PART 13 - Why Should This Happen?

970 38 0
                                    

PART 13

 

Happy New Year readers! Semoga tahun ini lebih baik dari tahun yang lalu ya. Ini dia kelanjutan partnya. Udah gak sabar buat ngepost judul barunya sih jadi agak cepet. Tinggal 1 part lagi menuju judul baru guys. Hope you like this part. Happy reading!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Nessa POV

 

Ini liburan terakhirku sebelum aku diwisuda. Dhavi pulang ke Indonesia liburan ini karena dia ingin hadir di hari wisudaku. Selama di Indonesia Dhavi berniat untuk menemaniku mempersiapkan acara wisudaku. Tapi kenyataannya, kami malah sibuk mempersiapkan acara wisuda Dhavi di Jerman nanti. Aku juga banyak menghabiskan waktu di rumah Dhavi liburan ini atas permintaan Maminya. Mungkin bisa 2 sampai 3 kali dalam seminggu aku mengunjungi Dhavi di rumahnya.

Dhavi’s Mom :

Nessa, kamu bisa ke rumah hari ini gak sayang? Tante buat opera kesukaan kamu. Kamu harus coba ya sayang. Tante tunggu kamu di rumah nanti Dhavi yang jemput ke rumah kamu. See you Darl.

 

Rasaya tidak mungkin lagi aku menolak permintaan Mami Dhavi karena tidak lama setelah aku menerima pesan itu sudah terdengar suara Papa yang sedang berbincang dengan Dhavi di ruang tamu rumahku. Aku hanya perlu bersiap sebentar sebelum aku turun menghampiri Dhavi di ruang tamu karena Mami Dhavi tidak suka dengan gadis yang doyan berdandan. Untung saja, karena aku tidak suka berdandan sama sekali, bahkan tidak bisa. Memang payah!

“Mami kayaknya kangen banget sama kamu Nes. Aku aja yang anaknya gak diginiin banget. Mami lagi sering belajar masakan kesukaan kamu tuh. Harusnya kan kamu yang banyak belajar masakan kesukaan aku.” Ada yang cemburu! Aku merasa sangat beruntung karena Dhavi memiliki Mami yang seperti itu sehingga tidak sulit untukku meminta persetujuannya. Biasanya, tantangan bagi seorang perempuan adalah meluluhkan hati calon ibu mertua.

“Kamu cemburu ya? Harus ya? Aku kan gak bisa masak Dhav. Gimana dong?” aku tidak begitu bisa memasak. Hanya terkadang aku suka membantu Mama memasak di dapur. Semua makanan kesukaan Dhavi menggunakan bahan-bahan yang cukup sulit untuk dicari dan memakan waktu yang lama dalam memasaknya sehingga semuanya terasa ribet untukku. Hanya Mami Dhavi saja yang mau sabar melayani makanan Dhavi. Hanya satu makanan kesukaan Dhavi yang bisa aku masak, pecel. Hanya tinggal rebus semua sayurannya, beli bumbunya di supermarket dan seduh dengan air panas. Haha! Quite simple. Dasar gadis malas!

“Enggak lah ngapain juga. Ya gak harus sih. Tapi aku yakin, seenggaknya pasti cewe tuh bisa masak lah.” Sotoy banget sih. Belum tentu kali.

“Bisa Dhav. Masak air. Hehe.” Dhavi memutar bola matanya kesal dan langsung mencubit pipiku gemas.

Chicken Porridge LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang