Nisya Salsabila

201 4 0
                                    

"Mau kemana, Da?" tanya Raisa yang tengah duduk di pinggir kasur.

"Mau ke Blue City." Sahut Nada tanpa melepas pandangan dari lemari dan masih sibuk dengan memasukkan barang-barang ke dalam kopernya.

"Ngapain? Nemuin Haykal?" tanya Raisa penasaran.

"Iya, mau nemuin siapa lagi?" kata Nada. "Kalo bukan Haykal, emang ada temen kita yang di Blue City lagi?" sambung Nada sambil menoleh ke arah Raisa. Dan hanya dijawab menggeleng-gelengkan kepalanya. Tanda bahwa tak ada lagi teman dari mereka berdua yang tinggal disana selain Haykal.

"Yaudah deh, Lo hati-hati aja disana. Kan lo nggak kenal orang lain selain Haykal kalo disana," Tuturnya yang hanya dijawab Nada dengan sebuah anggukan.

"Eh tapi, Haykal tau lo mau kesana?" sambungnya dan Nada hanya mengangguk lagi.

"Tau, dua hari yang lalu gue nelpon dia. Gue bilang kalo gue mau kesana." Jelasnya.

*****

"Kal, aku udah sampe café 'BlusKlus' nih, kamu dimana?" kataku pada Haykal lewat telepon saat aku telah berada di café yang di maksud Haykal kemarin.

Ya, sekarang ini aku telah berada di Blue City selama tiga hari. Dan kemarin aku baru bisa menghubungi Haykal, entah mengapa ia terdengar begitu senang saat mendengar suaraku lewat telepon sehingga ia buru-buru mengajakku untuk bertemu hari ini.

"tapi, benarkah ia senang aku datang? Apakah ia mencintaiku?" batinku dalam hati. Entah memang benar atau hanya perasaanku saja, aku selalu merasa bahwa ia juga menaruh rasa terhadapku. Bagaimana aku tak berpikir begitu, jika sikapnya yang selalu mencerminkan bahwa ia tak mau kehilangan aku, apalagi dia juga selalu perhatian padaku, seperti aku ini kekasihnya.

"Tapi, mengapa ia tak kunjung menyatakan perasaan itu padaku?" aku kembali bergumam.
Ting. Bunyi bel café yang menandakan ada tamu yang baru masuk menyita perhatianku. Haykal.

"Hai, maaf ya telat." Katanya sambil tersenyum lantas mengambil duduk dihadapanku.

"Santai aja kali, kayak sama siapa aja." Kataku sambil terkekeh kecil.

Kami sama-sama tertawa dan melepas rindu di café ini. Banyak sekali cerita yang aku jadikan bahan obrolan dengannya, supaya suasana ini tak menambah debaran jantungku. Begitu juga dengannya, nampaknya ia sangat bahagia.

Mungkin karena aku datang menemuinya? Ah, entahlah.

Dan setelah pesanan kami datang, suasana menjadi canggung. Tak ada lagi bahasan yang bisa menjadi topik pembicaraan kami. Dan sungguh, ini tak baik untuk hatiku. Tatapannya yang sesekali mengunci tatapanku bisa-bisa membuatku meleleh ditempat.

"aku mau ngomong sesuatu" ucapku yang kebetulan bersamaan dengannya.

"Kamu duluan aja." Ucap kami kembali bersamaan.

"Oke, kamu duluan aja, Kal" putusku kemudian.
"Oke deh, aku duluan ya," Katanya yang hanya kujawab dengan anggukan. "besok kamu datang ke resto 'bluesy', di ujung jalan situ ya. Jam sepuluh pagi."

Lanjutnya sambil menunjuk ujung jalan yang ada di belakangku.
"Ada apa? Kamu mau nraktir aku ya?" tanyaku.
Ia pun sama halnya dengaku. "Bukan, tapi aku jamin kamu akan dapat banyak makanan disana."

"memangnya ada apasih?" tanyaku lagi dengan rasa penasaran.
"aku mau ngelamar seorang yang amat aku cintai. Aku ingin buat dia terkesan dengan acara ini. Aku mau kamu hadir disana dan menjadi saksi antara kita berdua."
Jelasnya
Jedeerr. Seketika petir menyambar hatiku saat itu juga. Aku hanya bisa diam dan lantas meninggalkannya sendiri di café itu. Aku bahkan tak mempedulikan teriakannya yang memanggil-manggil namaku, hatiku sangat hancur kali ini.

Aku tak menyangka, jika ternyata ia sudah mempunyai orang lain. Dan bahkan, besok dia akan segera melamar gadis itu.

*****

Dan sekarang, disinilah aku. Di resto yang ditunjuk oleh Haykal kemarin.

"Nada, akhirnya kamu datang juga. Aku takut kalo kamu nggak dateng, karena kemarin tiba-tiba kamu pergi ninggalin aku." Ocehnya dan lantas ia memelukku erat.

"Yuk ikut aku, kamu bakal dapet kursi istimewa nanti" Lanjutnya lagi sambil menggenggam erat tanganku. Aku hanya menuruti saja permintaannya sambil sesekali mencuri pandang mencoba mencari gadis yang akan dilamar Haykal.

"Kamu tunggu disini ya, bentar lagi acaranya bakal dimulai kok." Katanya lagi sambil menepuk-nepuk ujung kepalaku dan aku hanya bisa mengangguk lagi.
Menghadiri acara lamaran orang yang sangat aku cintai, memasang wajah 'like I'm oke' sangat bukan keahlianku tapi entah mengapa hari ini aku sangat handal memerankannya.

Meskipun hatiku saat ini sedang remuk tak karuan.
"Baik, hadirin sekalian. Acara ini akan segera dimulai. Dan untuk saudara Haykal kami persilahkan untuk naik keatas panggung." Celoteh mc diatas panggung itu.

"Hai, semuanya," Sapa Haykal ketika ia berada diatas panggung yang tak begitu tinggi itu. "sebelumnya saya ucapkan terimakasih untuk teman-teman yang sudah mau menghadiri acara ini. Dan saya mohon, mmmm...Nada, bisakah kau naik ke panggung?" katanya yang membuatku tercengang. "Untuk apa?" batinku dalam hati.
"kamu berdiri disini aja ya, saksiin waktu aku masangin cincin ke calonku." Bisiknya tepat di telingaku. Ia lantas mengambil kotak berwana merah dari sakunya dan membukanya tepat dihapanku. Pandanganku berkeliaran mencari sosok wanita yang tak kunjung datang.

"Nada," ucapnya kemudian saat aku tengah asyik mencari calon Haykal.

"Ya?"

"Will you be mine, oh no. Will you marry me?" tanyanya yang seketika membuat napasku berhenti, dan rasanya jantungku berdegub seribu kali lebih cepat.

Benarkah ini? Benarkah aku yang diajaknya berbicara? Benarkah ia melamarku?

"Nada, will you?" tanyanya lagi karena ia tak mendapat respon dariku.

Dan aku hanya menjawabnya dengan anggukan. Aku tak menyangka, bahwa ternyata gadis yang ia katakan bahwa ia sangat mencintainya itu adalah aku. Dan ternyata apa yang aku pikirkan kemarin salah. Ia juga mencintaiku.

Setelah itu, ia memelukku erat dan membisikkan "I love you, more than you love me. I love you, before you love me" dengan sangat lirih di telingaku. Yang membuat bulu kudukku seketika merinding. Lalu ia memasangkan cincin dari kotak merah itu di jari manisku.

"I love you like you love me." Balasku singkat yang juga kubisikkan di telinganya.

Drabble Love In Blue CityWhere stories live. Discover now