#18 Mimpi yang Menjadi Nyata

56K 3.6K 52
                                    

Holaa! Happy reading!

Terima kasih untuk reader semua yang selalu menanti dan mendukung cerita ini^^

***

"Kak Akmal pakai batik couple yang kemarin kita beli aja, ya? Al juga pakai yang itu." Tanya Al sambil memilah baju yang ada di dalam lemari.

"Iya, yang, terserah kamu aja." Sahut Akmal dari dalam kamar mandi. Tak berapa lama pintu kamar mandi pun terbuka. Al menyerahkan baju tersebut dan menunggu suaminya itu berganti baju sembari menyelesaikan tugas akhir kuliahnya sebelum liburan.

"Aku udah rapi, nih. Berangkat sekarang?"

"Oke." Al mematikan laptop pemberian suaminya itu. "Tuh, kan, kak Akmal ganteng banget kalau pakai batik ini."

"Baru sadar, eh?"

Al terkekeh. "Kak Akmal pakai baju apapun ganteeeng banget."

"Kalau lagi gak pakai baju?" Bisiknya pelan, membuat wajah Al merona.

"Kak Akmal mesum iiiih. Masih pagi juga." Katanya malu-malu.

"Berarti kalau malam mau, ya?" Godanya yang selalu mendapat balasan cubitan pelan dari Al pada perutnya. "Istrinya kak Akmal juga selalu cantik sampai kak Akmal terpana setiap hari."

"Gombal, ih. Udah, ah, ayo kita berangkat kak Akmal sayaaang. Nanti telat, loh."

"Siap laksanakan, nyonya besar!"

Al tertawa mendengarnya. Ia segera masuk ke dalam mobil setelah Akmal masuk lebih dulu. "Kamu udah bilang, yang, sama Amel kalau kita dateng ke pernikahan kakaknya habis kita ke pernikahan Ican?"

Al mengangguk. "Iya, tadi Al bilang udah bilang ke Amel kalau Al mau ke pernikahan sahabat kak Akmal dulu."

***

"Akhirnya lo dateng juga, Mal." Rio menghampiri sahabatnya yang baru dateng itu di susul dengan Dio. "Kita udah pengen foto-foto nih sama si Ican."

"Lah, emang ijab kabulnya udahan?"

"Telat lo! Itu udah dari setengah jam yang lalu ijab kabulnya, tau." Kata Dio. Matanya mengarah pada Al. "Eh, ada istrinya Akmal, ya. Kita pinjem si Akmal dulu, ya. Si Ican keburu ngamuk."

"Iya, kak. Gapapah."

"Kamu duduk makan dulu, ya, yang."

Langkah Al mengarah pada meja prasmanan begitu Akmal pergi. Diambilnya sebuah piring, nasi, dan beberapa lauk serta minuman sirup untuk makan. Iya duduk pada salah satu kursi tamu tanpa berniat memakan itu semua sebelum suaminya datang.

"Loh, berbi?"

Seseorang menepuk pelan bahunya membuat Al menoleh dan terkejut. "Amel? Loh, ada Ghea dan Shila juga?"

"Bukannya tadi lo bilang mau berangkat siang, bi, ke pernikahan kakak gue?" Tanya Amel.

"Ha? Mba Ican itu kakaknya Amel? Kok Al baru tau, sih?"

"Gue sama Mba Ican emang ga deket. Mba Ican dari dulu ikut scholarship, Al. Dan sempet SMA di SMANSA dua tahun waktu kelas 10 dan 11. Pas kita masuk SMANSA, Mba Ican udah pindah."

"Oalaa. Al kira yang nikah itu bang Aji, Mel."

Amel tertawa. "Sori, ya, bi, gue gak pernah cerita tentang Mba Ican, ya."

"Eh, bi, itu kenapa piring masih penuh? Makanannya enak banget loh. Si Ghea aja udah nambah dua piring." Celetuk Shila begitu melihat piring Al.

"Shila! Gue malu, nih, sama berbi dan Amel."

With You [✔]Where stories live. Discover now