Dinda

76 2 0
                                    

Aku melangkahkan kakiku ke cafe arabica. Tempat yang paling aku rindukan dari segala tempat di kota blue city.

Aku duduk di meja nomor dua belas, yaitu meja kesukaanku. Dari meja ini aku bisa melihat hujan yang turun dari langit.

Disini, di tempat ini, aku bertemu dengannya. Kami berkenalan dan dipertemukan dengan cara yang unik.

Sekitar lima tahun yang lalu, ia datang ke cafe ini dan langsung duduk di meja nomor dua belas. Ia menatap ku dan mengucapkan kalimat yang tak pernah aku lupakan.

"Please, jadi pacar pura-pura gue ya."

Belum sempat aku menjawab, ada seorang perempuan yang datang ke meja nomor dua belas. Laki-laki itu langsung menggenggam tanganku dan memanggil ku dengan sebutan "sayang"

Bahkan aku masih ingat bagaimana ekspresi perempuan itu. Ia marah dan langsung menampar pipiku. Aku hanya meringis kesakitan, laki-laki itu langsung membentaknya dan menyuruhnya keluar.

Setelah perempuan itu pergi, ia meminta maaf atas perbuatan mantan pacarnya.

"Dia itu mantan pacar gue, dia masih belum bisa terima kenyataan kalau gue mutusin dia. Dan makasih ya untuk bantuannya. Gue pasti selalu ingat elo, cewek rambut pirang yang duduk di meja nomor 12," ucapnya dan mengacak rambutku.

"Aku-nama aku bukan si rambut pirang. Aku punya nama."

Dia tersenyum dan berdiri dari duduknya, "nama gue Haykal dan gue lebih suka manggil elo si rambut pirang."

Setelah mengucapkan kalimat itu, ia langsung pergi tanpa menanyakan siapa nama ku.

"Haykal, nama aku Nada. Ingat ya, nama aku Nada bukan si rambut pirang!!!" Kataku berteriak.

Tanpa ku sadari, sejak tadi aku sedang mengingat masa lalu perkenalan ku dan Haykal. Bahkan aku sampai tidak sadar jika laki-laki yang sedang aku pikirkan sudah berada disamping ku.

"Ikal!!!!" Kata ku berteriak dan langsung memeluknya.

Ya, Ikal adalah panggilan kesayangan ku untuknya.

"Akhirnya kamu pulang juga, Nad. Aku pikir kamu nggak akan pulang lagi ke blue city."

"Aku pasti kembali, kal. Aku udah janji sama kamu buat kembali ke blue city."

Aku sangat merindukannya, aku rindu dengan senyumnya, aku rindu dengan jemarinya yang selalu mengacak rambutku dan aku rindu pelukan hangatnya.

Ia mengacak rambutku. "Jangan pergi lagi ya, cewek rambut pirang yang duduk di meja nomor 12."

Aku tertawa kecil dan langsung memukul lengannya. "Haykal, nama aku Nada. Ingat ya, nama aku Nada. Bukan si rambut pirang."

Kami berdua tertawa dan mengundang tatapan aneh dari pengunjung cafe aroma.

"Oh iya, aku mau pesan minuman nih. Minuman kesukaan kamu masih sama kan? Kamu masih suka cappucino?"

Aku mengangguk. Bahkan perasaanku juga masih sama. Tidak ada yang berubah. Aku masih menyukainya. Hatiku masih menjadi miliknya. Mungkinkah ia juga menyukaiku? Semua perhatiannya membuat aku yakin bahwa ia juga menyukaiku.

"Kal, kamu udah punya pacar?" Tanyaku ragu.

Ia mengerutkan dahinya. "Tumben kamu nanya hal-hal kaya gitu. Biasanya kamu selalu nanya tentang-

"Kal, jawab aja," kataku yang memotong ucapannya.

"Aku belum punya pacar."

Aku membulatkan kedua mataku. Jadi selama dua tahun aku pergi, ia belum memiliki pacar? Apakah ia menungguku?

Drabble Love In Blue CityWhere stories live. Discover now