Negenentwintig

1.2K 93 35
                                    

Part 29

🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭

Dan disinilah gue, terjebak bersama Dito Pamungkas di salah satu café yang emang disini tuh paling enak buat kerja kelompok bareng-bareng. Karena disini wifinya lancar, cepat, dan juga kencang. Harga makanan sama minumannya juga pas banget buat anak-anak sekolahan kayak gue gini yang suka ngirit. Tempatnya juga ber-ac, ah pokoknya tempat ini tuh cozy banget. Seriusan.

"Thai Tea sama Cheezy Pizzanya satu, ukurannya medium." Gue melirik Dito yang sibuk memainkan ponselnya, iya tahu deh, gue mah emang kayaknya lebih pantes dikacangin sama nih cowok.

"Temen saya nggak pesen mbak, dia mau makan handphonenya aja sampai kenyang." Ucap gue sambil menatap Dito gemas.

"75 ribu." Gue memberikan uang yang pas, lalu memilih tempat duduk yang paling favorit. Nah, di pojok dan deket sama jendela. Karena disini tuh koneksi wifinya gila-gilaan, mantapppp.

"Kok disini sih tempatnya? Wah, lo mau ngapain?" Dito menyipitkan matanya. Gue mendengus sebal.

Dia pikir gue mau ngapain? Berbuat asusila sama dia, gitu? Hehe, pengen. Tapi ya nggak lah! Sebelum gue ngelakuin itu, Dito udah nyekik leher gue duluan kali.

"Disini wifinya kenceng." Jawab gue singkat.

"Oh."

Diem.

Hening.

"Gue yang cari data-datanya, lo yang salin ke Microsoft Wordsnya ya." Terserah. Ngikut aja gue mah.

Baru aja 5 menit Dito fokus, telfon yang berasal dari ponselnya membuat konsentrasi Dito pecah. Gue memangku wajah gue menggunakan tangan kanan memandangi wajah serius Dito yang sedang menjawab telfon yang entah dari siapa. "Lo nggak suka ya ada orang yang sayang sama lo terang-terangan kayak gue kemarin?" Kalimat itu keluar refleks dari mulut gue.

Shit.

Dito berhenti sejenak dan menatap gue aneh, ah sial, sial. Gimana bisa gue bisa keceplosan gini? Aduh, nggak enak. Bukan malu lagi, tapi lebih ke perasaan nggak enak karena kemarin kan gue udah pengen ngelupain doi, udah gitu pake bilang segala ke doi kalau gue mau move on. Shilla, oon! Dito berdehem, lalu melanjutkan telfonnya dengan seseorang. Gue menunjukkan cengiran gue dan ada sedikit aksen meringis pelan.

"Sorrryyyy, gue keceplosan. Beneran, jangan marah ya tapi? Ah, tapi lo juga nggak bakalan peduli kan sama gue? Hehehe. Sowwi Dito, maneh jangan kegeeran."

Dito mendelik kearah gue dengan tajam, gue ganggu banget kali ya? Yaudah, gue diem aja sampe makanan sama minuman gue dateng. Whoooaaaa, makanan-ku datang! Gue langsung memasukkan slice Pizza yang masih panas, kejunyaaaa demi apapun enak banget. Parahhhh, kayaknya ukuran medium nggak bakalan kenyang deh. Pffftttt!

Gue kembali memasukkan beberapa slice, saat kejunya terasa di mulut gue, mata gue langsung terpejam dengan senyuman. Parah, ini enak banget! Crunchy and melted sekaligus, parah. Pawraahnh:G. Enak banget. Saat mata gue terbuka, Dito ternyata udah nggak ada di tempatnya.

Dito kemana?

Bodo ah, yang penting abisin dulu Pizzanya. Sikaaattt!

Show YouDonde viven las historias. Descúbrelo ahora