12

8.1K 485 24
                                    

Happy reading!
Hope you like this and sorry for typo anywhere 'maybe
And late up ya guys
____________________________________
Setelah menunggu selama hampir 3 jam, akhirnya gadisnya yang ia tunggu dengan harap2 cemas akhirnya sadar juga. Perempuan yang terbaring di bangker itu mengernyit saat membuka matanya dia merasa pusing disekitar kepalanya makin terasa menucuk nucuknya. Ia mencoba bangkit dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran bangker. Ali dengan sigap membantu mendudukkannya dan memberinya segelas air. Setelah mengembalikan gelas yang tinggal setengah itu dia kembali menghadap tunangannya.

"Kenapa aku bisa disini?"tanya talitha sambil memijit pelan pelipisnya yang masih terasa sangat pusing.

"Tadi kamu pingsan, dan aku karena panik langsung ngebawa kamu kerumah sakit". Tiba2 saja pandangan ali berubah menajam. Talitha yang melihat perubahan ali mengerutkan keningnya sambil mencoba mengatur nafasnya yang terasa sesak. Walaupun selang oksigen menancap di kedua lubang hidungnya.

"Sejak kapan kamu punya riwayat penyakit jantung?", tanyanya dengan nada datar. Talitha yang mendengarnya tersentak. Namun buru2 dia merubah raut wajah tegangnya menjadi tersenyum kecil.

"Kamu ngomong apaan sih? Ngaco ah!",jawabnya. Bohong, tentu saja.

Ali menyipitkan matanya yang semakin menajam. "Lita jangan bercanda. Sejak kapan kamu punya riwayat sakit jantung?". Dia mengulang lagi pertanyaannya.

Talitha terdiam. Dia tersenyum hendak membantah, namun sesak didadanya makin menjadi. Rasanya seperti seluruh oksigen di dekatnya direbut secara paksa. Ali yang melihatnya segera menidurkan kembali talitha dan mengambil masker oksigen. Memasangnya setelah sebelumnya melepaskan selang oksigen. Setelah talitha tenang--karna tertidur dia keluar dari ruangan talitha. Karna ada pasien yang sudah membuat janji padanya kemarin. Dari dua hari yang lalu dia dengan siaga menunggu talitha yang tak kunjung sadar. Karna khawatirnya dia sampai tidak bekerja selama dua hari. Padahal dia dokter dirumah sakit itu. Tapi karna ini talithanya udah sadar jadi dia memutuskan untuk bekerja dulu untuk.sekitar 5 pasien saja. Kalau dia gak punya tanggung jawab sebagai dokter dirumah sakit tersebut pasti dia gak akan bekerja sampai talithanya bener bener sembuh.

\*\*\*\*\*\*\

"Al kita ke apart om Gino yuk. Onti udah lama gak kesana. Lagian uncle kamu juga lagi gak dirumah kan?", ajak prilly pada al yang berada dihadapannya dengan sepotong burger.

Al tersenyum menggoda yang membuat prilli mengerutkan dahinya. "Kenapa al?".

Al menggeleng masih dengan senyum menyebalkannya menurut prilli. "Onti maunya dirumah kalo ada uncle ali doang ya..." ucapnya dengan nada genit.

Prilli menganga, apa apaan sih al ini, ko jadi mikir kesitu. Wahh gagal paham ini anak.

"Maksud onti karna gaada uncle kamu jadi kita bebas dong mau pergi kemana tanpa harus ijin dia yakan? Dia gatau ini. Gimana mau gak?",ucap prilli yang berusaha gak ngeluarin suara yang ngeselin. Sabar...sabar prill. Ngomong sama bocah emang harus sabar prill. Dia mengucapkan mantra itu didalam hatinya terus menerus.

Al yang kemudian paham langsung mengangguk. Turun dari pagar batu sedengkul kaki prilli. Dan langsung menarik lengan prilli mengajaknya keluar dari taman sekolahnya. Setelah sebelumnya membuang sampah bungkus burgernya.

Setelah memasuki taksi dan menyebutkan alamat apartemen Gino taksi pun melaju. Didalam, prilli mencoba menelpon sandra untuk meramekan acara kumpul kumpul mendadak yang prilli buat.

"Halo san...lo dimana...oh apart Gino yuk...yahhh lo ajak aja deh dia biar makin rame ya ya ya...please...oke dahh".

Setelah sandra mengiyakan ajakan prilli yang "mendadak" dia pun memasukin kembali handphonenya kedalam tas nya.

"Onti al mau susu",pinta al dengan manjanya yang membuat prilli ketawa geli.

"Kamu ih, udah besar tapi ngomongnya masih kayak anak teka",jawab prilli dengan ketawa gelinya seraya membuka kembali tasnya dan mengeluarkan susu kotak nya al. Dia menahan susu kotak itu ditangannya. "Ett tapi ada syaratnya".

Al yang tadi hendak mengambil susu kotak itu di tangan prilli jadi cemberut seketika prilli memundurkan lagi tangannya dan mengajukan syarat. "Apalagi sih ontiii. Al haus lho. Entar kalo al mati kehausan onti tanggung jawab ya. Kalo onti dimarahin uncle gara gara al mati gak onti kasih minum, al gak ngurusin ya", seketika tawa prilli meledak didalam taksi itu sampai si bapar supir melirik dari kaca depan. Setelah meminta maaf prilli kembali kehadapan al. Dia ketawa karna mendengar penuturan al yang gak masuk di akal. "Yailah al, kalo gak dikasi minum aja sig gabakal sampe mati kali. Jadi semisalnya al puasa, al kan gak makan sama minum kan?", dia memberi jeda dan al mengangguk. "Nah, al mati enggak?", al menggeleng dengan raut bingungnya yang membuat prilli terkekeh. "Yaudah jadi al gabakal mati kalo gak dikasi minum doang".

Al yang keningnya berlipat lipat bingung tadinya seketika langsung membuat wajah nya kesel sekesel keselnya. "Dihh onti apaansih. Kenapa jadi nyambung panjang banget sampe nyerempet nyerempet kesana?",tanyanya dengan wajah cemberut. "Yaudah tinggal bilang apa syaratnya udah itu aja ntiii". Prilli ketawa lagi lalu mengangguk.

"Syaratnya ialahhh..."prilli sengaja menggatung kalimatnya diudara. Membuat al mendelikkan matanya bulat2 sampai mau keluar jika prillu tidak menutup mata al dengan sebelah tangannya.

"Jangan melotot gitu ah al, serem tau", "yaudah buruan ontiii, al aus beneran lho ini". Prilli ketawa lagi.

"Iya iya, syaratnya... Kiss dulu onti",yang membuat al seketika menganga lalu memutar matanya jengah. Al pun maju dan mengecup singkat sudut bibir prilli yang membuat prilli menegang. Dan al ketawa girang sambil merebut susu kotaknya.

Masalahnya al ini masih 6 tahun. Tapi udah berani nyium sudut bibir wanita dewasa... Bayangin betapa shocknya prilli. Haha. Kalo al sih ngerasa udah biasa aja. Soalnya dia dari kecil sampe umur 4 tahun tinggal diluar negri dan mamanya selalu memberikannya kecupan atau meminta kecupan dari al dibibir.
"Kenapa onti al sayang.... Kok mukanya gitu sih. Jelek lho",kata al dengan santainya. Prilli masih bengong juga.

Sampai suara di pak supir mengejutkannya. "Mbak ini udah sampe. Gak mau turun atau mau ikut saya keliling?"tanya sisupir yang membuat al ketawa geli.

Sialan ih si bapak. Rutuk prilli dalam hati. Segera dia membuka pintu setelah sebelumnya membayar ongkos sesuai argo. Memasuki lobby apartemen Gino dan menggiring al menuju lift.

Setelah sampai di lantai tempat kamarnya apartemen Gino berada dia segera mencari kamar 235 dan memencet belnya.

Gino yang sedang membuat cappucino didapurnya segera beranjak sambil menenteng gelas cappucinonya.

"Yailah si bunglon. Ngapain lo, pake ngebawa keponakannya sidokter lagi",ucap Gino heran. Prilli yang mendengar ocehannya gino segera mendorongnya meminggir dan masuk kedalan sambil menggiring al. Gino mematung sebentar lalu menyusul masuk prilli.

"Dih ditanyain, main nyelonong aja lo kupret", Gino mengambil tempat disebelah kanan prilli dan al dikirinya.

Al berbisik yang membuat gino membulatkan matanya sebentar lalu ketawa keras. Prilli memutar matanya dan merampas asal minuman di tangan gino.

"Yaelah prill, gitu aja sampe shock berat gitu lo ajege",prilli melotot kearah gino yang sedang bermain dengan al di karpet dekat sofa. Entah kapan mereka turun kekarpet, prilli sampe gak sadar.

Setelah hanya berdiam sambil menonton al dan gino yang sedang bermain kartu dan sekitar 20 menit. Bel apartemen gino berbunyi yang menandakan adanya tamu. Prilli yang tau itu pasti talitha segera beranjak dan menghiraukan tatapan tanya dari gino.

Dia membuka pintu dan tercengang melihat siapa yang datang.
____________________________________
Kayy sampe situ dulu ea! Sekedar mengobati rindu gue yang lama gak ngetik dan mikir keras. Bye see you next chapt

Lope lope

QWSya_

I Love You, Baby SitterWhere stories live. Discover now