Makasih

1.4K 184 44
                                        

Gua natap cowok yang gua hajar waktu itu, namanya Jinyoung ternyata. Kenapa dia tiba-tiba dateng? Saksi? Saksi apa?

Mukanya masih ada memar-memar bekas gua tonjok waktu itu. Lama bat ya ilangnya btw.

"Nona Moon, kamu tidak keberatan kalau kamu menjauhkan tanganmu itu dari saya?"

Gua noleh ke Bu Mimin yang bersuara. Oh iya, tangan gua masih nunjuk muka dia. Lupa.

Gua tarik tangan gua dan balik duduk. Gua ga minta maap. Ngapain minta maap ke guru kek gitu anjir?

"Peran saksi itu sangat penting. Jadi, silahkan duduk." Bu Mimin nyuruh Jinyoung duduk. Jinyoung nunduk lagi sekali, nutup pintu, dan duduk di samping gua.

"Baiklah, tolong ceritakan apa yang kamu lihat. Ceritakan dengan sejujur-jujurnya."

Jinyoung ngangguk. "Tadinya saya mau ke rooftop, mau tidur. Tapi saya mendengar suara bising dari toilet perempuan. Kaya ada bunyi 'Brak!' gitu bu. Yaudah saya samperin kesana buat meriksa."

Gua liatin Jinyoung yang lagi cerita. Mukanya santai.

"Saya intip kan tuh, ternyata lagi ada yang berantem. Kebetulan saya lihat Jira lagi dicekik lehernya dan ditahan di dinding oleh Jungeun." Jinyoung nunjuk si jable bibir tebel. Oh jable bibir tebel itu namanya Jungeun. "Dia juga membentak Jira 'Gausah songong ya lo! Kita senior lo!' begitu kira-kira."

"Tapi Jira diam saja. Dia tidak melawan. Setelah itu, Jisun tiba-tiba maju, ikut membentak Jira, dan menampar pipi kirinya dengan sangat kencang. Ibu bisa lihat darah yang netes ke seragamnya, darah itu berasal dari luka tamparan di ujung bibirnya. Sekarang sudah diobati." Jinyoung nunjuk luka gua yang uda diplester sama Taehyung. Bu Mimin pun ngeliat luka gua dan darah di seragam gua. "Saya juga mendengar kalau Jisun menyebut-nyebut nama Taehyung, kelas 12-3. Jira itu hanya seorang preman sekolah dan jelek, tidak setara dengan mereka. Jadi seharusnya Jira berkaca karena ia tidak pantas merebut Taehyung dari sahabatnya, begitu kata Jisun."

"Jira kesal. Dia menatap Jisun tajam, tanpa melakukan apapun. Tapi Jisun kembali menampar pipinya, pipi kanannya, karena Jisun merasa ditantang oleh Jira lewat tatapannya. Posisi Jira saat itu masih sama, lehernya masih dicekik dan ditahan di dinding."

"Setelah itu, Jungeun bertanya pada Yera apakah Yera jadi membalaskan dendamnya pada Jira atau tidak. 'Mumpung masih dicekik.' kata Jungeun. Yera pun maju sambil mengeluarkan pisau dari saku roknya."

"Pisau?" Tanya Bu Mimin tiba-tiba.

"Iya, pisau." Jawab Jinyoung.

Bu Mimin ngernyit. "Tapi sekolah tidak memperbolehkan siswa membawa benda tajam."

Jinyoung ngehela napas. "Ra,"

Alis gua ngangkat pas Jinyoung tiba-tiba noleh dan manggil gua.

"Pisonya masi ada di elu kan? Kasi liat."

Gua ngangguk. Gua ngeluarin piso dari saku rok gua dan naro piso itu diatas meja.

"Itu pisaunya. Pisau itu milik Yera." Kata Jinyoung.

Bu Mimin kaget. "Kalau benar pisau itu milik Yera, kenapa pisau itu bisa ada di tangan Jira? Kamu lihat rambut Nami? Itu ulah Jira."

Lagi-lagi Jinyoung ngehela napas. "Memang benar, Jira yang memotong rambut Nami menggunakan pisau tersebut. Tapi Jira tidak memotong rambut Nami tanpa alasan."

Bu Mimin ngedengerin Jinyoung cerita lagi tuh.

"Sebelumnya, Jira sempat bertanya apa benar jika Yera menyukai Taehyung. Jika benar, silahkan ambil Taehyung darinya, itupun jika Taehyung mau. Secara tidak langsung Jira berkata bahwa Taehyung tidak akan mau berpacaran dengan Yera karena Yera seseorang yang... Yah, ibu bisa lihat sendiri dari penampilannya."

MLS ㅡ Cogan VS Preman; TaehyungWo Geschichten leben. Entdecke jetzt