You (Chapter 4)

1.7K 180 7
                                    

     Jaket pemberian ayahnya terlihat cocok ditubuhnya. Dengan warna merah yang merupakan warna favoritnya. Dihadapan cermin, tak mampu menyembunyikan rasa bahagianya, Yoona tersenyum hingga keluar dari kamar. Menemui nenek untuk berpamitan. Sudah waktunya untuknya kembali kerumahnya.
"Kau pergi sekarang?" tanya nenek dengan raut kecewanya. Yoona masih terus tersenyum. Mengangguk pelan mengiyakan. Dengan guci kosong yang ada dipelukannya. Nenek itu memeluknya sejenak, lalu merelakannya melangkah keluar rumah.

     Sehun yang masih menemani Sena bermain di halaman mendapatkan Yoona sedang berjalan menghampiri mereka. Tidak, tepatnya menghampiri Sena. Yoona memeluk Sena, tak lupa mengecup kening anak itu. Sena memperlihatkan wajah murungnya dikarenakan sedih akan kepergiannya, tapi Yoona kembali tersenyum. Entah apa yang membuatnya terus tersenyum, mungkin dikarenakan jaket yang ia gunakan. Yoona mengalihkan pandangannya ke Sehun, dengan senyumnya yang masih tertinggal.

Dugg dugg dugg!

     Sehun merasa aneh dengan apa yang kini ia rasakan. Tepat ketika ia melihat senyuman manis itu, detak jantungnya seakan menekan tubuhnya dengan kuat. Juga ketika Yoona menatapnya yang masih meninggalkan senyuman manis itu, Sehun seperti merasa malu melihat itu. Ia bahkan terbodoh akan dirinya sendiri.
"Gomawo.. kau sudah banyak membantu." ucapnya dengan senyum manisnya. Sehun hanya mengangguk seadanya. "kalau begitu aku pergi dulu. Sena-a.. eonni pergi dulu." mengelus rambut Sena lalu berlalu dari sana. Menuju rumahnya.

--

     Rumah itu tidak terlalu berantakkan. Hanya perlu dibersihkan sebagiannya saja. Tapi walau begitu, berhasil merenggut waktunya hingga sore menjelang malam. Lumayan melelahkan, tapi tidak membuatnya menyerah. Sudah lama ia tidak menggunakan tenaganya semenjak keluar dari pelatihan bela diri. Pelatihan yang dulunya pernah membuat namanya dikenal banyak orang, namun semenjak kepergian ibunya, semangat berlatihnya menghilang begitu saja.

     Duduk dibawah pohon yang ada di halaman rumahnya. Menikmati dinginnya pada malam itu. Namun tak lagi dirasakan olehnya, berkat jaket barunya itu. Berkali-kali ia mengelus lengan jaketnya, benar-benar bahagia mendapatkan jaket itu. Tapi sedetik itu, ia menjadi murung, Mengingat ayahnya yang terkurung di penjara. Menghela nafas dengan berat. Diperhatikannya kembali jaket barunya yang kini menyelimuti tubuhnya, memperhatikan dalam diam, dan tidak lama dari itu matanya membulat.
"Omo! Jaket lusuhku!" dengan cepat ia berlari menuju rumah nenek. Ia dapat ingat dengan benar dimana ia menaruh jaket lusuhnya. Tidak, bukan jaket itu yang ia permasalahkan, tetapi amplop yang ada di dalam saku jaketnya lah yang harus diselamatkan.

     Tidak berniat menegur Sehun yang sedang duduk di halaman rumah nenek itu, Yoona terus berlari hingga memasuki rumah yang pintunya tak terkunci itu. Nenek sampai kaget melihat kehadirannya disana. Tidak sempat berkata, Yoona langsung masuk kedalam kamar yang tadinya ia tempati, syukur ia menemukan jaket lusuh itu. Dengan cepat diraihnya. Kosong. Saku jaketnya kosong.
"Ah, jaketmu ketinggalan ya?" tanya nenek dengan suara seraknya.
"Halmoni, apa kau ada melihat amplop?" nenek itu menggeleng.
"Amplop seperti apa maksudmu?"
"Amplop.. Aku menaruhnya didalam saku jaketku." dia mulai gelisah.
"Aku tidak tahu.. kau sudah makan?" tidak lagi mendengar itu, ia melemas dan terduduk di atas kasur. "kau ini, kau pasti belum makan. Baiklah, aku siapkan makanannya dulu." si nenek pergi dari kamar itu. Tidak ingin menyantap apapun, tanpa pamit Yoona keluar dari sana. Kembali melewati Sehun yang masih duduk disana. Tetap tidak menyapanya. Tapi, tiba-tiba saja ia seperti melihat sesuatu, lalu seperi kilat ia membalikkan tubuhnya guna melihat itu.

     Sehun sedang melihat foto-foto yang ada didalam amplop itu dan dengan bodohnya Yoona tidak menyadari itu. Tentu Yoona langsung menghampiri pria itu dengan ekspresi kesalnya. Menyadari kedatangannya, Sehun segera menjaga jarak, tepatnya menyelamatkan amplop tersebut agar tidak direbut Yoona.
"Yak, bagaimana bisa kau mendapatkan itu?" suaranya terdengar lantang.
"Tunggu sebentar, aku masih ingin melihat-lihat." jawabnya sembari menjauhkan foto-foto yang ada ditangannya dari Yoona.
"Aniya, kembalikan padaku." Yoona terus berusaha untuk merebutnya. Tapi Sehun terlihat ahli menghindarinya. "aish, kau tidak perlu melihatnya." Yoona semakin kesal karena Sehun terus menghindarinya.
"Kalian sedang apa?" tanya nenek yang mendengar keributan di halaman rumahnya.
Yoona berhenti mengejar Sehun. "halmoni, amplop yang kumaksud ternyata diambil olehnya."
"Sehun-a.." tegur nenek dengan lembut sembari menatap Sehun dari jauh. Yoona ikut menatapnya. Sehun membalas tatapan Yoona dengan enggan lalu mengembalikan amplop itu, dengan cepat diaraih Yoona lalu segera ia masukkan kedalam saku jaket barunya. "kau mau kemana?" tanya nenek ketika dilihatnya Sehun melangkah pergi.
"Pulang." jawabnya singkat.
"Dasar aneh." celutuk Yoona kesal. "Halmoni, aku mau kembali kerumah, tadi aku lupa mengunci pintu." memeluk nenek itu dengan cepat lalu segera pergi dari sana.

You (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang