3 X ~ Part 6

690 33 12
                                    

Bau amis darah terhirup di seluruh sudut rumah mungil yang hanya berukuran 3 x 5 meter persegi tanpa sekat kamar. Kakak-beradik itu masih saling menyalahkan atas kejadian yang dialami oleh seorang wanita yang mereka perebutkan. Adu kekuatan sudah berakhir dengan pertumpahan darah yang membanjiri lantai semen tak berubin. Tinggal adu mulutlah yang masih tersisa.

"Dulu Edo masih bisa merelakan Abang merebut Sita dari Edo. Sakit sekali hati Edo kehilangan 'Bidadari khayangan dari langit ketujuh' yang paling berharga bagi Edo." Di tengah emosi dan kepedihan hatinya, ucapan Edo masih saja berlebihan. Namun saat ini, Edo sedang benar-benar serius, tidak bergurau. "Tapi sekarang tuan putri cantik ... kenapa Abang merebut semua milik Edo? Semuanya! Termasuk kasih sayang bapak kandung Edo juga sudah Abang miliki!"

Rupanya, sebagai putra kandung semata wayang bapak Burhan, Edo sempat merasa tidak rela, karena kasih sayang bapaknya terbagi pada Haris, seorang kakak yang tiba-tiba muncul entah dari mana. Hingga saat ini, Edo masih merasa Haris hadir dalam kehidupannya hanya untuk merebut semua miliknya. Kepedihan hatinya yang selama ini tersembunyi, membuatnya ingin memisahkan Haris dengan Regina. Setidaknya, tidak ada lagi hartanya yang direbut oleh kakak tirinya.

"Abang tidak merebut Sita. Kamu tahu 'kan, Do, Sita yang terus mendekati Abang?" cela Haris sembari berusaha membersihkan serpihan kaca yang berserakan di lantai dengan kaki yang masih berlumuran darah. Luka di kaki dan hatinya membuat Haris lemas, untuk berteriak melawan Edo pun ia tidak sanggup.

"Karena Abang selalu bersikap sangat baik pada Sita! Abang tidak pernah menolak Sita, tidak seperti yang Abang lakukan pada Regina!" Edo masih dapat berteriak kencang dengan lubang hidung yang tersumpal tissue. Matanya menerawang ke langit-langit karena harus mendongakkan kepalanya ke atas, agar darah tidak terus mengalir dari lubang hidungnya.

"Abang mana tega menyakiti hati gadis lembut seperti Sita, Do."

Ucapan Haris membuat Edo terperanjat. Edo menggebrak meja makan kayu dengan kepalan sebelah tangannya. Ia pun lupa kalau harus mendongakkan kepalanya. Kedua matanya menatap tajam kakaknya.

"Tapi kenapa Abang tega menyakiti Regina? Selama ini, Abang selalu menolak Regina, membuat Regina selalu menunggu Abang. Tiba-tiba kemarin, Abang mau menerima Regina. Tapi baru sehari saja, Abang langsung menghancurkan hati Regina tanpa alasan yang jelas. Baru saja Abang mengajak Regina terbang tinggi, tiba-tiba Abang menjatuhkannya."

Makian Edo membuat Haris kaku terdiam dengan sehelai kain pel yang masih dipeganginya. Sepertinya, memang Edolah yang sangat mengerti Regina. Sementara Haris hanya mementingkan keegoisan dirinya sendiri, tanpa mempertimbangkan perasaan Regina.

"Abang sadar tidak, Abang sudah sangat menyakiti hati Regina selama ini? Edo tidak tahan melihat Regina selalu sedih karena Abang Haris! Edo hanya berusaha agar Regina tidak berharap apa-apa lagi sama Abang Haris. Biar Regina tidak terlalu sakit hati lagi!"

"Tapi yang kamu lakukan itu lebih menyakitinya, Do!" balas Haris. Giliran Edo yang terdiam.

Haruskah seperti itu caranya, Do? Membiarkan Regina mengetahui rahasia ini, dan membuatnya nekat mencelakai dirinya sendiri? Bukankah lebih baik jika Regina tidak mengetahui apapun? Pikir Haris masih dengan keegoisannya.

"Minah saja masih belum tahu, bagaimana kondisi Regina sekarang. Regina belum sadarkan diri sejak dua hari lalu. Bagaimana kalau dia tidak bisa disembuhkan? Memangnya kamu mau menukar nyawamu untuk bertanggung jawab pada Regina dan keluarganya, Do?" serang Haris dengan suara bergetar lirih.

"Mau! Kalau Edo harus mengorbankan nyawa Edo demi tuan putri cantik Regina, Edo rela!" jawab Edo berapi-api dengan satu tangan mengepal di udara seperti seorang jagoan. "Termasuk sama Abang Haris! Edo tidak akan membiarkan Abang Haris mendapatkan Regina! Edo akan mempertaruhkan 'kesembilan nyawa Edo untuk Abang Haris langkahi satu per satu hingga titik darah penghabisan' untuk mencegah Abang Haris menikahi tuan putri cantik Regina!"

TenFoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang