50. Ibu dan Anak

2.2K 60 0
                                    

Saat itu hari pun sudah gelap. Angin musim rontok menderu-deru di luar biara itu. Tetapi Siau-liong dan sekalian rombongannya, tetap dapat melihat jelas keadaan di sekeliling situ.

Sepeminum teh lamanya, tiba-tiba Lu Bu-ki berseru, "Ada orang datang kemari!"

Ternyata orang tinggi besar itu menunggu di-muka pintu. Jika ada orang datang, dialah yang pertama melihatnya.

Karena kuatir meninggalkan Poh Ceng-in dari tempatnya jauh dari pintu maka ia tak dapat melihat jelas siapa pendatang itu.

"Berapa orang?" tanyanya.

Dengan masih memandang keluar biara, si tinggi besar menyahut, "Hanya seorang!"

Siau-liong berpaling ke arah Liau Hoan dan melambaikan tangan, "Harap losiansu suka datang kemari!"

Liau Hoan tiba-tiba melayang ke samping Siau-liong. Sekalian orang terpesona melihat gerakan paderi sakti itu. Dengan masih duduk, tubuhnya melambung sampai dua meter tingginya dan ketika melayang disamping Siau-liong ternyata paderi itu masih duduk. Sedikitpun posisi duduknya tak berobah.

Siau-liong dan Song-ling pun terbeliak kaget.

"Pesan sicu apakah yang perlu kusampaikan?" tanya Liau Hoan.

"Perempuan itu kuserahkan lagi losiansu untuk menjaganya. Jika musuh berani menyerang kita, lekaslah tutuk jalan darahnya!"

Dalam mengucapkan kata-kata yang terakhir, Siau-liong sengaja perkeras suaranya.

Paderi Liau Hoan mengiakan. Siau-liong cepat melesat kesamping pintu. Ah, ternyata gerombolan yang datang itu berjumlah hanya seorang. Siau-liong kejut-kejut girang ketika mengetahui pendatang itu bukan lain adalah Randa Bu-san.

Randa Bu-san berhenti dimuka pintu biara. Setelah itu baru pelahan-lahan ayunkan langkah menuju ke ruang biara.

Buru-buru Siau-liong memberi hormat, "Ah, akhirnya bibi kembali juga. Puteri bibi, aku dan sekalian kawan-kawan amat mencemaskan sekali nasib bibi."

Kemudian ia berpaling ke arah Song Ling yang duduk disudut ruang. Dara itu ternyata terlongong memandang ibunya. Dan pada lain kejap ia terus lari menghampiri seraya berseru gemetar, "Ma, jika engkau tak kembali, aku tentu mati kebingungan!" — ia terus jatuhkan diri dalam pelukan ibunya dan menangis tersedu-sedu.

Randa Bu-san juga berduka sekali. Dipeluknya sang puteri seraya menghibur, "Nak, jangan menangis! Hatiku tak keruan rasanya!"

Wanita itu menarik kerudung sutera yang menutupi mukanya lalu mengusap airmata puterinya.

Tiba-tiba terdengar pula suara tertawa nyaring dari Iblis Penakluk-dunia. Seketika wajah Randa Bu-san berubah. Sepasang matanya memberingas memandang sekalian orang. Wajahnya tampak menyeramkan sekali. Alisnya memancar sinar pembunuhan.

Pada saat matanya tertumbuk pada tubuh Poh Ceng-in yang menggeletak di tanah, ia segera menghampiri. Langkahnya amat sarat. Setiap langkahnya meninggalkan bekas tiga dim di tanah.

Melihat itu Siau-liong cepat melesat kemuka wanita itu, serunya, "Cianpwe, engkau...."

"Menyingkirlah! " bentak Randa Bu-san.

Song Ling yang masih menggelendot di bahu Randa Bu-san, juga cemas melihat keadaan ibunya. Sambil menarik lengan kiri ibunya, ia berseru, "Ma, engkau ini bagaimana?.... Engkau mau apa?"

Randa Bu-san tertegun, membelai rambut Song Ling, "Nak...."

Belum selesai ia mengucap, tiba-tiba terdengar pula suara tertawa Iblis Penakluk-dunia melantang panjang. Seketika tubuh Randa Bu-san gemetar lalu menarik lengannya yang dicekal Song Ling dan memandang pula ke arah Poh Ceng-in. Sesaat ia lanjutkan langkah maju menghampiri lagi.

Pendekar LaknatWhere stories live. Discover now