PART 8 - Long Distance 1

926 40 2
                                    

PART 8 

Sekarang udah masuk ke part 8 dimana kisahnya Nessa sama Dhavi yang jauh-jauhan bakalan dimulai. Hope you like it Guys! Happy reading!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

 

Nessa POV

 

Saatnya untuk melepas kepergian Dhavi ke Jerman, dan berarti Long Distance Relationship antara aku dengan Dhavi juga dimulai. Terlihat ekspresi khawatir di wajah Dhavi sebelum dia meninggalkanku mengingat aku yang harus berada di kampus dan fakultas yang sama dengan Adams. Aku rasa, Adams adalah ketakutan terbesar Dhavi sejak kami berpacaran. Tapi apa daya, beginilah keadaan yang harus kami hadapi.

“Kamu jangan macem-macem sama Adams ya Nes.” itu adalah kata-kata yang diucapkan Dhavi sebelum dia berangkat ke Jerman. Entah sudah berapa puluh kali dia mengatakan hal itu padaku.

Hanya butuh beberapa bulan aku berteman dengan Adams dan ada satu hal yang aku tau tentang Adams. Dia tidak seburuk yang Dhavi khawatirkan selama ini. Aku dan Adams semakin hari semakin dekat. Dia sudah seperti kakakku sendiri. Dia selalu bersikap baik padaku, mengingatkanku akan tugas-tugasku, membantuku bila aku sedang kesulitan dan dia juga selalu menjagaku dari laki-laki yang suka mengajakku kenalan sebarangan. Dia benar-benar laki-laki yang baik aku rasa.

Aku tidak tau perubahan apa yang terjadi padaku setahun belakangan ini. Banyak perubahan antara saat aku SMA dan sekarang, terutama sikap orang-orang padaku. Untungnya perubahan itu perubahan yang positif. Saat aku SMA dulu, tidak ada laki-laki yang mendekatiku langsung. Hanya orang-orang model Dhavi yang berani. Tapi sekarang, hampir setiap hari selalu ada laki-laki yang mencoba mendekatiku dan saat itulah Adams muncul.

****

 Tahun  pertama LDR, semuanya baik-baik saja. Komunikasi lancar, saling terbuka dan selalu berusaha meluangkan waktu untuk berkomunikasi. Dhavi juga sempat pulang ke Indonesia dan mengajakku ke rumah Oma dan Opanya di Solo. Aku bisa merasakan kehangatan keluarganya saat itu dan aku sangat menyukainya. Aku berharap aku bisa menjadi bagian dari keluarga besar itu kelak.

Di tahun ke dua, semua masih baik-baik saja. Hanya saja, kami mulai sibuk dengan tugas kami masing-masing. Dhavi tidak sempat untuk pulang ke Indonesia di tahun ke dua. Tapi kami lebih banyak melakukan video call kebanding voice call atau chatting di tahun ini. Kami juga merayakan lebaran bersama lewat skype. Memang terdengar aneh kalau harus mengalami lebaran bersama seperti itu. Tapi hanya itu yang bisa kami lakukan.

Di tahun ke dua juga Kak Rana melahirkan anak pertamanya dengan Kak Mario. He’s a nice boy, lucu, tenang dan ramah pada semua orang. Namanya Kevin Abraham Marana. Karena di Indonesia tidak begitu biasa menggunakan nama keluarga sebagai nama belakang, maka nama Marana itu dipilih sebagai nama belakang Kevin. Sebenarnya itu adalah singkatan dari nama Kak Mario dan Kak Rana. Memang ide yang sederhana tapi menghasilkan nama yang cukup unik.

Saat Kak Rana melahirkan, kebetulan aku sedang berada di rumah. Sehingga aku bisa menemani Kak Mario menunggu persalinan Kak Rana. Saat itu juga aku dan Dhavi melakukan video call karena Dhavi bertugas menenangkan Kak Mario yang tidak bisa berhenti modar-mandir selama persalinan dan juga Dhavi bilang dia tidak sabar untuk melihat keponakan pertamanya. Such a sweet uncle.

Chicken Porridge LoveWhere stories live. Discover now