Veertien

2.1K 140 4
                                    

Part 14

🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭

Ada yang bisa menjabarkan nggak gimana perasaan gue sekarang? Sstt.. Kalau tahu, jangan bilang-bilang ya ke Dito. Gue takut nanti malah gue yang ditembak sama dia, awww. Ngarep.

Aqilla sama Rafa menghampiri gue, Aqilla tersenyum sedih. Gue menggeleng, "gue bener-bener nggak tau lagi harus kayak gimana, Qil, Raf."

Rafa mengusap punggung gue sambil memeluk gue dari samping, "meskipun gue belum kenal lo deket daripada Aqilla, tapi gue ngerti banget gimana rasanya ada di posisi kayak gini. Dan itu nggak enak banget."

Gue mengangguk setuju.

"Gue mau pulang aja—tapi gimana ya—gue juga pengen liat Dito nembak Amanda. Menurut kalian gue harus gimana?"

"Pulang." Jawab mereka serempak, gue menghembuskan napas panjang. Bingung, ih.

"Ayok, gue anter kalau mau pulang." Rafa tersenyum manis.

Pulang atau nggak?

"Shil, sini deh!" Satria melambaikan tangannya.

"Tuh, dipanggil Satria."

Gue segera pamit dari mereka berdua dan menghampiri Satria, saat sudah sampai gue menaikkan alis gue seperti 'ada apa?'

"Anter gue ke Indomaret, yuk. Laperrr nih."

Gue mengangguk, "tapi beliin makanan, ya?"

"Iyaaaaa, ayok!"

Satria jalan disamping gue, letak indomaret ada di depan kompleks, lumayan jauh juga ternyata.

Hening..

Hening..

Zzzzzz..

"Shil.."

Gue menengadahkan wajah gue, alhamdulillah tinggi gue sama Satria nggak beda jauh. Kalau Satria 175, sedangkan gue 170. Yah, lumayan sih beda 5cm.

"Kalau misalkan nih ya, Dito ternyata suka sama lo disaat lo udah nemuin orang yang sayang sama lo, lo pilih siapa?"

Gue mengerutkan kening bingung. "Sat? Lo nggak suka sama gue, kan?"

Satria malah ketawa, apaan sih? Emangnya ada yang lucu? Pertanyaan gue bener kan?

"Lo kira gue semacem tipe cowok yang diem-diem suka sama temennya sendiri? Kalau gue naksir lo, daridulu kita udah jadian kali, ya nggak?"

Ah, iya sih bener. Terus kenapa dia nanya kayak gitu?

"Tau ah bingung, nggak usah kasih pertanyaan kayak gitu dong. Kan gue susah jawabnya." Rengek gue, Satria memberhentikkan jalannya, gue berdecak. "Ada apa, sih?"

Satria menunjuk kearah depan dengan dagunya, gue mengalihkan tatapan gue.

Deg..

"Sat, mendingan kita balik deh."

Gue meremas slingbag yang lagi gue pake, mungkin sebentar lagi gue bakal...

"Sat, ayo balik. Gue nggak mau kesana."

"Tanggung, dikit lagi nyampe."

"Ih, tapi gue nggak mau."

Satria berdecak, "masa sama anjing aja takut? Ada gue, nanti anjingnya kalau nakal gue omelin." Gue tertawa pelan, lalu memukul pundak Satria pelan.

"Usir dulu anjingnya, gue takut." Rengek gue.

Satria menggaruk tengkuknya. "Gimana caranya? Lagian dia juga nggak bakalan gigit kok."

Akhirnya Satria bisa ngebujuk gue buat ngelanjutin perjalanan yang ketunda tadi.

"Sat, lo mau beli apa?"

Gue memperhatikan rak-rak yang berisi berbagai macam makanan ringan, duh jadi laper.

"Kopi, pop mie—paling sama rokok." Jawabnya sambil sibuk menuang kopi sachet kedalam gelas berukuran mini lalu menuangkan air panas dari semacam alat dispenser.

"Lagi asem, ya?" Tanya gue, Satria cuman ketawa. "Asemnya jarang-jarang kok, kalau lagi pengen aja."

Gue tertawa, "lo nggak mau ambil makanan?" Tanyanya.

Mata gue berbinar, jadi gue beneran mau dibayarin nih?

"Dibayarin, kan?" Satria mengangguk, nggak lama gue langsung mengambil cemilan yang daritadi udah gue incer. Lumayan, jajan banyak tapi nggak ngeluarin duit.

"Gile, mentang-mentang dibayarin ngambilnya seenaknya gitu ya." Cibir Satria. Gue cuman senyum aja.

"Nggak usah protes, tadi yang nyuruh gue ambil makanan kan lo, hehe."

Setelah membayar semuanya, Satria mengajak gue nongki cantik didepan Indomaret yang memang disediain tempat duduk. Sekalian, sebats—ngerokok satu batang—dulu. Asap mengepul dari mulu Satria, membuat napas gue agak sesak, nggak biasa kena asep rokok.

"Pernafasan lo keganggu, ya? Yaudah deh, gue matiin aja."

Satria menginjak puntung rokok yang baru dihisapnya, "lo beneran nggak apa-apa?" Tanyanya lagi.

Gue mengangguk pelan, "cuman sesek aja kok. Sayang ya rokoknya, padahal lo beli mahal." Ucap gue prihatin.

"Yaela, santai aja kali. Rokok bisa dibeli lagi, lagipula lebih berharga kesehatan lo juga daripada rokok."

Duh, dede salting maz. Uuuwwwww.

"Aaaa Satria, jadi baper nih." Ucap gue, Satria cuman ketawa.

🍫🍫🍫🍫🍫🍫🍫🍫🍫🍫🍫🍫

Yhaa gantung lagi, maafkeun ya :)

sorry banget, sampai beberapa part kedepan wordnya nggak sampai 1000 :( gatau kenapa dulu gue seneng banget buat part yg isinya pendek2 WKWKWKWK

Show YouWhere stories live. Discover now