regina menoleh. Seorang pangeran setampan pangeran Eric yang dicintai Ariel si putri duyung, datang dengan menunggangi kuda putih.

Alunan melodi balada yang romantis terdengar dari balik-balik pohon. Senyum manis dari bibir merah delima putri Regina terlihat di wajahnya yang cantik merona.

"Selamat pagi, Tuan Putri Cantik!" sapa pangeran Haris sambil melambaikan tangan ke arah Putri Regina. Panggilan 'Tuan Putri Cantik' baru kali ini didengar putri Regina dari bibir pangeran Haris.

Dengan gagah, pangeran Haris turun dari punggung kuda putihnya. Lalu ia melangkah perlahan menghampiri Sang Putri sambil memamerkan giginya yang putih bersinar. Ia mendekat. Semakin dekat.

DUK.

GEDUBRAK.

Pangeran tampan itu tiba-tiba saja tersandung buah apel yang tergeletak di rumput. Ia tersungkur mencium tanah.

Rumput hijau ternyata sudah menjadi tanah cokelat tandus. Sekejap saja tanah tandus menjadi semakin lembek, semakin kental dan mencair, menjadi lumpur cokelat yang kotor. Lumpur tersebut menghisap tubuh pangeran ke dalam dan semakin membenamkan wajahnya.

Seketika langit menjadi gelap gulita, bagaikan malam tanpa bintang maupun rembulan. Angin berhembus kencang menerbangkan dedaunan kering, berputar kasar mengelilingi mereka.

Ledakan halilintar menyambar pohon-pohon Akasia yang telah berubah menjadi pohon Beringin (Ficus benjamina) tua dan rindang. Ranting dan akar-akar pohon beringin bergerak semakin besar, lebat, dan berduri tajam.

Bunga-bunga yang indah berubah menjadi layu dan berwarna hitam. Harumnya yang semerbak pun menjadi berbau sangat busuk, seperti aroma bangkai ternak bercampur sampah pencernaan.

Alunan melodi romantis berganti menjadi dentuman musik seram mencekam, seperti bunyi benda-benda keras dihantamkan sekuat tenaga. Getarannya membuat jantung ikut berdegup kencang.

Kuda-kuda dari kereta labu putri Regina berubah menjadi kawanan serigala besar. Hewan buas bergigi runcing itu terus menggeram pada setiap perubahan yang terjadi.

Keluarga burung bulbul berubah menjadi segerombol kelelawar yang terbang mengelilingi putri Regina. Kepakan sayap dan pekikan ultrasonik mereka memekakan telinga.

Sepasang kelinci putih berbaur dan menyublim, menjadi seekor naga merah berkepala dua. Naga raksasa itu terus menyemburkan api ke tubuh pangeran yang tersungkur tidak berdaya.

Kuda putih pangeran berubah menjadi seorang nenek sihir tua yang bungkuk dan berkeriput. Suara tawanya yang melengking membuat gendang telinga berdengung.

TenFoldWhere stories live. Discover now