BAB 34 : BERTAHAN ATAU MENGIKHLASKAN?

884 92 6
                                    

Kenapa. Satu kata tanya yang paling benci gue gunakan. Satu kata tanya yang membuat diri gue berpikir bahwa hidup tidaklah seindah kelihatannya.

INSIDE YOU

...

"Eh? Serius Atha enggak datang sekolah lagi?"

Netha mencondongkan tubuh, di balikkannya badan lalu menghadap Resa yang mengangguk pelan. Begitu juga dengan Gabriel yang tampak tersenyum terpaksa, meletakkan kaos olahraga di sisi sandaran kursi bagitu mengingat ada pertandingan antar kelas yang dilakukan saat jam istirahat nanti.

"Tapi yang gue herannya dia masih sempat ke kafe gue, meskipun enggak selama dulu jam kerjanya."

Netha menggumam, bibir bawah itu terangkat. "Atha kenapa ya? Akhir-akhir ini aneh banget, udah sering absen sekolah, enggak kayak dulu semangat meskipun menyebalkan. Padahal 'kan Atha punya cita-cita buat-"

"Neth," potong Resa secepatnya. Disipitkannya mata memandangi dua bangku di depan, memerhatikan pemilik rambut kepirangan yang bahkan jarang sekali berhubungan dengan anak-anak di kelas. Siswi baru? Tidak pernah Resa bayangkan, akan ada satu orang menyebalkan lagi selain Atha di kelas ini.

"Lo kalau mau ngomong tentang Atha sekarang harus hati-hati," bisik Kayla mencondongkan tubuh, dibiarkannya Gabriel yang tidak betah di kelas itu keluar dari ruangan dan bergabung untuk duduk di anak tangga. "Lo enggak tahu siapa Kayla."

Netha mengernyit, diam-diam memerhatikan cewek yang berada di bangku depannya. "Manusia 'kan?"

"Enggak ada yang bilang dia bukan manusia Nethaaa ...," geram Resa membulatkan mata seakan ingin melumat, ditariknya kembali kepala kecil itu lalu berbisik. "Gue memang enggak dekat sama dia. Tapi asal lo tahu aja, bokap gue punya koneksi luas tentang perusahaan, dan Kayla juga sama dengan gue dan Atha."

"Bagus dong kalau gitu," ucap Netha, mengerjapkan mata polos. "Kalau gitu sekolah kita makin majukan? Soalnya bakal ada orang lagi yang mau jadi donatur untuk-"

Resa berdecak, habis sudah kesabaran kini diambilnya pena lalu mengetuk puncak kepala Netha berharap agar dapat mengerti percakapannya. "Ini bukan masalah itu. Gue memang benci sama Atha tapi gue lebih benci sama dia. Terserah lo mau bilang apa, keluarga Atha itu emang aneh, demi perusahaan mereka mengatur jalan hidup anaknya dengan ketat dan gue-"

"Hm?" Kedua alis Netha terangkat, tak lama mata itu membulat, nyaris saja termundur belakang jika Resa tidak siap-siap menarik lengan itu. "Resa pernah disuruh buat dekat sama Atha? Bukan teman, apalagi sahabat tapi-"

Resa mengangguk pelan. "Selain alasan Kak Eren, ya itu alasan keduanya. Mereka bakal jalin kerja sama dengan dua perusahaan dan supaya bisa meraih ketenaran dan dapat kekuatan, mereka berharap di masa depan nanti anak-anak mereka bakal ...."

"Hidup bersama, selamanya," ucap Resa setengah mendelik, betapa menyeramkan hubungan keluarga Adithya tersebut. "Tentu saja bokap gue yang masih waras enggak bakal ngorbanin anak-anaknya buat hubungan material kayak gitu, dan seingat gue, saat gue pernah ke kantor mereka, gue pernah ketemu dia," ucap Resa melirik Kayla, sinis.

"Meskipun gue benci sama Atha, tapi di sisi lain gue juga kasihan sama dia. Apa harus masa depan mereka diatur segitu ketatnya? Gue sempat ragu kalau perusahaan keluarga Atha sama Kayla bakal kerja sama, tapi lihat reaksi Atha waktu tau Kayla di sini, gue pikir bisa nebak semuanya."

Inside YouWhere stories live. Discover now