Parodi Kuncup

36 0 0
                                    

Helai daun tersulur meliukkan tulangnya menyambut hadirnya..
Membau embun yang tak malu bertengger diatasnya.
Berhak kah ia marah pada embun?
Ah, terlalu remeh rasanya marah pada ia yang berhak terlindungi.

Lalu, daun mengintip pada helai berbeda warna.
"Mengapa ia beda?" Tanyanya.
Ah, ia hanya baru terlahir.

Tetes demi tetes air seakan menyadarkannya akan tanya yg lalu.
"Mengapa ia malu?" Tanyanya.
Ah, ia hanya belum terbangun.

Embun yang bertengger dan mengalir menyadarkannya lagi dalam tanya.
"Mengapa embun itu memilihnya yang jelas-jelas pemalu?"
Ah, embun hanya penggoda rasa-rasanya.

Kemudian, Daun tersadar Ia merekah mencuri masa saat Daun sibuk bertanya.
Semesta seakan dengan tak adilnya, menenggelamkan dirinya dalam pesona sang mahkota.
Namun, mengapa harus malu? Sebersit tanya.
"Ah, rupanya Ia iri kepada embun yang kulindungi".
"Banggaku pada Ia yang kupeluk dalam siang dan malam."

LembarWhere stories live. Discover now