Kosong

172 5 0
                                    


Ada berapa orang di dunia ini yang menderita amnesia?

Lima? Sepuluh? Dua puluh? Seratus?

Dari sepersekian kasus kecelakan, ada beberapa korban yang mengalami amnesia.

Kini aku termasuk kedalamnya.

Setidaknya begitulah menurut mereka.

Mungkin penyakit ini terdengar konyol. Thanks to film-film romantis komedi yang membuat para korban kecelakaan terlihat bagai badut pesta. Ya.. kepalamu terbentur. Kau lupa ingatan. Dan hey, gampang. Kau akan mendapatkan ingatanmu kembali di akhir cerita. Dan hiduplah bahagia.

Omong kosong.

Film-film itu tidak menceritakan bagaimana sebenarnya rasanya menderita amnesia.

                                                                                  ***

Kepalaku terasa berat. Sakit sekali. Sungguh. Aku bahkan menjerit saat berusaha membuka kedua mataku.

Saat itulah aku baru tersadar. Dimanakah aku berada? Aku bahkan tidak mengenali orang-orang yang mengerumuniku dan berusaha berbicara padaku. Aku berusaha mencerna semua omongan mereka namun aku tidak mengerti. Semuanya terdengar bagaikan frekuensi gelombang radio. Berkeresak dan membuatmu pusing.

Kuperhatikan wajah-wajah itu. Siapakah mereka? Ada yang memegangi tanganku dan berbicara dengan nada histeris. Ada juga yang menangis tersedu-sedu.

Membingungkan.

"Nay ini mama, Nay!" ujar seorang wanita sambil mengusap-usap lenganku.

Aku memperhatikan wajah wanita itu. Aku merasa mengenalnya namun ada rasa asing yang menyelinap dalam benakku saat menatap wajah itu.

Seorang perempuan muda duduk di ujung ranjang. Dia tidak banyak berkata-kata dan terus memijat-mijat kakiku. Berkali-kali dia mengusap air matanya. "Syukurlah ma, akhirnya Nay sadar." ujarnya dengan suara bergetar.

Sadar?

Memangnya apa yang terjadi? Apa maksudnya sadar?

Aku berusaha untuk berpikir. Namun rasanya aku tidak sanggup menahan rasa sakit di kepalaku. Andai aku bisa menggambarkannya.

"Dari kemarin kamu bicaranya ngaco, Nay. Mama sampai takut lihat kamu begitu."

Aku mengerjapkan mata. Kepalaku rasanya berdentam-dentam.

"Memangnya siapa Nay itu?" ujarku sambil meringis menahan sakit.

Kedua orang itu terkesiap. Mereka menatapku seakan tidak percaya. Tak lama kemudian perempuan muda yang tadi duduk di ujung ranjang pun beranjak dan meninggalkan ruangan. Dia kembali masuk ke dalam ruangan bersama dengan dua orang lainnya. Dilihat dari pakaian yang mereka kenakan, mungkin mereka adalah dokter dan perawat.

"Nona Kanaya?" ujar pria itu sambil memeriksa catatannya.

Aku tidak bergeming.

Melihatku tidak memberikan reaksi, pria itu lalu berkata, "Maaf ini angka berapa?" Dia lalu menunjukkan 3 jarinya di hadapanku. Aku pun menjawab, "Tiga." Dia lalu bergantian menunjukkan jemari lainnya.

Setelah beberapa kali mengetesku, dia lalu berkata, "Maaf ya saya perlu memeriksa refleks Anda."

Pria itu lalu mencubit lenganku. Aku mengaduh. Dia lalu beranjak pada kakiku dan mencubitku juga. Aku lalu kembali mengaduh. "Sakit?" tanyanya sambil berkali-kali mencubitku di beberapa tempat lainnya.

Loving You - MencintaimuWhere stories live. Discover now