7

9.2K 587 5
                                    

Tiba2 saja dokter Ali dan suster Yuna masuk kedalam kamar rawat Gino tanpa mengetuk. Prilli langsung melepas pelukannya dan berdiri disamping ranjang. Dia mendelik kearah Ali, yang dibalas dengan tatapan datarnya Ali. Tanpa berbasa basi Ali langsung mengecek keadaan Gino yang sudah disuruhnya berbaring. Siapa yang tau bahwa Ali mendengar semuanya. Dan merasa... sedikit tersentuh. Sedikit. Hanya sedikit ingatkan itu. Dia berfikir kalau gadis kecil seperti prilli hanya bisa meminta ini itu dari orang tuanya. Dan selalu menghabiskan uang untuk membeli yang tidak penting. Namun dia salah, gadis seperti prilli ternyata bekerja keras untuk mempertahankan kuliahnya. Dia jadi teringat akan Al yang tidak mempunyai pengasuh dan selalu merepotkannya. Lagian bulan depan al sudah mulai sekolah. Siapa yang akan mengurusnya nanti, pikirnya. Mungkin mengajak prilli untuk bekerja sama dengannya dalam mengurus al ide bagus, pikirnya. Setidaknya, bekerja dalam menjadi babysitter buat al itu tak masalah.

\*\*\*\*\*\*\

Setelah memeriksa beberapa pasiennya, dia kembali ke ruangannya. Sampainya disana dia mendapati al yang tengah menggambar. Akhir2 ini al jadi suka menggambar ketimbang bermain game dari gadgetnya atau memainkan akun COC miliknya.

"Al!? Udah makan?", tanyanya seraya melepas jasnya dan menyampirkannya di kursi kebanggaannya.

Al melirik sebentar lalu melanjutkan mengecat gambarnya yang sudah jadi itu. Dia menggangguk lalu menggumam "Udah".

Ali mengangguk angguk lalu membuka kotak bekal makan siangnya yang setiap hari dibawakan Talitha. Walaupun bukan Talitha yang mengantarkannya setiap hari--karna pemotretannya--tapi kalau ada waktu luang talitha pasti yang mengantarkannya.

"Oiya al, entar kamu kan bulan depan itu udah masuk sekolah-ya. Entar kalo misalnya uncle gak bisa nganter atau jemput kamu gimana? Dan uncle juga gabakal bisa nungguin kamu lho disana!?",tanyanya diselingi godaan disela dia mengunyah makanannya.

Al mendelik mendengar nada godaan dari ali. "Apaan sih uncle. Al bisa jaga diri sendiri tau. Al ini udah gede, udah 6 taun ya. Jadi gak perlu ditungguin segala itu ah. Kaya apaan aja deh",jawabnya dengan bersungut sungut membuat kekehan dari ali menggema diruangan itu.

"Iya deh iya yang udah gede. Tapi, kalo misalnya uncle kasih kamu pengasuh kamu mau gak?"

"Kalo yang jaga al onti ii sih gak pa-pa ya. Gak bakal bosen",gumamnya pelan.

"Hah? Apa? Kamu kalo ngomong jangan pelan banget gitu deh al"

"Eh engga2. Gak apa kok. Emangnya siapa pengasuhnya kel?"

"Hmm itu dia al. Menurut kamu siapa ya yang bisa jadi pengasuh kamu. Atau kita tanya--",perkataan ali dipotong begitu saja dengan antusias oleh al.

"Onti ii aja kel. Dia kan baik ya. Gabakal deh al nakal2 lagi. Promise"

Ali memutar bola matanya malas namun dia juga setuju dengan ide al. "Yaudah gih kamu tanya sama dia. Dia mau gak kalo uncle mempekerjakannya sebagai babysitter kamu".

Al tersenyum sumringah dan membuat pergerakan layaknya orang yang sedang menghormat pada upacara hari senin. "Ay ay captain",ujarnya lalu berdiri, membereskan alat menggambarnya dan segera berlari keluar mencari prilli. Ali tersenyum melihat tingkah keponakannya yang membuatnya gemas lalu melanjutkan makannya.

\*\*\*\*\*\*\

Setelah berputar putar mencari prilli di penjuru rumah sakit, al pun memutuskan menuju ruangannya Gino teman onti ii nya itu. Siapa tau saja prilli disana.

Setelah sampai didepan ruang rawat Gino, tanpa mengetuk dia langsung masuk kedalam.

"Eh prill lo ud-- lahh Al? Ngapain kamu disini?",tanya Gino setelah tadi memutar kepala kearah pintu dan memberhentikan aktivitas yang tengah dilakukannya. Dia berjalan kearah Al yang tengah duduk di sofa dan memandangnya lekat2.

"Ontii ii?"

"Ha? Prilli? Uhmm dia gaada disini al. Ini aja om lagi nungguin onti ii nya kamu. Katanya dia bakal nganterin om pulang ini. Tapi sampe sekarang kok dia belom dateng ya?"

Al menggeleng tanda tak tau. Dia pun sudah lelah, karna sejak tadi berputar putar mengelilingi rumah sakit yang luas itu.

Gino kembali kedepan tas besarnya untuk membereskan kembali barang2nya. Setelah meresleting tasnya dia kembali duduk disebelah al yang sedang bersender di punggung sofa seraya memejamkan matanya

Gino menggeleng melihat tingkah al layaknya orang dewasa itu. "Lo dimana sih prill? Gak biasanya ngaret gini?" Batin Gino bertanya tanya. Dia sedari tadi cemas memikirkan keberadaan sahabatnya itu.

\*\*\*\*\*\*\

Seorang wanita mungil dengan cardigan hitamnya dan topi dengan lambang garis tiga--biasa orang bilangnya nike--berjalan dengan sempoyongan kearah ruang inap sahabatnya. Dia berjalan seraya memegangi kepalanya yang terasa pusing. Tubuhnya lemas, dan dia terasa berjalan melayang diudara. Kakinya serasa tak menapak lantai. Sambil meraba raba dinding disekitarnya dan memijat mijat kecil kepalanya dia mencoba berjalan.

Dibelokan lorong jalan itu dia merasa tubuhnya sudah sangat lemah. Sebelum badannya ambruk kelantai, seseorang dengan sigap menahan pundaknya dan semua gelap. Orang yang menahannya seketika terbelalak kaget. Orang yang sudah tidak asing lagi wajahnya di indra penglihatannya, pingsan? Dia langsung meminta bantuan pada suster yang berada disekitarnya.

I Love You, Baby SitterWhere stories live. Discover now