SN

12 2 0
                                    

Langkah kaki terasa ringan saat Nada berjalan keluar bandara Internasional Maroko. Blue city, salah satu kota dengan nuansa biru mendominasi dimana-mana. Nada penggila warna biru, tak salah jika dirinya langsung tersenyum sumringah serta tangannya dengan lincah mengabadikan setiap moment dalam kamera poket miliknya. Beberapa tahun kedepan kota ini akan menjadi tempatnya menetap.

"Selamat datang kota biru! Ah indahnya!" teriak Nada. Kedua tangannya secara impulsif terentang seakan menyambut kembali keindahan kota itu.

Benda persegi panjang bergetar dalam saku Nada. Sebuah panggilan masuk dari Haykal.

"Hallo..."

"Hallo. Nada! Kamu sudah mendarat?" tanya Haykal.

"Sudah, baru saja. Kota ini indah banget!

"Nada maafkan aku tak bisa menjemputmu sekarang, Aku sedang-"

Nada langsung memotong ucapan Haykal tanpa ada rasa kecewa, "No problem. Aku bisa pergi sendiri ke apartemen nanti. Kamu dimana? Aku mau bertemu kamu dahulu."

"Aku sedang berada di cafetaria. Nanti aku share location. Yasudah ya." Klik. Haykal langsung mematikan sambungan telepon.

Nada tersenyum menatap layar ponsel. "Saatnya bertemu lelaki yang aku cintai! Semoga dia juga mencintaiku. Pasti mencintaiku! Haykal pasti kaget saat bertemu denganku yang sudah langsing begini. Haha."

----------

Nada membaca pesan singkat Haykal dengan teliti, sambil sesekali melihat ke arah sekitar, takut jika dirinya tersesat. Setelah hampir 30 menit menghabiskan waktu berjalan kaki, akhirnya Nada sampai di cafetaria tersebut. Gadis itu melihat postur tubuh yang sangat mirip dengan Haykal. Selama setahun lebih tidak pernah bertemu, tidak membuat Nada lupa dengan Haykal. Bahkan secara keseluruhan Nada mampu mengingatnya dengan detail.

Namun ada pemandangan yang mengganggu Nada, di sana Haykal bersama seorang perempuan yang begitu posesif memeluk lengan Haykal dan tanpa malu menyentuh rambut nakal yang berada di dahinya.

"Siapa dia? Ah paling perempuan yang mencoba mencari perhatian Haykal," ucap Nada seperti tidak peduli. Ia berjalan mendekati Haykal dan perempuan itu.

"Hai!" ujar Nada sambil menepuk bahu kanan Haykal yang bebas dari pelukan.

Haykal dan perempuan itu menoleh secara bersamaan, keduanya menyambut Nada dengan senyuman.

Nada membalas senyuman mereka dengan senyumnya yang lebih lebar. Tak ada yang lebih membahagiakan selain bertemu orang yang dicintai.

"Hai! Kamu pasti teman Haykal ya?" tanya perempuan itu ramah.

"Iya..." jawab Nada.

"Duduk Nad. Oh ya kenalkan ini Vira, pacar aku. Dia mahasiswi asal Malang." kemudian Haykal menatap Vira, "Sayang, ini temanku Nada. Dia akan berkuliah di sini juga."

"Salam kenal Nada," ucapnya sambil mengangkat tangan menggantung, mengajak bersalaman.

"O-Oh... Eh salam kenal juga Vira." Nada menyambut tangan itu dan bersalaman.

Entah apa yang dirasakan Nada dalam hatinya yang pasti itu meyesakkan dada, ucapan Haykal barusan seperti menampar dirinya. Emang siapa Nada? berharap jika Haykal mencintainya juga? Ternyata itu hanya harapan kosong.

"Nada maaf tadi aku tak bisa menjemputmu di bandara. Tiba-tiba saja penyakit Maag Vira kambuh, jadi aku memaksanya makan dan meminum obat," jelas Haykal.

"Oh nggak papa kok, santai aja Haykal." Nada tersenyum kecut, kedatangannya kemari ternyata tidak terasa istimewa bagi Haykal. Bahkan dia mementingkan kesehatan pacarnya dari pada Nada. Alasan Nada ke sini karena Haykal. Dia bahkan memaksa orang tuanya untuk menguliahkan dirinya di sini karena semata-mata ingin dekat dengan Haykal yang dia harap mencintai dirinya. Ternyata semuanya tidak sesuai harapan. Nada bahkan merasa malu dengan dirinya sendiri.

"Hei kenapa melamun?" tanya Vira.

Nada tersentak dari meratapi dirinya, "Eh tidak kok..."

"Kamu pasti lelah sehabis penerbangan jauh. Vira pesankan makanan dulu ya." Gadis itu beranjak dari duduknya, berjalan menuju stand makanan.

"Nada!"

"Ya?"

"Bagaimana pendapatmu tentang Vira?" tanya Haykal.

"Dia cantik dan sikapnya baik," jawab Nada dengan jujur.

Haykal memandang Vira yang sedang memesan makanan dengan pandangan memuja. "Kamu tahu Nad, bulan depan aku akan melamarnya..."

Deg. Dada Nada terasa nyeri.

'Bahkan aku sudah kalah sebelum berjuang...' batin Nada.

Drabble Love In Blue CityWhere stories live. Discover now