SM {2}

6.5K 441 63
                                    

Untuk Rafilamalliny, salah seorang sahabat watty yang sangat mendukung aku dalam penyelesaian SM, yang bilang kalo aku ga boleh kalah sama Plagiator, yang ngedukung aku terus-terusan, yang bilang kalo aku harus repost cerita aku: Makasih :)

Picture on the right---> Julian Garryson

***

3. Amy

Hidup sungguh tidak adil! Kesialan terus menerus menggerogoti kewarasanku. Takdirku juga tidak kalah menyebalkan. Aku kehilangan laptop baruku, yang kubeli dengan uang tabunganku, tepat ketika aku melangkah keluar dari benda mati itu dan bernapas. Aku merasa kecolongan. Aku merasa ditipu. Kalau dulu otakku diatas rata-rata, kini aku merasa IQ-ku merayap jauh dibawah rata-rata. Aku begitu tolol. Kenapa aku bisa kecopetan seperti ini?!

"Ttidak banyak barang yang bisa disimpan bukan, Grizzly?"Dad bertanya sambil menaikkan alisnya menatapku. Ia mengeluarkan semua sampah dan pakaian kotor pria dari koper dorong itu. Aku memandang jijik dan melemparkan tubuhku ke ranjang.

Mulai detik ini aku akan membuat komitmen. Aku akan menghabiskan seluruh hidupku di rumah. Aku akan merengek pada Mom untuk mendatangkan guru ke rumah. Perlahan-lahan senyumku mengembang memikirkan ide yang begitu cemerlang.

"Lihat Grizz! Parasut!" Dad mengangkat sebuah kain elastis bewarna oranye kekuningan dan nyengir, "Aku pikir koper ini pasti punya cowok nekat." Dad menunduk dan mengubrak-abrik isi tas sampai menemukan sebuah jaket hitam dengan logo 'Blue Valley'.

"Dia pasti berasal dari Kansas."Dad memasukkan sampah-sampah makanan dan botol pencukur ke dalam plastik hitam besar, "Dan kalau kita beruntung dia pasti bersekolah di Blue Valley. Atau lulusan sana. Kita bisa menemukan laptopmu, Grizz. Jangan sedih."

Aku menutupi kepala dengan bantal. "Yeah Dad terimakasih atas bantuannya."

"Hey, aku sudah berusaha semampuku, Grizzly. Bukan salahku sampai kau bisa tertukar koper begitu!"

Karena aku tahu Dad sudah tersulut emosinya dan butuh beberapa waktu yang lama untuk saling cek-cok, sementara kemungkinan besar aku akan kalah berdebat karena aku mati rasa dan tidak bisa berpikir jernih, maka aku hanya mengangkat bahu dan menggulingkan badan ke samping, memandang tembok.

Dad mengembuskan napas dramatis, "Grizzly, Dad sudah mencoba semampu Dad untuk mempertahankan Mom"

"Tentu Dad. Aku bisa melihatnya."

"Kau keterlaluan, Grizzly! Jaga sikapmu itu! Aku ayahmu!"

Aku mengatupkan gigi rapat, mencoba sekuat tenaga untuk tidak menangis. Tapi aku terlalu emosi. Semua hal di mataku salah. Dan karena di ruangan ini hanya ada Dad, aku merasakan dorongan aneh untuk melampiaskan semua emosiku padanya.

"Jangan panggil-panggil aku Grizzly! Aku bukan anak kecil lagi! Aku benci sebutan itu! Sangat konyol!" Dad terlihat sangat terpukul. Ia menatapku tidak percaya. Hening yang panjang sebelum Dad berdehem, membuka mulut lalu mengatupkannya lagi. Dad berdiri, menaruh koper di pojok lemari dan menutup tirai ungu di ujung.

"Beristirahatlah, Griz--Amy. Kau punya waktu 15 jam sebelum bertemu Kate."

Mataku seperti lompat keluar karena terlalu memelototinya, "Kate? Kate apa? Seekor anak anjing?"

Dad menggeleng menatapku. Sorot mata menilai-nilai mencari hukuman apa yang tepat untuk membungkamku itu memantul di mata birunya, "Dia calon ibu tirimu. Kami akan segera menikah."

"Apa-Apaan?! Dad bahkan baru mendiskusikannya sekarang?!"

"Bukan Dad yang tidak pernah mengangkat telepon!"Dad balas membentak.

Summer Memories (Summer Memories #1) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang