BAB 26 : ORANG YANG KAMU LINDUNGI

603 78 1
                                    

Memiliki seseorang yang ingin dilindungi dapat menjadi sumber kekuatanmu sekaligus kelemahanmu

INSIDE YOU

...

"Kamu selalu ingatkan Netha untuk tidak kelelahan ataupun banyak pikiran. Tapi kamu sendiri tidak melakukannya hm?"

Rangga mengalihkan pandangan, dipejamkannya mata dengan erat berusaha mungkin menghindari tatapan Mama. Perempuan paruh baya itu menggeleng pelan, diperasnya handuk kecil yang tampak basah lalu meletakkan ke dahi lebar Rangga.

"Dibandingkan Netha, Mama enggak tahu apa yang ada di pikiran kamu. Sekilas kamu selalu tampak ceria di depan kita apalagi Netha, tapi di dalamnya Mama benar-benar enggak tahu bagaimana keadaan kamu."

"Enggak usah di pikirkan," gumam Rangga. Nihil sudah untuk ditahan kini suara ringisan lolos dari mulutnya begitu merasakan nyeri pada beberapa bagian anggota tubuhnya.

Ada beberapa hal yang tidak bisa ia ceritakan, ah atau mungkin menimbulkan dampak buruk bila ia kembali mengungkitnya. Sesuatu yang begitu sensitif, sesuatu yang menimbulkan luka yang tidak ingin diungkit kembali.

Dari dasar hati, dirinya belum sembuh sedari dulu. Satu hal yang membuatnya ketakutan hingga menimbulkan banyak ketakutan lainnya.

"Kamu belum bisa ikhlaskan Eren?" tanya Mama mengangkat kedua alis, memerhatikan salah satu foto yang berdiri rapi di meja kecil. Perempuan paruh baya itu tersenyum samar. "Dia terlalu berharga untuk kamu ya?"

Kontan Rangga menoleh seketika, digertakkannya gigi dengan geram begitu merasakan sesak di dada. Tidak cukup demam menyerangnya malam ini dan menyebalkannya lagi kenapa Mama harus bertanya padanya secara terang-terangan kali ini?

"Mungkin Mama enggak bisa ucapkan kata-kata untuk sembuhin rasa kehilangan kamu, tapi Mama ingin kamu belajar melepaskan dia. Eren di sana pasti juga enggak mau lihat kamu seperti ini."

Tanpa jawaban, Rangga memerhatikan langit-langit kamar dengan sendu.

"Jangan sampai rasa kehilangan itu menghambat diri kamu, masa depan kamu. Jika kamu masih merasakannya, mungkin harus berpikir berulang kali,  rasa itu benar-benar cinta atau cuma obsesi mendapatkan dia?"

Masih juga tidak ada tanggapan, perempuan paruh baya itu tersenyum samar, diusapnya puncak kepala anaknya dengan pelan sedikit memberi rasa hangat. "Kamu masih harus berjalan, melangkah maju. Pelan-pelan berhenti kalut seperti ini ya?"

"Ya," gumam Rangga tercekat. Secepat mungkin ditelannya ludah lalu menarik selimut, namun ditahan oleh perempuan itu.

"Jangan selimutan atau jaketan, nanti panas kamu makin naik," ucap perempuan itu tegas.

"Dingin," gumam Rangga.

Perempuan itu menggeleng, diambilnya kembali beberapa bungkus obat-obatan lalu menaruhnya di nampan bersamaan dengan piring dan cangkir yang tadi berisi makanan.

"Kamu istirahat, Mama turun dulu. Udah mau jam delapan, mungkin sebentar lagi Netha pulang."

Rangga mengangguk pelan. Pintu ditutup seketika berhasil membuat kamar yang tampak luas itu kini terasa hening, begitu sepi, dan percayalah memang suasana seperti ini yang ia butuhkan sedari tadi.

Inside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang