You (Chapter 6)

1.5K 166 7
                                    

    Perasaannya menjadi serba salah antara ingin menegur atau tidak. Mencoba untuk diam tetapi tidak kuat dengan tatapan yang pria itu layangnkan padanya. Sama sepertinya, Sehun juga hanya diam, masih di depan lift sejak dia melangkah beberapa langkah dari sana. Sama seperti Yoona, Sehun juga terlihat sulit memilih kata-kata. Pintu lift kembali terbuka, Henry datang dengan membawa tiga kardus berukuran besar yang nyaris menutupi matanya.
"Oo, hyung! Aku taruh dimana barang ini?" sulit melangkah karna penglihatannya terhalangi oleh barang bawaannya. Sehun masih diam, belum menyadari kehadirannya. Dan Henry juga tidak menyadari keberadaan Sehun disana, ia sama sekali tidak menyangka bahwa Sehun berdiri di depan lift, karena itu kardus yang berada dipelukannya pun terjatuh hingga isinya berhamburan di lantai, barulah Sehun tersadar dengan sedikit tersentak kaget. Begitu juga dengan Yoona yang kini sedang berlari kecil guna membantu Henry mengumpulkan barang-barang yang berhamburan itu.
"Yak, kapan kau disini? Igo, kenapa jadi berantakan seperti ini?" tanya Sehun yang tidak berniat membantu mereka.
"Aku tidak bisa melihatmu disana. Lagi pula, kenapa kau berdiri di depan lift? Seperti tidak ada tempat lain saja." celutuknya seraya memasukkan berbagai perlengkapan yang sepertinya akan digunakan untuk perayaan ulang tahun. "kenapa kau membeli semua ini? Apa ada yang ulang tahun?" tanya Henry yang baru menyadari isi dari kardus itu. Yoona hanya mendengar dalam diam sambil terus membantunya.
"Kau tidak perlu tahu." melirik Yoona sejenak, lalu sedetik itu seperti terburu-buru ia kembali masuk kedalam lift. Dan ternyata untuk menghampiri ayahnya.

---


"Kenapa kau tidak mengatakan padaku?" tidak terlihat marah, tapi ia tetap melancarkan protesnya kepada sang ayah.
"Aku hanya merasa tidak perlu mengatakannya. Lagi pula, sepertinya kau tidak keberatan." melirik Sehun dengan senyum nakalnya. "kita tidak punya kamar lagi, jadi biarkan saja dia disana."
"Lantai 4 masih memiliki satu kamar appa.."
"Apa kau tega menempatkannya dengan manusia-manusia aneh itu? memikirkannya saja aku sudah tidak tega." seakan merinding dengan hebat. "tidak ada yang harus kau khawatirkan.. Bukankah dia adalah gadis yang baik?" Sehun terlihat bingung untuk menjawab. "lalu apa yang kau risaukan?" bentak ayahnya melototinya.
"Aniya.." ia juga bingung kenapa ia menjadi gelisah. Tiba-tiba saja terlintas dipikirannya, dia pun menemukan jawabannya. "Bagaimana pun juga aku ini seorang pria." diam sejenak. "apa kau tidak memikirkan itu? Kenapa kau sembarangan menempatkannya." tapi terlihat asal berkata.
"Aish sudahlah. Aku ini sangat mengenalmu. Kau tidak akan melakukan itu." kata ayahnya yang sudah malas mendengar komentarnya. Tapi diam-diam mencoba membaca raut wajah putranya itu. Tersenyum geli kepada anaknya itu.
"Wae?" tanya Sehun yang merasa aneh melihat ayahnya tersenyum seperti itu.
"Kau menyukainya?" tebak ayahnya. Dugg! Punggungnya meremang, tak mampu menjawab, hanya mengatup rapat bibirnya. "ah.. jadi begitu? Hahaha.. kau ini lucu sekali." melenggang mendekati anaknya. Menepuk pundak Sehun pelan sembari terus tertawa. "jika begitu, berarti aku sudah melakukan hal yang tepat. Waw!" dan melewati Sehun lalu masuk kedalam kamar mandi. Meninggalkan Sehun yang gagal menemukan jawaban untuk mengelak.

---


     Menyusun pakaiannya kedalam lemari yang sangat tinggi itu, bahkan jauh dari tingginya. Setelah menyusunnya, seperti seekor anak kucing yang tengah tertidur di sebuah kardus berukuran besar. Lemari itu terlihat kosong, karena Yoona tidak membawa semua pakaiannya. Membuka jaket pemberian ayahnya, lalu mengantungnya di dalam lemari. Tersenyum rindu ketika melihat jaket itu. Membayangkan apa yang tengah ayahnya lakukan disana.

     Ia kembali menoleh ke jendela besar yang memperlihatkan balkon. Melangkah mendekati jendela itu. Pemandangan yang benar-benar indah. Tepatnya halaman pabrik itu, sangat luas dan rapi. Dengan pepohonan yang membuat suasana menjadi sejuk, lantai halaman yang berwarna merah bata. Yoona jadi penasaran dengan isi pabrik. Karena sebetulnya, ia belum mengetahui pabrik apa itu sebenarnya.

You (COMPLETE)Where stories live. Discover now