Kenyataan

77 3 0
                                    


Kepalaku berdenyut setelah membaca baris terakhir itu. 

Duda? Arman seorang duda?

Aku mengubah posisi tubuhku, merasa perlu untuk membaca dengan lebih serius. 

Wah... sungguh aku tidak menyangka hal seperti itu akan terjadi. 

Apa yang kupikirkan? Bagaimana responku?

Aku segera membuka halaman berikutnya. Namun tidak kutemukan apapun disana. Yang ada hanyalah coretan-coretan tak beraturan. Begitu banyak benang kusut yang memenuhi halaman buku harian. Aku pun panik dan segera mengecek halaman lainnya. Hasilnya nihil. 

Apa yang terjadi? 

Apakah itu akhir dari hubunganku dengan Arman?

Begitu kubuka halaman yang jauh kedepan, barulah kulihat lagi tulisan tanganku. Ada perasaan lega yang menyeruak dalam hatiku. Dengan tidak sabar kubaca baris-baris yang tertulis dengan tinta hitam itu....


Bandung, 20 Februari 2013

Diary sayang... maaf ya udah lama ga nulis apa-apa. Aku malah corat-coret benang kusut. Maklum ya, waktu itu pikiranku sedang kacau. Aku beneran ga mood untuk nulis apa pun. Yang ada aku malah pengen robek-robek kamu ...

Sekarang aku sudah baik-baik saja. Hmm... gimana ya. Aku sudah JAUH lebih tenang dibanding kemarin-kemarin.

Aku sempat menangis terus sampai mata aku bengkak... Setiap malam kerjaan aku ngabisin tissue sama bikin sarung bantal basah. 

Berlebihan? 

Entahlah... Aku juga malu kalau ingat kelakuanku kemarin. Kok bisa-bisanya aku sampai ga karuan seperti itu. Cuman gara-gara seorang pria bernama Arman.

Pokoknya aku ga mau lagi memikirkan dia. Titik.

                                                                                       ***

Aku tertegun. Apa aku tidak salah baca? 

Sekali lagi aku membaca tulisanku tanggal 20 Februari 2013. Apakah benar sampai disitu saja? 

Halaman berikutnya rupanya menjawab semua pertanyaan dalam benakku.


Bandung, 28 Februari 2013

Diary... mulutku bisa saja bilang tidak. Namun hati tidak pernah bisa berbohong.

Aku tidak bisa berhenti memikirkan Arman. 

Berpisah dengannya membuatku menderita. Rasanya aku bisa gila kalau memaksakan diriku untuk melupakannya. 

Persetan apakah dia sudah pernah menikah atau belum.

Aku merindukannya. 

Aku cinta padanya.

Hari ini aku membuat keputusan besar dalam hidupku - selain menentukan jurusan saat kuliah dulu. Akhirnya aku menghubungi pria itu lagi. 

Aku tidak tahan. Aku terlalu ingin bertemu dengannya

Jantungku mau meledak saat aku mendengar suaranya. 

Ya Tuhan.... Betapa aku ingin mendengar suara berat itu...

'Nay?'  ujarnya dengan nada setengah bertanya. Seakan tidak yakin akulah yang meneleponnya.

Loving You - MencintaimuHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin