BAB 33 : SAHABAT LAMA? CALON PACAR?

612 66 7
                                    

Dunia enggak berbaik hati memberikan keduanya. Di setiap keputusan akan selalu ada pilihan, dan kita harus memilih mana jalan terbaik dengan menanggung setiap konsekuensi yang ada.

INSIDE YOU

...

"Bang Rangga! Abang punya uang lebih enggak?"

Netha mendongakkan kepala, menyengir. Keduanya yang baru saja  keluar dan berada di parkiran rumah sakit itu berhasil membuat dahi Rangga mengernyit seketika. Rangga mengangguk pelan, memastikan isi dompetnya sejenak.

"Kenapa? Lo mau makan di luar? Kebetulan gue juga lagi kangen sama makanan kaki lima, mau makan sepuasnya di sana?"

"Mau! Mau!" Netha mengangguk semangat, secepat mungkin masuk ke kendaraan beroda empat itu lalu memasang sabuk pengaman. "Netha mau beli yang bakar-bakar. Sate bakar, bakso bakar, ayam bakar, terus-"

"Jangan banyak-banyak kalau entar akhirnya malah gue yang habisin semuanya," ucap Rangga, fokus menyetir, memerhatikan kaca spion sejenak.

Netha mengembungkan pipi. "Iya sih, Netha tuh mau makan banyak tapi perut Netha tuh enggak bisa diajak kerjasama. Cepat banget kenyangnya."

"Kalau mau lo gitu, entar biar dibungkus sisanya," ucap Rangga tenang. Tenang? Ah tidak, raut wajah tenang itu seperti menyembunyikan satu ekspresinya, entah seperti apa namun yang pasti Rangga sedikit pendiam setelah keluar dari ruangan.

"Oke," Netha mengangguk semangat, menyipitkan mata dengan senang. "Tapi Bang, yang Netha tanya tadi uangnya bukan buat beli makanan lho Bang."

"Enggak bakal gue beliin kalau lo minta action figure atau barang-barang yang lewat jastip ke Jepang. Mahal, dompet gue meronta."

"Serangga negatif mulu pikirannya ihh ...," gerutu Netha, mengangkat bibir bawah, lalu menatap abangnya itu dengan semangat. "Netha tuh mau beli buku tau, supaya bisa belajar."

"Buku? Belajar?" gumam Rangga mengernyit, lalu tersenyum sinis. "Gue pasti mimpi."

"Ihh! Netha seriusan tau!"

____

Dan percayalah, dalam seumur hidupnya untuk hari ini Atha tidak memercayai dengan penglihatannya.

Langkah lebar dari sepatu hitam itu terhenti seketika, tas sandang biru yang ia gunakan kini dicengkram begitu erat saat memerhatikan seseorang di kelas. Netha? Belajar?

Ah tidak, tentu saja bukan. Berbeda dengan dua bangku belakang yang sudah terisi penuh maka bangku sampingnya masih terlihat kosong. Cewek berisik itu belum datang dan dirinya juga baru sampai menuju sekolah. Tapi yang berhasil menjadi sorot perhatiannya adalah ....

"Ngapain lo di sini?" tanya Atha datar, berhenti tepat di  salah satu bangku depannya.

Kayla, cewek dengan rambut ikal sebahu yang tampak sedikit kepirangan itu mengangkat kepala memerhatikan Atha yang sama sekali tidak berminat melihatnya. "Papa pindah, jadi aku ikut."

"Kalau memang itu alasan lo maka gue ucapkan selamat. Tapi setahu gue lo enggak mungkin pindah untuk alasan seremeh itu, apa bokap nyokap gue rencanain sesuatu?"

Kayla menggeleng, dilepaskannya kacamata bingkai hitam itu dengan pelan. Belum sempat ingin meraih lengan Atha sontak saja tas biru dilempar ke bangku belakang dengan kuat berhasil membuat siapa pun yang berada di sana terlonjak sejenak.

Inside YouWhere stories live. Discover now