1 X ~ Part 1

2.8K 110 78
                                    

Matahari sudah terbangun dari mimpi indahnya dengan senyum cerah. Seorang wanita juga sudah siap berdandan cantik di depan meja riasnya. Berkali-kali, wanita itu mengecek make-up wajahnya pada pantulan cermin.

Sepasang bola mata berwarna abu-abu, berlindung di balik lipatan kelopak mata ber-shadow cokelat kemerahan. Lipstick merah terang mempermanis bibirnya yang tidak terlalu tipis. Serbuk perona merah juga bertabur tipis pada kedua pipinya. Terlihat sangat cantik sempurna dengan hidung mancung alami khas America Latin-nya.

Rambutnya cokelat keemasan tergerai bergelombang dan tertata rapi. Sepasang anting bunga merahnya bersembunyi di sela helaian rambutnya. Sesekali, jari-jari lentik bercat kuku merah merapikan blouse putihnya, motif bunga-bunga merah kecil bertebaran di bagian dadanya.

Bukan pertama kalinya wanita berusia 25 tahun ini berdandan. Ia sudah melakukannya setiap pagi. Namun, khusus untuk hari ini, penampilannya harus terlihat sesempurna mungkin.

TIK TOK TIK TOK.

DUG DUG DUG DUG.

Bunyi detak jantung terdengar berlomba dengan jarum detik pada jam dinding yang menunjukkan pukul 5 lewat 49 menit. Kedua kakinya mulai menyelusup ke dalam sepasang high-heels merah mengkilap, seraya beranjak berdiri.

Tangannya merapikan flare-skirt merah polosnya yang tidak menutupi lututnya. Tas manis yang juga berwarna merah diraihnya dari hanger, lantas dilampirkannya ke pundak kanannya. Badan langsing sempurna itu pun mulai melenggang.

CEKLEK. Pintu kamar terbuka. Wanita cantik itu mulai melangkah keluar, menelusuri rumahnya yang jauh lebih luas dari kamarnya. TUK TUK TUK ... Langkah high heels-nya menuruni tangga terdengar mengalahkan detak jantungnya yang berdentum semakin keras.

Seorang perempuan muda berkulit sawo matang dengan rambut diikat ekor kuda, muncul dari arah dapur. Ia berlari cepat menuju pintu depan. Lalu membukakan pintu lebar-lebar untuk majikannya.

"Semangat untuk hari ini, Nona Regina! Ini kuncinya, silakan!" katanya bersemangat pada majikannya seraya menyerahkan sebuah kunci mobil.

"Thanks, Minah!" sahut majikan yang bernama Regina itu sambil tersenyum kecil.

x X x X x

Mercedes Benz SL500 R129 kelahiran tahun 1989 berwarna merah terang dengan plat nomor B 391 NA melesat keluar dari garasi rumah termewah di komplek perumahan elit. Atap hitamnya yang dapat dibuka dibiarkan tertutup saat ini.

TIN TIN. Anak-anak berseragam sekolah yang sedang berjalan kaki langsung merapat ke tepi. Angin meniup rambut mereka, ketika mobil mewah itu berlari kencang melewati mereka. Dengan takjub bercampur iri, mereka menoleh dan memperhatikannya. Hingga dekat dengan pintu gerbang komplek, sedan cantik tampak melambat.

Haris, seorang pria tampan berdarah Jawa, bermata cokelat, berbadan tegap dan kekar. Dengan mengenakan seragam satpam, ia berdiri sendirian di depan gerbang bertuliskan URBAN CLUSTER cukup besar. Ia pun langsung membukakan pintu gerbang besi hitam yang kokoh untuk si Mercedes cantik, begitu ia melihatnya dari kejauhan.

Setiap Mercedes cantik ini terlihat di matanya, dari jauh sekalipun, wajah Haris langsung cerah bersemi. Bagaikan sekuntum sunflower (Helianthus annuus L.) yang selalu memandangi matahari dengan gembira. Jantungnya melompat-lompat riang. Seolah ada yang menarik kedua pipinya hingga bibirnya tersenyum lebar.

Kaca jendela kemudi Mercedes akhirnya dibuka lebar, memperlihatkan seorang wanita yang mengemudikannya. Bibir merahnya tersenyum manis. Sepasang mata abu-abu indah melirik, seolah menusuk sepasang mata cokelat yang tak berkedip sedikit pun menatapnya.

TenFoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang