Zihan Firdhani

15 3 0
                                    

"Keren," Nada menggumam pelan, ditengah hingar bingar cahaya kota tua. Bibirnya mengulas senyum tipis, dia merasa kecil diantara bangunan-bangunan tinggi dan orang-orang yang berlalu lalang disekitarnya.

"Awas!" Haykal menarik tangan Nada mendekat ke arahnya. "Lo kecil. Ntar nyasar dikerumunan orang-orang, nanti nangis-nangis."

Bibir Nada semakin mengembangkan senyuman. Sebagian dari dirinya terbang ke angan-angan hanya karena perhatian yang berupa ledekan dari Haykal. Dia bahagia.

Mereka berhenti berjalan disalah satu kedai kaki lima. Setelah memesan makanan, mereka duduk di kursi plastik yang tersedia disana.

"Rame, ya," kata Nada sambil melihat ke sekelilingnya.

"Iyalah. Malem minggu."

Satu fakta yang baru Nada sadari bahwa dia sedang malam mingguan dengan Haykal semakin membuatnya bahagia.

"Kota ini selalu ramai. Gue suka langit biru pas sore hari disini," Haykal bercerita, dan Nada senang mendengarkan Haykal bercerita. "Itu kenapa, gue namain kota ini Blue City."

Kepala Nada terangkat, menatap langit biru gelap dengan tenang. Blue City.

***

"NADAAA!"

Suara teriakan dari luar kamarnya bertepatan dengan Nada jatuh dari kasurnya. Dia mengeluh, sambil mengusap bokongnya yang sakit.

"Apa sih?" Nada membuka pintu kamarnya, dan Alana langsung berhambur masuk.

Nada sedang dalam masa libur, karena itu dia datang ke kota tempat Alana tinggal dan menginap di rumah Alana. Bukan hanya untuk bertemu Alana, Nada juga berencana akan bertemu terus pangeran yang sudah ditemuinya tadi malam.

"Udah jam 11 siang, Nad! Kebo dasar!"

Nada membalasnya malas-malasan. Tadi malam, dia menceritakan tentang malam minggunya dengan Haykal kepada Alana hingga larut malam.

"Cepet mandi! Katanya lo udah janjian sama Haykal mau ketemuin gue sama dia!"

Alana menurut. Tak sampai 15 menit dia sudah keluar dari kamar mandi dengan baju rapi.

**

"Haykal udah sampai," kata Nada saat Alana memarkirkan mobilnya di parkiran.

Mereka turun bersamaan. Jantung Nada berdegup kencang. Padahal dia baru bertemu Haykal tadi malam tapi dia tetap senang sekarang.

"Menurut lo, Haykal suka sama gue nggak?"

Alana menoleh sekilas. "Menurut lo gimana?" tanya Alana balik.

"Suka," katanya sambil tersenyum kecil. "Kalau dia gak suka, dia gak mungkin memperlakukan gue manis banget, 'kan?"

"Mungkin. Tapi hati-hati, Nad. Cewek cenderung ngerasa GR kalau orang yang dia suka, ngerasa suka juga sama dia."

"Semoga enggak."

Mereka sampai di tempat janjian beberapa menit setelahnya. Nada mengedarkan pandangannya, lalu melambaikan tangan saat menemukan sosok Haykal. Nada langsung menarik tangan Alana ke meja tempat Haykal duduk.

"Hai."

"Hai," Haykal balas menyapa.

"Ini Alana, temen yang waktu gue ceritain." Nada memperkenalkan Alana kepada Haykal.

Mereka saling tersenyum sopan sebelum akhirnya duduk.

"Ada yang mau gue kenalin juga," kata Haykal sambil tersenyum manis.

Nada ikut tersenyum karena senyum milik Haykal. "Siapa?"

"Dia lagi di kamar mandi."

Seorang perempuan cantik tiba-tiba datang saat Alana membuka menu makanan. Alana melirik Nada yang sedang menatap perempuan itu bingung.

"Kenalin, ini Tara. Dia tunangan gue."

Tunangan.

Baik Nada maupun Alana mengerjap kaget. Nada berusaha mengontrol dirinya sendiri. Dia tertawa. "Oh, ya?"

Haykal tak menjawab. Tapi saat pria itu menatap Tara penuh cinta adalah sebuah jawaban bagi Nada.

Alana mengambil alih situasi. Dia sengaja menghidupkan lagu di ponselnya lalu mematikan lagunya. "Halo? Oh, iya. Saya datang sebentar lagi. Oke, baik."

"Nad, gue ada urusan. Pulang sekarang aja gak papa?"

Nada mengangguk dari setengah kesadarannya. Setelah berpamitan, mereka keluar dan masuk ke mobil, Nada langsung menangis sejadi-jadinya.

"Haykal jahat!"

"Haykal nyebelin!"

"Dia yang bikin gue berharap!"

20 menit kemudian, Nada selesai dengan tangisannya. Tisu mobil Alana berceceran. Nada menarik ingusnya lalu menyeka air matanya pelan.

"Udahlah. Cowok gak cuman Haykal."

Nada sesengukan. Dia menatap langit biru dari kaca mobil. Bersamaan dengan matahari, dia enggan pamit pergi.

Drabble Love In Blue CityWhere stories live. Discover now