Vierendertig

1.2K 73 29
                                    

Part 34

🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭🍭

"Haykal ngomong apa aja, Shil? Dia nggak ngomong yang macem-macem kan?" Alis Dito bertaut, gue menatap Dito bingung, antara mau jujur atau bohong.

Lebih baik jujur atau bohong demi kebaikan?

Ngh.. "itu.. Gue nggak bisa bilang sekarang.. Nanti? Oke? Tenang aja, gue pasti bakalan bilang ke lo kok, To. Janji!" Gue nyengir sambil meringis pelan.

Dito mengangguk, "nggak bilang juga gapapa, nggak penting juga buat gue." Ada sedikit nada kekehan dari ucapan Dito.

Ini penting DITO!

Kalau menyangkut Amanda, pasti penting buat lo! Ish, dia pasti pura-pura nggak peduli deh, padahal sebenernya juga pasti Dito kepo. Cowok tuh gitu ya, beda banget sama cewek.

Tapi, harus banget gue bilang ke Dito sekarang?

Hhhhh, gue harus banget bilang ke Dito kalau rasa sayangnya Amanda ke dia terkalahkan sama rasa nyamannya Amanda ke Haykal, gitu? God, please..

Nggak mungkin, kan?

"Lo nanti mau lanjut kemana, Shil?"

Gue tersenyum kecil, "kayaknya gue mau langsung ambil perguruan tinggi swasta aja deh, To. Gue males ikut SBM, dan teman-temannya."

Dito terkekeh pelan, duh jadi ikutan pengen senyum. Nular gini kalau Dito senyum, gue jadi ikutan senyum juga.

"Emangnya lo nggak mau masuk PTN?" Tanyanya, gue menggeleng pelan, sebenarnya sih pengen, cuman gue mah tahu diri aja. Yang pinter aja banyak yang nggak dapet PTN, ya gimana gue? Udah hopeless duluan. No rewel, sebenernya gue udah belajar mati-matian, tapi ya gitu, gue males. Udah.

"Golongan orang-orang kayak gue mah beda sama golongan orang-orang kayak lo, lagipula swasta juga banyak kok yang lebih bagus kualitasnya dibanding PTN. Hehehe."

"Lo mau bareng-bareng terus sama gue nggak?"

Gue langsung terdiam, menelan ludah pelan. Jadi deg-degan gini masa. "Kemana?"

"Ke hati gue."

MAMPUS!

Gue menganga, menatap Dito nggak nyangka, bisa-bisanya dia ngomong kayak gitu? Tolong deh ya, Dito. Lo tahu nggak sih? Kalau lo kayak gini, gue pengen terbang aja anjir rasanya.

"Hahaha, ekspresi lo kayak habis lihat setan aja."

Sialan.

Gue memberenggut sebal, lalu berjalan duluan meninggalkan Dito yang masih ketawa terbahak-bahak. Awas lo, To! Aargh.

"Haykal?!"

Haykal berdiri di depan pintu pagar sambil tersenyum ke arah gue yang kaget. Haykal sekarang lagi pake jaket levis dan baju polos berwarna hitam, serta jeans dan sepatu Vans berwarna merah. Well, keren juga.

"Ngapain lo kesini?"

"Kangen.."

Sinting!

Show YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang