Cermin 4

87 12 20
                                    

POV 1 pelaku sampingan

Mateus

Sore hari merupakan waktu yang tepat untuk bersantai. Duduk di bangku taman sambil memperhatikan beberapa remaja yang sedang diselimuti romansa dan anak-anak kecil yang sibuk bermain kejar-kejaran. Warna orange yang terlukis di atas langit di tambah musim semi yang menawarkan kesejukan angin membuat siapa saja akan betah berlama-lama di sini. Taman Avenue Park, salah satu tempat paling indah dan tenang di kota Elios.

Aku memilih duduk di bangku taman dekat pinggir danau, sedikit memisahkan diri dari kehangatan dan aktivitas pengunjung taman. Menikmati suasana tenang dan penuh kelembutan ciri khas akhir musim semi. Sebuah patung yang ada di samping danau selalu menarik untuk dilihat. Patung setinggi empat meter yang didirikan sebagai monumen penghormatan kepada pahlawan kota Elios.

Dibalik suasana tenang dan damainya kota Elios, tidak banyak orang yang mengetahui apa kesakitan yang tersimpan di belakangnya, salah satunya adalah tentang Mateus—pahlawan kota Elios.

"Suatu saat aku ingin menjadi pahlawan seperti dia. Di kenal dan dipuja oleh seisi kota." Aku menoleh ke samping saat mendengar suara anak laki-laki umur 7 tahun. Dia tersenyum tulus kepadaku.

Membalas senyumnya yang tidak mungkin dilihat anak kecil tersebut karena tertutup masker yang aku pakai.

"Duduklah di sini, Nak!" Aku memukul kursi kosong yang ada di sampingku, "Aku akan menceritakan sebuah cerita yang belum kamu ketahui."

****

Jenar lari terbirit-birit ke arah istana. Di tangannya nampak sehelai kertas yang sudah lusuh karena digenggam terlalu kuat. Peluh bercucuran di wajahnya. Ini semua salahnya, dia sudah lalai dalam tugasnya sebagai ahli strategi perang.

Membuka pintu besar di depannya, Jenar langsung berlari ke arah Mateus yang sedang menulis di atas sehelai Papyrus. Mateus menoleh sebentar lalu kembali melanjutkan tulisannya. Sebentar lagi dia akan menikah dengan Lyli—salah satu putri kerajaan yang cantik jelita. Mateus ingin membuat sebuah puisi cinta untuk sang kekasih. Sengaja meninggalkan jejak cinta yang bisa menemani hari-hari Lyli ketika dirinya berada di medan perang.

"Mateus, kau harus membaca informasi ini!" Setelah mengambil nafas sejenak, Jenar menyerahkan potongan Papyrus yang berada di genggamannya.

"Aku lagi sibuk, Jenar. Aku sedang membuat sebuah surat yang sangat penting, bahkan lebih penting dari kertas yang ada di tanganmu itu." Mateus menjawab santai. Pikirannya masih asyik menyusun kata-kata yang dirasa mampu membuat pipi kekasihnya merona. Mateus bukanlah pria romantis, jiwa dan otaknya dipenuhi hal-hal yang berbau pertarungan. Tapi, sekali saja dalam hidupnya, Mateus ingin menjadi lelaki yang berbeda. Lelaki yang mampu menggetarkan jiwa orang yang dicintainya.

"Saya minta maaf telah lalai sebagai ahli strategi anda Sir. Tapi, pasukan Ryu sudah memasuki daerah A3 tanpa sepengetahuan kita." Jenar berkata lantang. Dia memang sahabat Mateus, untuk urusan pekerjaan, Jenar harus menghormati Mateus dan mengesampingkan urusan pribadi.

"Bukankah kita memiliki post penjagaan di daerah sana? Kenapa Ryu dan pasukannya bisa menerobos daerah kita? Bahkan mereka sudah sampai di A3?" Mateus bertanya secara beruntun. Pena bulu dan kertas Papyrus yang baru tertulis setengah sudah tidak menjadi titik fokusnya lagi.

"Kumpulkan semua jenderal di ruang utama, malam ini kita harus bergerak atau besok pasukan lawan sudah memasuki kota." Tambah Mateus saat melihat respons diam Jenar. Mateus paham apa yang dirasakan Jenar, perasaan bersalah dan tidak berhasil memenuhi tanggung jawab adalah suatu kesakitan bagi seorang prajurit. Jenarlah yang menyarankan untuk memindahkan penjagaan dari daerah A3 ke A5. Daerah lembah yang sering menjadi sengketa antara kerajaan Elios dan Ryu, serta daerah yang menjadi jalur utama penyelundupan barang-barang pasar gelap antar kedua negara.

Kumpulan CerminWhere stories live. Discover now