5

10.4K 626 6
                                    

Okeh aku balek!
Dibaca ya :v di pot jugak :v dikomen jugak boleh.

Okeh enjoy this part gaezzz!!

OIYA HAPPY SATNITE GAEZZZ

____________________________________

Ali menggeleng tak percaya. Bisakah itu disebut kamar rawat untuk orang yang sedang sakit. Atau mungkin kamar mereka yang biasa ditempati mereka dirumah rumah mereka. Sepertinya yang ke 2 yang tepat.
Dia berjalan dengan tatapan datar kearah pasiennya dan memeriksanya. Saat dia akan keluar, dia baru menyadari adanya si gadis aneh dan keponakannya.

"Al!!! Ayo balik"ucapnya datar. Dia menggeram karena Al malah menggeleng dan melanjutkan mengobrol seru dengan prilli yang tak memperdulikannya.

"Al!!!!"serunya.

"Gamau uncle.... uncle aja sana balik sama sucan. Al mau disini sama onti ii. Entar Al nyusul deh"janjinya.

"Al!!!!"desisnya 'lagi.

"Yaudah sih biarin aja Al disini. Repot banget deh. Entar saya deh yang nganterin Al keruangan bapak". Kali ini prilli yang menyahut karna merasa terusik obrolan serunya dengan Al. Sementara Sandra hanya diam melihat mereka karena dia tak tau apa2. Sementara Gino, dia hanya memandangi penuh kagum pada suster yang berada dibelakang dokter itu.

"Kamu diam saja. Saya tidak berbicara dengan kamu. Saya berbicara dengan keponakan saya ini"balas Ali geram.

Prilli memutar bola matanya malas. Dia menggendikan bahunya acuh lalu kembali menyuapkan snacknya kemulutnya. Al juga melakukan perbuatan yang sama. Mereka layaknya anak kembar yang mempunyai ikatan batin yang kuat.

Ali yang geram akhirnya mengalah. Kemudian dia berlalu keluar ruangan diikuti Yuna-atau yang biasa dipanggil Al susan-dibelakangnya. 'Ngapain juga gue disini mending gue sama talitha' pikirnya.

***

Setelah Ali dan Yuna keluar dari ruangan. Barulah prilli kembali bersuara. "Kamu udah makan belom Al?"tanyanya lembut.

Al menggeleng malu dengan pipi memerah. Lucu. Dan mengangguk sedetik kemudian."Udah sih. Tadi Al makan burger sama minum susu. Tapi masih laper. Hehe"jawabnya seraya cengengesan.

Prilli tersenyum geli melihat tingkah polos Al. "Yaudah ini ada spaghetti. Al mau gak?".

Al dengan cepat menganggukan kepalanya dengan mata berbinar. "Mau...mau Al laper sih hehe".

"Yaudah ini makan". Prilli mengambilkan kotak spaghetti nya dan memberinya pada Al.

Sandra berdehem untuk mengalihkan perhatian prilli dari Al. "Kok lo kenal sama dokter tadi prill?".

"Oh dia! Dia itu pamannya Al. Kebetulan pas gue nemu Al yang lagi nangis tadi pamannya dateng. Mungkin dia nyariin Al kali". Balas Prilli seraya menggendikan bahu acuh tak acuh.

"Nah..nah. Yang suster tadi itu yang diincer sama Gino tu. Ya gak no?". Prilli kembali cerah lagi setelah tadi dia merasa kesal karna bapak dokter itu datang mengecek keadaan sahabatnya.

Gino yang tengah asik memainkan hpnya dengan duduk diranjangnya menoleh dengan slow motionnya. Dia menatap prilli tajam seolah-olah berkata 'jangan ngomong yang lebih ke sandra'. Namun prilli yang orangnya memang tak peka atau pura2 gak peka malah melanjutkan cerita yang menurutnya asik itu.

Sandra yang mendengar itu langsung melompat ketengah-tengah prilli dan Al dan menyempil disana membuat Al menggerutu sebal. "Apaansih tante rara gangguin Al lagi makan aja. Sana kan bisa duduknya".

"Biarin sih Al. Ini itu cerita yang harus didengar dengan teliti dan jelas"ucap sandra seraya menggeser Al menjauh karna dia merasa hanya duduk separuh pantatnya.

Al memutar bola matanya dan mendengus. Lalu dia bergeser sedikit menjauh. Prilli pun melanjutkan ceritanya.
"Itu namanya kalok gak salah ya...suster.." prilli mencoba mengingat ingat nama suster yang masuk bersama ali tadi. "Suster...yuni..yuka..".

"Yuna!". Al menyaut sambil memutar bola matanya jengah karna prilli yang tak kunjung mengingat nama suster yuna.

"Nah iya. Suster Yuna". Prilli menjawab.

\*\*\*\*\*\*\

Pagi ini prilli berjalan menuju ke taman rumah sakit sesuai perjanjian mereka-prilli dan Al-kemarin. Prilli berjalan dengan santai kearah taman yang separuh orangnya diisi dengan orang berbaju biru khas rumah sakit. Saat prilli hendak memasuki area taman dia bertabrakan dengan seseorang.

Brukk

"Awww" pekik keduanya bersamaan sambil memegang bahu masing2.

"Eh aduhh maaf maaf mbak. Saya gak sengaja. Seriusan deh". Prilli meminta maaf kepada orang yang menabraknya, atau mungkin dia yang menabrak. Entahlah. Sambil mengeluarkan jarinya menjadi bentuk 'v'. Tapi dalam hidup prilli dia harus meminta maaf diluan walaupun bukan dia yang salah.

Prilli mendongak dan seketika dia terpana melihat kecantikan wanita tinggi yang berada di depannya yang tengah membersihkan mini dress nya karna jatuh terduduk dilantai.

"Kamu! Kalau jalan itu pakek mata bisa kali ya. Jangan nabrak2 orang. Kalau gaun daya rusak tadi gimana!"sentaknya dengan volume tinggi.

Seketika semua bayang2 tentang perempuan ini cantik tadi hilang. Prilli merasa perempuan didepannya ini sudah berubah wujud menjadi penyihir jahat yang menakutkan. Prilli bergidik membayangkannya. "Jalan kan pake kaki dodol. Mana ada jalan pake mata". Prilli hendak mengeluarkan suara hatinya.namun ia telan kembali.

"Tapi sayakan udah minta maaf mbak. Maaf deh, kalau rusak juga saya ganti itu dressnya mbak. Tapi enggak rusak kan mbak dressnya. Aduhh maaf mbak jadi kotor tapinya"ucap prilli seraya mencoba membersihkan dressnya si mbak dengan tangannya. Namun ditepis dengan kasar oleh wanita itu.

"Eh!! Jangan pegang2 ya. Ini mahal tau gak kamu. Entar tambah kotor lagi kamu pegang"bentaknya.

Prilli tertegun. Dia melihat telapak tangannya dengan miris. 'Apa yang salah dari tangan gue coba. Mentang2 gue orang miskin gitu jadi dia seenak jidatnya ngehina gue'. Prilli tersenyum sinis kearah perempuan itu.

"Mbak. Jangan mentang2 mbak orang kaya. Jadi mbak bisa dengan seenak jidat ngerendahin orang kaya saya ya. Mbak orang berada tapi etika nya gak dijaga sama sekali ya"ujar prilli sinis sambil menunjuk tepat dihadapan wanita itu.

Wanita itu mengangkat sebelah alisnya kemudian disusul dengan sebelah tangannya yang keangkat hendak menampar prilli. Prilli yang menduga akan ditampar pun memejamkan matanya erat2. Mungkin ini bisa ngeredamin panasnya ditampar, pikirnya.

Setelah memejamkan matanya cukup lama, tapi prilli tidak merasakan panas di pipinya. 'apa gue udah mati ya karna ditampar, sampe gak.ngerasain sakit gini' batinnya. Sebelum dia hendak membuka matanya dia mendengar suara yang familiar ditelinganya. Dia membuka matanya pelan lalu membelalak kaget dengan orang yang berdiri disebelah perempuan itu.

Haiiiiiiiiii. Aku balek lagi kan?
Iya dong balek lagi.
Kan setiap partnya udah memenuhi syarat yang aku minta kemaren :D
Okeh jan lupa baca ader setoli aku,

.CARAMEL.

CEKDIWORK!!!!!!

Seeyah next part!

Lope lope

QWSya_

I Love You, Baby SitterWhere stories live. Discover now