4 X ~ Part 8

793 31 10
                                    

Perih terasa di sekujur tubuh Regina, ketika sedang berusaha berjalan, meninggalkan tempatnya bersemedi selama 4 hari ini. Kulit barunya yang masih lunak bergesekan dengan perban yang menyelimutinya setiap ada pergerakan. Seretan-seretan berat kakinya melangkah, sedikit demi sedikit. Tulang dan otot seluruh tubuhnya terasa kaku, karena sudah 4 hari tidak digunakan.

Sekuat tenaga, Regina terus merayap hingga ke luar kamarnya. Setiap kali lututnya goyah, ia bersandar pada Minah yang dengan sigap memapahnya sambil mendorong tiang botol infusnya. Ia bahkan hampir membuat Minah yang bertubuh lebih kecil darinya itu ikut tersungkur.

Akhirnya Regina sampai di koridor depan kamarnya, yang dibatasi oleh pagar besi berukiran cantik. Kedua tangannya yang masih terlilit perban itu berpegangan tidak erat pada pagar besi.

Terlihat seseorang yang sangat ia rindukan di bawah sana. Seorang pria yang membuatnya terluka seperti ini. Karena terlalu mencintainya, ia tak sadar melukai dirinya sendiri, ketika cinta itu melukai hatinya.

Haris... Haris... Haris! Panggilnya dalam hati berkali-kali.

Rasanya salju yang membekukan tubuhnya selama 4 hari ini mencair dalam sekejap. Kehangatan mentari pagi terpancar dari wajah tampan yang dipandanginya dari jauh. Bunga-bunga musim semi bermekaran di hatinya.

Entah apa yang sedang dibicarakan Haris dengan ayahnya. Regina tidak dapat mendengar suara mereka dari lantai 3. Telinganya pun tidak berusaha mendengarkan. Regina hanya memandangi pemandangan yang sangat indah itu. Pemandangan keakraban Haris dengan ayahnya. Pemandangan yang jarang sekali terjadi, mungkin hanya sekali seumur hidup mereka.

Kedua titik hitam mata Haris itu menatap mata Regina yang dikelilingi perban. Jantung Regina berdetak kencang, ketika mata mereka bertatapan dari jauh.

I love you, Haris. Aku tidak akan meragukanmu lagi. Mulai sekarang, aku akan mempercayaimu. Tunggu aku, Haris! Aku akan membuktikan padamu, bahwa cintaku sebesar 10 kali lipat dari yang kamu bayangkan.

Cukup melihatnya dari jauh saja, Regina sudah mendapatkan kekuatannya kembali. Cukup dalam hitungan detik saja, harapan Regina akan masa depan yang cerah kembali bersemi. Regina seperti mendapatkan infus ajaib yang menguatkan tubuhnya. Rasa perihnya menghilang. Ia pun menjadi lebih siap untuk menjalani operasi berikutnya pagi ini.

"Nona Regina!" Suara seorang wanita memanggilnya dari ujung koridor lantai 3 mengejutkan Regina dan Minah

"D-do-dokter Ve-veronika, --" Minah tergagap karena tertangkap basah, telah menyelundupkan seorang pasien yang tidak boleh keluar.

"Mengapa Nona Regina ke luar kamar tanpa seizin saya?!" teriak wanita berjubah hijau itu dengan sorotan mata tajamnya.

Dokter Veronika bersama beberapa dokter lainnya dan para perawat itu berbaris rapi menghapiri Regina. Terlihat seperti pasukan perang yang akan membantai nyawa Regina dan Minah hidup-hidup.

"M-maaf, Dokter, Minah yang salah." Minah mengaku sambil menundukkan wajah penyesalannya. "Tadi Minah hanya ingin --"

"Saya bosan, Dok," jawab Regina cuek, memotong penyesalan Minah.

Tampaknya Regina sudah sembuh. Dengan santai, ia sudah berani melawan orang lagi. Kali ini, dokter bedah plastiknya yang menjadi sasarannya.

"Cepat masuk! Operasi akan segera dimulai," perintah Dokter Veronika.

Para perawat itu pun memapah Regina kembali masuk ke kamarnya. Sementara Minah tidak dipersilahkan untuk masuk maupun menyentuh Regina sedikit pun. Minah hanya mematung di depan pintu kamar.

x X x X x

Wajah Haris terlihat pucat, dengan keringat dingin di seluruh tubuhnya. Ia masih diliputi ketakutan, melihat wanita cantik yang dicintainya telah berubah menjadi seikat mumi menyeramkan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 05, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TenFoldWhere stories live. Discover now